Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Petaka KM Ladang Pertiwi 02 dan Jam Tangan yang Menyelamatkan

Petaka KM Ladang Pertiwi 02 dan Jam Tangan yang Menyelamatkan Operasi Basarnas. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Cuaca di Pelabuhan Paotere Makassar sore itu dalam kondisi teduh. Angin dan perairan di sekitar pelabuhan juga cukup tenang. Aktivitas bongkar muat dan lalu lalang penumpang lumayan ramai.

Beberapa kapal terlihat bersandar. Beberapa lainnya siap melaut. Begitu pula Kapal Motor (KM) Ladang Pertiwi 02. Kapal itu berencana membawa logistik dan penumpang dari Pelabuhan Paotere Makassar menuju ke Pulau Pemantauan, Pangkep.

Kapal yang peruntukannya untuk nelayan tersebut, ternyata beralih fungsi menjadi angkutan barang dan penumpang. KM Ladang Pertiwi 02 saat itu mengangkut bahan pangan dan material bangunan. Sebanyak 50 orang termasuk pemilik, juragan, dan anak buah kapal (ABK) ikut menumpang di dalam kapal.

Saat kapal melepas sauh, tak ada satu pun penumpang punya firasat buruk. Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Makassar sudah memberikan peringatan tentang akan cuaca ekstrem terjadi.

Informasi itu ternyata luput dari pemilik kapal, Supriadi. KM Ladang Pertiwi 02 tetap berangkat menuju tujuan.

Petaka itu pun datang. Kapal tersebut dihantam angin kencang dan ombak besar di perairan Pulau Butu-butuang sekitar 8 mil dari Pulau Pemantauan. Di saat bersamaan, mesin kapal mati.

"Sampai di Butu-butuan dilewati Kalukuang sekitar 8 mil dari Pemantauan baru kencang angin. Tiba-tiba mati mesin, pompa mati, jadi tidak bisa hidup, baku lawan ombak di sampingnya," ujar juragan KM Ladang Pertiwi 02.

Supriadi menyebutkan kondisi darurat tersebut terjadi pada Jumat (27/5) dini hari, sekitar pukul 03.00 Wita. Gelombang tinggi, angin kencang, dan juga mesin kapal dalam kondisi mati membuat 50 orang terombang-ambing.

Di saat genting tersebut, Supriadi meminta penumpang untuk membuang segala barang yang ada di dalam kapal. Ia pun memerintahkan ABK serta penumpang untuk mengenakan alat pelampung.

"Saat kapal mau tenggelam, saya berteriak ke ABK sama penumpang sedia alat pelampung, gabus, dan tripleks," ungkapnya.

Di saat kapal hilang ditelan gelombang lautan, penumpang KM Ladang Pertiwi terombang-ambing dengan alat seadanya. Gabus, tripleks dan sejumlah barang yang bisa mengambang di air pun dijadikan pijakan hidup bagi para penumpang.

Detik-Detik Kapal Tenggelam

Seorang penumpang, Syamsir menceritakan detik-detik dirinya menyelamatkan diri saat KM Ladang Pertiwi 02 tenggelam. Ia yang berangkat dari Makassar bersama tiga keluarganya termasuk anaknya mengaku sempat terlempar saat KM Ladang Pertiwi 02 dihempas ombak.

"Saya berempat sama anak. Saya terlempar, terhempas saat kapal mau tenggelam," cerita Syamsir usai tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Saat terombang-ambing di lautan selama 16 jam, dirinya mengenakan pelampung. Di tengah gelombang Selat Makassar, Syamsir benar-benar panik.

"Kita betul-betul dalam keadaan panik, bagaimana caranya bisa selamat. Pokoknya kita itu tidak ada bilang lapar, kalau haus ada. Tapi itu tidak kita pikirkan," tuturnya.

Syamsir bersama enam penumpang lainnya akhirnya ditemukan sebuah Tug Boat yang melintas dengan tujuan Banjarmasin. Keberadaan Syamsir diketahui oleh Tug Boat, karena lampu jam tangan yang dikenakannya.

"Jam tangan ini yang kasih selamat ka. Jam tangan ini menyala dan saya langsung teriak untuk meminta tolong," kata dia.

Penyelamat Datang

Penumpang selamat lainnya, Irwan (32)  mengatakan KM Ladang Pertiwi 02 berangkat dari Pelabuhan Paotere Makassar menuju Pulau Pemantauan, Pangkep pada Rabu (25/5). Saat berada di wilayah Perairan Pulau Liukang Kalmas, kapal tiba-tiba mati.

