Motif Ayah Bunuh Anak Kandung di Tasikmalaya, Kesal Korban Minta Uang Study Tour
Merdeka.com - Rasa sesal BR (45) ayah kandung DS (13) terucap saat ditanya oleh Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto di Mapolres Tasikmalaya Kota, Kamis (27/2) terkait aksinya menghabisi anak kandungnya sendiri. Ia pun menangis tersedu di hadapan Kapolres, petugas kepolisian, dan awak media yang sedang melakukan peliputan.
BR mengaku bahwa aksinya membunuh DS tidak dilakukan dengan sengaja karena digelapkan oleh emosi, bahkan tidak menyangka bisa membunuh anak pertamanya itu. "Saya saat itu emosi pak, sampai tidak sadar mencekik Delis (DS). Saya sangat menyesal," kata BR.
Ia mengatakan bahwa saat anaknya datang ke tempat kerjanya meminta uang untuk study tour, saat itu BR sedang tidak memiliki uang. Untuk memenuhi keinginan anaknya, ia pun harus sampai membongkar celengan dan meminjam uang kepada bosnya.
-
Kenapa pelaku meminta uang dari korban? Kesaksian Korban Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku.
-
Siapa yang membantu Rossa saat butuh uang? 'Kartu kredit ada. Tapi ATM pribadi ga punya. Takut abis. Disimpan di tabungan. Minta duit ama asisten. Diambilin. Dijatah gitu lah,'
-
Bagaimana Pak Kasimin mendapatkan kebutuhan sehari-hari? Sehari-hari ia beraktivitas sebagai pedagang sayuran. Hasil bumi ia cari di hutan dan hasilnya ia jual ke pengepul. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari pun ia harus pergi ke perkampungan terdekat.
-
Bagaimana gelandangan itu diberi uang? Diberi Imbalan 'Lima dollar cukup,' ujar sang tunawisma. 'Lima? Bagaimana kalau kamu ambil semuanya? Ini untukmu,' terangnya.
-
Bagaimana suami pengangguran ini mendapatkan uang? Fenghua selalu siap membantu suaminya, menyediakan makanan dan membayar biaya kuliah.
-
Siapa perampok dalam peristiwa ini? Empat orang disandera oleh perampok selama enam hari.
"Karena saya tak punya uang, lalu minjam ke bos saya Rp100.000 dan Rp200.000 saya ambil dari celengan di rumah. Dia saya suruh nunggu di rumah kosong dekat rumah makan saya kerja," kata BR.
Hingga menjelang malam tiba rupanya BR tak juga mendapat uang yang diminta anaknya sehingga saat kembali ke rumah kosong itu sempat terjadi keributan kecil lantaran anaknya terus meminta uang. Saat ribut itulah ia gelap mata dan mencekik leher DS sampai tidak bernafas. "Saya menyesal dan sungguh menyesal kang," ucapnya.
BR mengaku panik saat melihat anaknya lemas usai dicekik olehnya. Kepanikannya semakin bertambah saat memeriksa denyut nadi anaknya yang sudah tidak ada dan dipastikannya meninggal dunia. Namun meski demikian ia sempat kembali ke tempatnya bekerja sebelum kemudian membawa anaknya ke depan SMPN 6 Kota Tasikmalaya.
Sementara itu, Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto menyebut bahwa BR sendiri paska ditemukannya jasad DS sempat dimintai keterangan sebagai saksi bersama delapan orang lainnya. Namun karena belum adanya bukti yang menunjukan bahwa BR sebagai pelaku, maka ia pun kemudian diperbolehkan pulang.
"Namun setelah turun hasil autopsi dan disinkronkan dengan perkembangan penyelidikan selama ini, disimpulkan bahwa tersangkanya mengarah kepada BR," ujar Anom.
BR sendiri kemudian ditangkap pada Selasa (25/2) dini hari di rumahnya. Setelah diperiksa intensif oleh petugas, BR mengakui perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa DS. BR dikenakan Pasal 76c Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak. Ancaman hukumannya 15 tahun. "Karena tersangka merupakan ayah kandung, hukuman ditambah sepertiga menjadi 20 tahun," katanya.
Korban Minta Uang Rp400.000
Anom Karibianto menyebut bahwa BR kesal karena anaknya merengek meminta uang untuk study tour ke Bandung sebesar Rp400.000. Saat itu sendiri BR hanya memiliki uang Rp200.000 ditambah Rp100.000 hasil meminjam ke tempatnya bekerja.
"Oleh BR uang Rp300.000 itu diberikan kepada korban, namun korban masih merengek minta Rp400.000. Saat itu tersangka BR mengajak korban ke rumah kosong. Disana korban dicekik hingga meninggal dunia," ungkapnya.
