New Normal, Minat Wisatawan Naik Bus Tingkat Werkudara Masih Sepi
Merdeka.com - Bus tingkat wisata Werkudara milik Pemkot Solo yang mulai beroperasi 27 Juni lalu hingga kini masih sepi peminat. Masyarakat maupun wisatawan belum tertarik untuk naik bus dan berkeliling Kota Bengawan, meskipun operasional menerapkan protokol kesehatan ketat.
Kepala Seksi Angkutan Orang, Bidang Angkutan, Dinas Perhubungan (Dishub) Solo, Dwi Sugiharso, tak menampik kabar tersebut. Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat masyarakat belum berminat naik bus Werkudara.
"Sudah sepekan lebih layanan Bus Werkudara kita operasikan. Kami lihat penumpangnya masih sepi," ujar Dwi, Kamis (9/7).
-
Kenapa orang naik bus wisata? Bus wisata atap terbuka menjadi wisata alternatif bagi sebagian warga Jakarta untuk menikmati liburan, terlebih ketika memasuki masa libur sekolah seperti saat ini.
-
Apa saja yang ada di bus wisata? Bus wisata ini juga dilengkapi dengan audio yang menjelaskan latar belakang dari lokasi-lokasi yang disinggahi serta petugas yang memberikan penjelasan mengenai ikon–ikon kota Jakarta yang dilewati.
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
-
Bagaimana penumpang itu tetap taat aturan? Meski kekecilan, penumpang tersebut terlihat tetap taat aturan dan tidak melepas helmnya saat berada di jalan raya.
-
Apa saja barang yang dibawa oleh bus? Bus menjadi moda transportasi pilihan utama masyarakat. Biasanya digunakan untuk mengangkut penumpang, jika ada barang akan ditempatkan di bagasi. Namun, terdapat sopir bus yang nekat membawa muatan berlebihan. Kasur dan jerigen diletakkan di atas atap bus. Selain itu, ada juga sejumlah motor yang digantung di belakang bus.
-
Kenapa bus bawa barang berlebihan? Bus-bus ini tidak ingin merugi sehingga mereka terpaksa membawa barang-barang secara berlebihan.
Menurut dia, sejak dioperasikan sepekan terakhir, bus tingkat Werkudara hanya mendapatkan sekali trip pada hari Minggu (5/7). Trip dengan 20 wisatawan itu merupakan perjalanan perdana setelah layanan itu dihentikan sejak Solo berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) 13 Maret lalu.
Dia menambahkan, untuk kapasitas penumpang hanya boleh diisi 50 persen. Sehingga jumlah penumpang maksimal hanya 20 orang dari kondisi penuh 52 orang. Semua penumpang, lanjut dia, sebelum naik bus dilakukan pengecekan suhu badan, cuci tangan, jarak antar penumpang, pemakaian masker dan hand sanitizer, hingga penyemprotan disinfektan.
"Untuk anak usia kurang dari 15 tahun tidak boleh naik bus Werkudara," katanya.
Ia menambahkan, sepinya peminat bus Werkudara juga diakibatkan liburnya siswa sekolah. Apalagi selama ini kebanyakan penumpang bus tersebut anak-anak sekolah.
"Dengan adanya aturan tersebut serta masih banyaknya anak belum sekolah membuat bus ini sepi peminat," tutup dia.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengguna Mass Rapid Transit (MRT) kini dibebaskan untuk tidak menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaPenggunaan masker di angkutan umum DKI Jakarta kini mulai ditiadakan. Namun jika tengah dalam kondisi kesehatan menurun, maka disarankan tetap tetap menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPemerintah resmi mencabut aturan menggunakan masker
Baca SelengkapnyaRata-rata para pemudik membawa tas ransel, koper, dan terlihat bergerombol.
Baca SelengkapnyaBerbagai fasilitas umum telah mengeluarkan imbauan untuk memakai masker.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca Selengkapnya