Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pendemo Lurah Susan perlu diajari akar keberagaman Lenteng Agung

Pendemo Lurah Susan perlu diajari akar keberagaman Lenteng Agung Demo lurah Lenteng Agung. ©2013 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Sebagian warga Lenteng Agung menolak kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam penempatan Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli. Alasannya karena berbeda keyakinan dengan mayoritas warga yang dianutnya.

Susan yang mengikuti lelang jabatan camat dan lurah beberapa waktu lalu terpilih menjadi Lurah Lenteng Agung sesuai dengan surat keputusan pengangkatan.

Sikap sebagian warga ini seakan mengingkari asal-usul Lenteng Agung yang lekat dengan keberagaman.

Nama daerah Lenteng Agung sendiri berasal dari nama tempat peribadatan etnis Tionghoa yaitu Klenteng. Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengatakan warga Lenteng Agung seharusnya diberi pemahaman bahwa saat ini era demokrasi.

Menurut dia, warga Lenteng Agung yang menolak kehadiran Lurah Susan tidak memahami Indonesia secara luas. Nama Lenteng Agung sendiri berasal dari Klenteng karena memang daerah Lenteng Agung sebelum tahun 1945 banyak etnis Tionghoa yang menetap di daerah tersebut.

"Kan sekarang masih banyak warga asli Lenteng Agung yang keturunan warga Tionghoa," kata dia kepada merdeka.com di Jakarta, Kamis (3/10).

Dia menuturkan daerah sekitar Lenteng Agung seperti Depok dan Pondok Cina lebih didominasi oleh bangsa Belanda jadi penolakan warga Lenteng Agung tidak berdasar dengan keadaan sejarah wilayah tersebut.

Penduduk Lenteng Agung sekarang sudah berbagai macam etnis termasuk etnis Tionghoa sehingga warga yang menolak Lurah Susan harus diberi pemahaman. "Jadi diberi pemahaman agar mereka lebih menerima perbedaan yang ada. Kan asal usul mereka juga berbeda," tegas dia.

Ridwan menambahkan setelah tahun 1945 hingga 1955, Lenteng Agung lebih didominasi oleh warga asli Lenteng Agung yang kebanyakan keturunan etnis Tionghoa. Dia mengimbau agar masyarakat Lenteng Agung memberi waktu untuk Lurah Susan bekerja terlebih dahulu.

"Jadi kasihlah waktu buat Lurah Susan untuk bekerja selama enam bulan. Kan pak Gubernur Jokowi juga akan evaluasi hasil pelelangan jabatan yang dia buat. Tunggu saja sampai enam bulan," pungkas dia. (mdk/tts)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Klenteng Boen Tek Bio yang Tertua dan Legendaris di Tangerang, Dibangun Pada 1684
Kisah Klenteng Boen Tek Bio yang Tertua dan Legendaris di Tangerang, Dibangun Pada 1684

Klenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang

Baca Selengkapnya
Mengintip Arsitektur Megah Klenteng Sian Djin Ku Poh di Karawang, Dibangun Tahun 1770
Mengintip Arsitektur Megah Klenteng Sian Djin Ku Poh di Karawang, Dibangun Tahun 1770

Saat ini Klenteng Sian Djin Ku Poh telah diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang bebas dikunjungi.

Baca Selengkapnya
Menjelajahi Bangunan Tua Tionghoa di Banyumas yang Berusia Hampir 2 Abad, Terdapat Ruang Rahasia
Menjelajahi Bangunan Tua Tionghoa di Banyumas yang Berusia Hampir 2 Abad, Terdapat Ruang Rahasia

Peradaban Tionghoa di Banyumas yang tertua berada di daerah Sokaraja

Baca Selengkapnya
Kelenteng See Hien Kiong, Bukti Sejarah Budaya Tionghoa di Tanah Minang
Kelenteng See Hien Kiong, Bukti Sejarah Budaya Tionghoa di Tanah Minang

Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.

Baca Selengkapnya
Bawa Pesan Toleransi, Klenteng di Cirebon Ini Dulunya Sebuah Masjid
Bawa Pesan Toleransi, Klenteng di Cirebon Ini Dulunya Sebuah Masjid

Pembangunannya diinisiasi oleh seorang pendatang Tionghoa di Cirebon yakni Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei.

Baca Selengkapnya
Jadi yang Terbesar di Semarang, Ini Fakta Menarik Kelenteng Tay Kak Sie
Jadi yang Terbesar di Semarang, Ini Fakta Menarik Kelenteng Tay Kak Sie

Kelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.

Baca Selengkapnya
Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga
Mengenal Pesantren Langitan Tuban, Didirikan Murid Pangeran Diponegoro, Awalnya Tempat Belajar Agama bagi Keluarga dan Tetangga

Sang pendiri, Kiai Nur baru mendirikan surau saat puluhan santri datang untuk berguru padanya.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Gua Suran di Klaten, Konon Lorongnya Bisa Sampai Tembus ke Tanah Suci
Mengunjungi Gua Suran di Klaten, Konon Lorongnya Bisa Sampai Tembus ke Tanah Suci

Dulunya Gua Suran digunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig saat belum membuat masjid.

Baca Selengkapnya
Damai dan Tentram, Begini Potret Kampung Sunda Kristen di Lembang Bandung
Damai dan Tentram, Begini Potret Kampung Sunda Kristen di Lembang Bandung

Begini penampakan kampung Sunda Kristen di Lembang, Bandung. Ternyata menyimpan banyak sejarah.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Klenteng Boen Bio Surabaya, Saksi Perlawanan Orang Tionghoa kepada Kolonial Jepang dan Belanda
Mengunjungi Klenteng Boen Bio Surabaya, Saksi Perlawanan Orang Tionghoa kepada Kolonial Jepang dan Belanda

Klenteng ini jadi saksi masa kejayaan orang Tionghoa di Kota Pahlawan

Baca Selengkapnya
Jadi Simbol Toleransi, Ini Fakta Menarik Pura Agung Kertajaya di Tangerang
Jadi Simbol Toleransi, Ini Fakta Menarik Pura Agung Kertajaya di Tangerang

Lokasi ini juga jadi salah satu tempat wisata religi yang ada di Kota Tangerang.

Baca Selengkapnya
Berbatasan Langsung dengan Samudera Hindia, Desa Terpencil di Tulungagung Ini Jadi Tempat Pelarungan Abu Jenazah
Berbatasan Langsung dengan Samudera Hindia, Desa Terpencil di Tulungagung Ini Jadi Tempat Pelarungan Abu Jenazah

Pesanggrahan ini dibangun pada tanggal 18 Mei 2010 oleh PT Gudang Garam TBK

Baca Selengkapnya