"Mesin kapal tiba-tiba mati. Di saat bersamaan ada ombak setinggi 2 meter langsung menghantam kapal," ujarnya kepada wartawan di Puskesmas Sanrobone, Kabupaten Takalar, Minggu (29/5).

Ia menyebut saat mesin kapal mati, pihaknya mencoba membantu anak buah kapal (ABK) KM Ladang Pertiwi. Namun, upaya untuk kembali menghidupkan mesin tak kunjung berhasil.

"Mesin tidak mau menyala meski sudah berusaha diperbaiki. Ombak juga menghantam, sehingga kapal sampai oleng," kata dia.

Saat kapal oleng dan tenggelam, Irwan mengaku menaiki KM Ladang Pertiwi bersama ibu dan adiknya langsung meloncat ke laut sambil memegang jerigen agar tetap mengapung. Tak hanya jerigen yang dijadikan pelampung, tetapi sejumlah gabus.

"Saya langsung melompat agar tidak terpisah dengan ibu dan adik. Ombak 3 meter juga terus menghantam kami," tuturnya.

Setelah beberapa lama mengapung dengan jerigen, akhirnya dirinya tertolong saat kapal Tugboat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) ke Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Kapal yang selamatkan kami jumlahnya 10 orang. Kami dievakuasi ke Pulau Sanrobone, Takalar," ungkapnya.

Kini Irwan dan Syamsir telah dipulangkan ke Kabupaten Pangkep dan diinapkan di Hotel Mattampa In. Rencananya mereka akan dipulangkan ke Pulau Pemantauan sembari menunggu jadwal kapal reguler yang menuju ke tempat tinggal mereka.

Kepala Basarnas Sulsel, Djunaidi mengatakan berdasarkan pendataan terhadap nakhoda KM Ladang Pertiwi 02 dan juga Kepala Desa Pamantauan. Dari pendataan tersebut tercatat ada 50 orang penumpang KM Ladang Pertiwi 02.

"Bahwa jumlah yang ada sementara kita mendata ini sebanyak 50 penumpang dan ABK. Bagaimana caranya, dari kepala desa sendiri melaporkan warganya yang belum kembali," ujarnya saat jumpa pers di KN SAR Kamajaya, Selasa (31/5).

Djunaidi mengaku awalnya pendataan penumpang sebanyak 51 penumpang. Tapi setelah dilakukan kroscek, ditemukan ada satu nama yang double.

"Namun Basarnas mengecek nama ternyata ada satu nama yang double, yaitu Supriadi sehingga kami prediksi bahwa jumlah 50 sementara," tuturnya.

Hingga hari keenam pencarian korban tenggelam KM Ladang Pertiwi 02, sudah 34 orang ditemukan. Dari jumlah tersebut, 31 diantara ditemukan selamat dan tiga lainnya meninggal dunia.

"Hari ini, perkembangan kami temukan dua orang korban laki-laki dan perempuan yang sudah tidak dikenal lagi wajahnya. Sementara korban tersebut masih diidentifikasi dengan keluarga korban yang ada di Pulau Pemantauan," ujarnya saat jumpa pers di Posko Crisis Centre Basarnas Sulsel di Pelabuhan Paotere Makassar, Kamis (2/6).

Djunaidi mengaku belum bisa mengidentifikasi identitas dua jasad yang ditemukan tersebut. Ia mengaku kedua jenazah tersebut rencananya malam ini dibawa ke Makassar untuk dilakukan identifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah (Polda) Sulsel.

"Semoga malam ini bisa teridentifikasi di Pulau Pemantauan. Jika tidak, berarti korban tersebut akan dibawa ke Makassar," kata dia.

Djunaidi mengaku kedua jenazah tersebut ditemukan oleh KN SAR Kamajaya pada pukul 16.30 Wita pada titik 30 Nautical Mile (NM) dari Pulau Pemantauan, Kabupaten Pangkep. Dengan ditemukannya dua jenazah, Tim SAR Gabungan akan kembali mencari 16 orang penumpang lainnya.

"Jadi yang masih dicari 16 orang lagi," kata dia.

