Nenek 109 tahun jualan kacang di Stasiun Tugu Yogya demi sesuap nasi
Merdeka.com - Bisingnya suara kendaraan bermotor dan panas matahari tidak lagi digubrisnya. Di atas becak yang dikayuh cucunya, dia menutupi muka dengan selendang. Sesampainya di depan parkiran selatan stasiun Tugu Yogyakarta, dia dibantu cucunya menurunkan bakul berisi bungkusan kacang kering siap jual.
Makanan ringan tradisional tersebut ditutupi tampah dan keranjang plastik warna biru, lalu diletakkan di sisi barat pintu masuk parkiran. Dia kemudian menggelar selendang di lantai parkiran, duduk bersandar pada sepeda motor sambil menata dagangannya.
Dia adalah Mbah Tumirah (109) warga Sosrowijayan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Tidak seperti nenek-nenek pada umurnya yang bisa menikmati hari tuanya, Mbah Tumirah dengan kondisi tubuhnya yang semakin melemah masih terus berjuang demi sesuap nasi.
-
Apa yang dijual Mbah Tukinem di warungnya? Di warungnya, Mbah Tukinem berjualan pecel, tape, dan dawet.
-
Kenapa ibu Aditya harus berjualan gorengan? Ia juga tak punya BPJS ataupun jaminan kesehatan lain yang bisa dipakai untuk menebus kesembuhan Aditya', lanjut keterangan unggahan.
-
Apa itu Kentang Mustofa? Kentang mustofa adalah salah satu olahan kentang favorit masyarakat Indonesia.
-
Bagaimana Mbah putri ngalahin tukang becak? Simbah ngedumel: 'Nggih pun, tak bayar 10.000.!!' Pas neng dalan...Tukang becak: 'Mandap pundhi, mbah?'Simbah: (Meneng wae...)Tukang becak: 'Lha niki mandap pundi, mbah...???'Simbah: 'Kan wes tak omongi dek mau... Nek 5.000 mengko tak duduhi dalane... Ning nek 10.000 yo ora tak kandani omahku ngendi, GOLEKONO DEWE...!!!'
-
Mengapa Mela memutuskan untuk berjualan kerupuk? Kondisi yang belum stabil secara ekonomi itu mendorong Mela untuk mencoba mencari pemasukan tambahan. Ia lantas berjualan kerupuk yang diberi bumbu dan dijual di koperasi sekolah.
-
Kenapa Yati buka toko kelontong? Yati berhenti membuka warung kopi bukan karena gulung tikar, tetapi ia melihat potensi yang lebih menjanjikan pada sektor usaha lain. 'Saat buka warung kopi saya sudah jualan rokok, terus merembet kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),' imbuh Yati.
"Saya enggak mau merepotkan orang, kalau masih bisa cari makan sendiri ya lebih baik berusaha," katanya saat ditemui merdeka.com, Sabtu (16/5) siang.
Satu jam berlalu, belum ada satu pun pembeli yang menyambanginya. Para pengunjung stasiun berlalu-lalang begitu saja tanpa memperhatikannya.
"Memang susah, jarang ada yang beli kalau jam segini, lima ratus rupiah pun belum ada ini," ujarnya.
Berjualan kacang kering sudah dijalaninya sejak setahun ini. Sebenarnya sudah dilarang oleh cucunya, namun dia bersikeras berjualan daripada di rumah tidak ada kegiatan dan hanya membuat susah cucunya.
Kacang kering yang dijualnya pun hasil olahan sendiri. Bermodal tungku arang dan wajan besar, dia memulai usaha jualan kacang kering.
"Kacangnya ini diantar dari Temanggung, masih mentah itu. Di sini saya masak, pakai anglo (tungku), wajan diisi pasir, terus kacangnya digongso," terangnya.
Pagi sekitar pukul 06.00 WIB, dia dibantu cucu dan cicitnya mulai memasak kacang kering. Siang harinya dia mulai membungkus kacang-kacang dalam plastik lalu diikat dengan karet gelang.
"Sebungkusnya Rp 5.000, kalau beli banyak ya saya beri bonus, kalau magrib pulang, berapa pun yang laku," tuturnya.
Penghasilannya pun tak menentu. Apalagi jika sedang sepi, kadang kacangnya hanya terjual beberapa bungkus saja. Meski demikian dia mengaku tetap bersyukur, sebab dia beranggapan setiap rejeki yang diberikan Allah akan selalu mendatangkan berkah.
"Sehari dapatnya berapa? Ya cukup untuk makan, kalau kurang dicukup-cukupkan. Ngucap syukur, berapa saja yang laku itu rejeki dari Allah," ungkapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah nenek hampir 100 tahun pungut beras yang jatuh di penggilingan untuk makan.
Baca SelengkapnyaKakek penjual kacang keliling ini ceritakan masa lalunya pernah jadi korban penculikan Jepang, kisahnya viral.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca SelengkapnyaMbah Salam mengaku pulang ke Malang dua sampai tiga bulan sekali untuk menengok anak dan cucunya di rumah.
Baca SelengkapnyaSaat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca Selengkapnya