Aksi yang dilakukan BR, diungkapkan Anom, terjadi pada Kamis (23/1) sore. Saat itu korban datang menuju tempat kerja BR di kawasan Jalan Laswi, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya untuk meminta uang. BR sendiri mengajak korban ke rumah kosong yang tidak jauh dari tempatnya bekerja karena tidak mau urusan keluarganya diketahui oleh rekan kerjanya.
Di rumah kosong tersebut, Kapolres menyebut bahwa BR merasa kesal karena anaknya yang terus merengek sehingga emosinya terpancing sehingga spontan mencekik leher korban hingga kehabisan nafas. "Ia kemudian pergi lagi ke tempat kerjanya meninggalkan tubuh korban begitu saja," sebutnya.
Sekitar pukul 22.30, BR kemudian kembali mendatangi rumah kosong tersebut dan membawa tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa menggunakan sepeda motor. BR mengikatkan tubuh anaknya ke tubuhnya menggunakan kabel televisi sehingga terlihat seperti dibonceng.
Meski hujan tengah turun dengan lebat di malam itu, BR membawa jenazah anaknya ke gorong-gorong yang ada di depan sekolahnya. "Ia bermaksud memasukkan jasad korban ke dalam gorong-gorong, agar warga menyangka korban mengalami musibah hanyut," ungkapnya.
Jenazah DS sendiri dipaksa dimasukan kedalam gorong-gorong. Posisi kakinya lebih dulu dimasukan hingga kedalaman sekitar dua meter. Setelah masuk, BR pun kemudian pulang ke rumahnya yang ada di sekitar Jalan Cikalang, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Terungkapnya BR sebagai pelaku pembunuhan sendiri, disebutnya juga dikuatkan dengan hasil pemeriksaan saksi dan temuan di lokasi kejadian. Selain menangkap tersangka, polisi juga mengamankan barang bukti berupa sepeda motor, pakaian pramuka korban, tas sekolah korban, sepasang sandal, sepatu korban, celengan plastik, helm, dan kabel warna hitam sepanjang 1,5 meter.
Sebelumnya, warga Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1) digegerkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan di gorong-gorong SMPN 6 Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan identitas, mayat tersebut merupakan siswi SMPN 6 Kota Tasikmalaya yang berinisial DS (13).
Saat pertama kali ditemukan, korban diketahui masih menggunakan seragam sekolah namun sempat belum diketahui identitasnya sampai pihak kepolisian datang ke lokasi penemuan. Dari pemeriksaan polisi sendiri, dari dalam tas milik korban ditemukan identitasnya yaitu DS, siswa kelas VII SMPN 6 Kota Tasikmalaya.
DS sendiri dinyatakan hilang oleh keluarganya sejak Kamis (23/1) sore karena tak biasanya belum pulang ke rumah. DS selama ini tinggal bersama ibu kandungnya, Wati Candrawati (46), di Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, yang sejak lama sudah bercerai dengan BR.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AF ditangkap di kediamannya di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Baca Selengkapnya"Perkataan kasar korban memicu emosi tersangka sehingga tersangka membunuh korban,” kata Ruslan
Baca SelengkapnyaTersangka FO sempat membantah dan mengaku jika dirinya tidak melakukan penikaman terhadap korban CR.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat tersangka AA meminta PN datang ke rumahnya untuk meminta bantuan menyelesaikan masalahnya.
Baca SelengkapnyaMotifnya karena pelaku terlilit pinjaman online. Pelaku menggunakan pisau lipat dalam aksinya.
Baca SelengkapnyaKorban dibunuh saat tidur menggunakan helm yang dipukulkan ke kepala dan bagian lehenya dicekik.
Baca SelengkapnyaDia menganiaya korban menggunakan tangan kosong dengan cara membenturkan kepala korban ke tembok hingga berdarah.
Baca SelengkapnyaSebelum membunuh sang ibu, pelaku dimarahi ayahnya dengan kata-kata yang memicu emosi.
Baca SelengkapnyaKasus ini terungkap setelah ayah kandung korban mencari anaknya.
Baca SelengkapnyaPelaku sempat meminta sejumlah uang kepada ibu korban. Lantaran tidak kunjung diberi, tersangka nekat menculik dan menyandera anak korban.
Baca SelengkapnyaKorban ditikam saat selesai berwudu untuk melaksanakan salat Duha.
Baca SelengkapnyaDevi mengatakan saat ini pihaknya masih mendalami terkait pasal pembunuhan berencana.
Baca Selengkapnya