Penyandera kru TB Charles berlogat melayu Malaysia
Merdeka.com - Salah seorang ABK TB Charles yang lolos dari penyanderaan, Syahril (33) berbagi cerita terkait penyanderaan 7 rekannya oleh militan bersenjata. Penyandera pertama, tidak mengenakan topeng dan bicara dengan logat melayu Malaysia.
Saat itu, Selasa (22/6) sekitar pukul 12.30 WITA, Syahril sedang tidur. Edi datang sambil berteriak, membangunkan dia bahwa datang dua perahu menghampiri tugboat dan tongkang, dari sisi kanan dan kiri.
"Edi Suryono datang teriak Abu Sayyaf Abu Sayyaf, saya terbangun dan sempat duduk sebentar. Begitu saya keluar ruang kapal, saya lihat ada 2 perahu mendekat sekitar jarak 20 meter," kata Syahril dalam perbincangan bersama merdeka.com, Rabu (29/6) malam.
-
Siapa yang menyerang kapal di Teluk Aden? Serangan Houthi menargetkan sebuah kapal komersial yang berlayar melalui Teluk Aden.
-
Siapa yang melakukan serangan? Pada Sabtu (19/10), wilayah Beit Lahiya yang terletak di utara Gaza menjadi sasaran serangan oleh Israel.
-
Apa nama lain dari Perahu Bidar? Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
-
Kenapa Haji Wura-Wari menyerang? Selain mendapat perintah dari Kerajaan Sriwijaya, alasan Haji Wura-Wari menyerang Medang disebabkan dendam karena lamarannya terhadap putri Raja Dharmawangsa ditolak.
-
Siapa yang mengevakuasi buaya itu? Petugas BKSDA Cirebon mengevakuasi seekor buaya di wilayah permukiman warga Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu [26/7].
-
Siapa yang melakukan penganiayaan? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya.
"Orang-orang di atas perahu menodongkan senjata, kita pasrah, 13 orang keluar ke buritan kapal dengan sikap menyerah sambil jongkok menghadap ke lambung kanan. Ada perompak naik dari lambung kiri, ada yang bersenjata, ada yang tidak bersenjata, ada juga pakai parang. Saya tidak tahu persis berapa jumlahnya saat itu," tambahnya.
Mereka yang naik ke atas kapal, lantas menjarah isi kapal. Baik itu televisi, peralatan navigasi dan persediaan makanan.
"Dalam posisi menjongkok, menyerah, sebelah kiri saya adalah Mabrur, sebelah kanan saya nakhoda kapten Ferry Arifin. Mereka (militan) bertanya, mana masinis, dalam bahasa Melayu, seperti bahasa Indonesia. Mereka dalam bahasa seperti bahasa melayu Malaysia. Ditanya masinis, Edi angkat tangan," terang Syahril.
"Kapten Ferry lalu digabung dengan Edy, diikat oleh penyandera, dengan tangan terbujur ke depan. Kemudian masih dalam bahasa melayu itu, kemudian cari masinis lagi," sebut Syahril.
Syahril menjelaskan, proses penyanderaan pertama itu berlangsung cepat, hanya sekitar 15 menit. Dia dan rekan-rekannya hanya pasrah, manakala penyandera berniat menembak mereka satu per satu.
"Kalian mau ini satu per satu (menunjukkan peluru). Tapi dia bilang bercanda, maaf sedang bercanda," katanya menirukan penyandera.
Selain tidak mengenakan topeng dan berlogat melayu Malaysia, para penyandera juga mengenakan celana loreng panjang, bersabuk peluru. "Ada juga yang bawa granat," ungkap Syahril.
Pasca tiga orang dari atas kapal yakni kapten Ferry Arifin, Edy Suryono (masinis II) dan Muhammad Mabrur Dahri (KKM) diculik dan dibawa pergi, handphone yang tersisa di atas kapal, langsung digunakan untuk menghubungi kantor dan keluarga 10 orang ABK.
"Ada handphone yang tersisa. Kami 10 orang ABK berunding dan naik ke anjungan cari signal buat telpon ke perusahaan dan keluarga. Tidak ada signal. Tongkang saat itu, masih ada," terang Syahril.
Pascapenyanderaan juga, tugboat yang masih menarik tongkang Robby 152 lantas bergerak ke arah pulau Basilan, masih di perairan Filipina. Tujuannya, untuk meminta pertolongan, meski akhirnya diputuskan agar segera kembali Indonesia.
"Nah, ketika mengarah balik ke Indonesia, tidak lama terlihat lagi 3 perahu terlihat mengejar kita. Itu yang melihat pertama kali 3 kapal itu, saya dan Robin Piter. Robin perintahkan lepas tali tongkang, supaya tugboat bisa bergerak lebih lanjut. Saya sempat berpikir, jangan-jangan tiga perahu itu mengembalikan 3 teman kita. Ternyata perkiraan saya salah," ujarnya.
Perompakan kedua, tidak berlogat bahasa melayu Malaysia, melainkan berbahasa Inggris. Pada kesempatan tersebut, para penyandera memerintahkan para ABK untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Tanpa mengetahui maksud mereka, akhirnya seluruh kru kapal mengikuti keinginan Abu Sayyaf.
"Tidak, tidak ada pengakuan, baik dari kelompok penyandera pertama maupun penyandera kedua dari kelompok mana. Empat teman Ismail dan Robin, Nasir dan Sofyan, akhirnya mereka bawa. Nasir yang berada di atas perahu penyandera, sempat bilang, ada handphone-nya di geladak dalam bahasa Makassar ke saya terangnya lagi," jelas Syahril.
"Begitu kita masuk di perairan Berau di sekitaran Maratua, baru ada signal. Dengan itu, kita secepatnya mengabarkan ke kantor, ke keluarga terkait penyanderaan 7 teman kita. Sepertinya, 2 kelompok itu tidak saling kenal," tutupnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prajurit TNI telusuri bagian kapal dari dalam sampai luar. Temukan kertas doa sekaligus tirukan suara klakson kapal.
Baca SelengkapnyaSeorang penumpang Kapal KM Ciremai yang nekad menceburkan diri ke lautan dan diselamatkan oleh sosok prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaKedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaKapal patroli Indonesia berhasil mengusir kapal CCG 5402 keluar dari wilayah yurisdiksi Indonesia di Laut Natuna Utara
Baca Selengkapnya