Pancuran air jaman Hayam Wuruk ditemukan di Malang
Merdeka.com - Sebuah pancuran air langka ditemukan di Dusun Baba'an, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pancuran air yang berbentuk arca tersebut terbuat dari batu adesit merah.
Kepala Desa Ngenep, Karngploso, Kabupaten Malang, Suwardi, mengatakan, arca berbentuk pancuran air itu ditemukan oleh warga setempat, Marjoko (38) ketika sedang menggali tanah untuk bahan baku pembuatan bata.
"Setelah menemukan arca tersebut, Marjoko langsung membawanya ke sini (balai desa), dan kami langsung melaporkannya ke Dinas Pariwisata Kabupaten Malang," katanya.
-
Di mana panci kuno itu ditemukan? Panci kuno itu ditemukan di situs pemakaman Kaukasus, sebelah barat daya Rusia.
-
Dimana artefak batu tersebut ditemukan? Artefak batu kuno yang terbuat dari obsidian tersebut terletak sejauh 3.218 kilometer dari Oregon Tengah.
-
Apa yang ditemukan di dalam panci kuno Zaman Perunggu? Penelitian terbaru yang menganalisis residu protein dari sebuah panci kuno pada Zaman Perunggu (3520-2250 SM) mengungkap apa yang dimakan oleh orang-orang di zaman itu.
-
Apa artefak yang ditemukan? Penggalian pada musim kedua dilakukan sampai kedalaman 4 meter ke dalam timbunan situs arkeologi di dalam gua sepanjang 23 meter dan kedalaman 16 meter.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Majapahit? Arkeolog berhasil menemukan lokasi pagar sisi utara hingga tiga tapak gapura dari Istana Majapahit.
Arca berbentuk pancuran yang dikenal dengan nama Joloduoro itu diduga peninggalan masa Raja Hayam Wuruk ketika memimpin Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Pancuran yang ditemukan Marjoko tersebut menyerupai arca naga setinggi sekitar 50 centimeter, dan lebar 20 centimeter dengan berat sekitar 15 kilogram lebih.
Sementara itu, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan menilai sebuah pancuran air yang ditemukan warga di Kabupaten Malang tersebut adalah barang yang sangat langka, karena terbuat dari batu adesit merah.
BP3 Trowulan menduga pancuran abad ke-14 itu telah dipindahkan, sebab lokasi penemuan pancuran bukan merupakan bekas kawasan kegiatan di zaman pancuran tersebut dibuat. Pancuran itu seharusnya berada di kawasan sumber mata air.
Joloduoro atau pancuran air ini seharusnya berjumlah empat buah yang fungsinya sebagai aliran mata air di sumber untuk menyucikan diri sebelum ritual digelar. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bendungan ini menjadi tumpuan utama warga Jatisari dan sekitarnya. Sehari-hari, air dimanfaatkan untuk keperluan mandi, mencuci bahkan memasak
Baca SelengkapnyaDi Maluku, ada sebuah hewan yang sudah hidup berdampingan dengan warga selama ratusan tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaAan mengatakan sejak malam tadi sempat terjadi kepadatan namun tidak sampai menimbulkan kemacetan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Apabila anda sedang berkunjung ke Way Kanan, Provinsi Lampung, tidak lengkap kalau belum menyambangi air terjun yang satu ini.
Baca SelengkapnyaCurug Uci bisa dibilang serpihan surga di bumi Garut, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaDesa ini disebut-sebut bak AC alami yang cocok untuk kabur dari hiruk-pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaMata air itu dijaga kemurniannya oleh warga. Untuk bisa masuk ke sana, pengunjung masih dikenakan biaya masuk seikhlasnya
Baca SelengkapnyaPemandian itu diduga sudah ada sejak ribuan tahun lalu
Baca SelengkapnyaNama air terjun ini memiliki arti tujuh tingkat. Karena memiliki tujuh undakan yang berbeda-beda ketinggiannya.
Baca Selengkapnya