Pemilik Kapal jadi Tersangka

Tragedi tenggelamnya KM Ladang Pertiwi 02 telah menjadi perhatian pihak kepolisian. Pemilik dan juragan KM Ladang Pertiwi 02, yakni H Syaiful dan Supriadi kini telah berstatus tersangka.

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sulsel, Komisaris Besar Widoni Fedri mengaku kasus tenggelamnya KM Ladang Pertiwi 02 telah ditingkatkan menjadi penyidikan. Dalam kasus tersebut, kata Widoni, dua orang telah ditetapkan tersangka yakni pemilik KM Ladang Pertiwi 02, H Syaiful dan juragan kapal, Supriadi.

"Itu satu Supriadi si nakhodanya (juragan) dan si pemilik kapal H Syaiful," ujarnya saat dihubungi melalui telepon.

Widoni mengungkapkan H Syaiful dan Supriadi dikenakan pasal berbeda. Supriadi dikenakan Pasal 323 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

"Supriadi sudah kami tahan di Rutan Polda Sulsel," kata dia.

Sementara H Syaiful, dikenakan pasal 310 UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Untuk Syaiful tidak dilakukan penahanan.

"Karena ancaman hukuman di bawah 5 tahun penjara," tuturnya.

Selain telah menetapkan dua orang tersangka, Polda Sulsel juga sudah memeriksa 15 orang saksi. Ia mengungkapkan tambahan saksi tersebut adalah dari penumpang KM Ladang Pertiwi 02 yang selamat.

"Sudah bertambah, kemarin kan 11 dan sekarang sudah 15 orang. Makanya itu kemarin kita berani menetapkan dua orang ini sebagai tersangka," sebutnya.

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Terombang-ambing Dua Hari karena Patah Kemudi, Kapal Nelayan Sulawesi Tenggara Terdampar dan Tenggelam di Kupang
Terombang-ambing Dua Hari karena Patah Kemudi, Kapal Nelayan Sulawesi Tenggara Terdampar dan Tenggelam di Kupang

Kapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.

Baca Selengkapnya
Melihat Kehidupan Nelayan Pesisir Utara Jawa di Masa Kolonial, Alami Kondisi Serba Sulit
Melihat Kehidupan Nelayan Pesisir Utara Jawa di Masa Kolonial, Alami Kondisi Serba Sulit

Masuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.

Baca Selengkapnya
Nelayan Banyuwangi Terima Dua Kapal Rampasan Ilegal Fishing dari KKP
Nelayan Banyuwangi Terima Dua Kapal Rampasan Ilegal Fishing dari KKP

KKP menyerahkan dua kapal ikan barang milik negara yang berasal dari barang rampasan ke nelayan Banyuwangi.

Baca Selengkapnya
1 Penumpang KM Yuiee Jaya II yang Tenggelam di Kepulauan Selayar Ditemukan Selamat, 21 Masih Hilang
1 Penumpang KM Yuiee Jaya II yang Tenggelam di Kepulauan Selayar Ditemukan Selamat, 21 Masih Hilang

Tim SAR gabungan menemukan seorang penumpang KM Yuiee Jaya II yang tenggelam di Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam keadaan selamat.

Baca Selengkapnya
3 Fakta Menarik Jatim Gerbang Nusantara Baru, Pusat Industri Modern hingga Penghasil Padi dan Susu Terbesar di Indonesia
3 Fakta Menarik Jatim Gerbang Nusantara Baru, Pusat Industri Modern hingga Penghasil Padi dan Susu Terbesar di Indonesia

Keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) turut memberikan dampak baik bagi Provinsi Jawa Timur

Baca Selengkapnya
Kapal Angkut 45 Ton Beras Tenggelam
Kapal Angkut 45 Ton Beras Tenggelam

Kapal yang memuat 40 ton beras dan 30 tabung elpiji tenggelam usai dihantam ombak saat berada di Perairan Selayar.

Baca Selengkapnya
Kapal Nelayan Rute Jakarta-Lombok Angkut 37 Orang Tenggelam di Selayar, 2 Meninggal dan 24 Hilang
Kapal Nelayan Rute Jakarta-Lombok Angkut 37 Orang Tenggelam di Selayar, 2 Meninggal dan 24 Hilang

Namun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.

Baca Selengkapnya
Kapal Penyelundup Kain dan Sepatu Bekas Digerebek di Perairan Batam
Kapal Penyelundup Kain dan Sepatu Bekas Digerebek di Perairan Batam

Tim Patroli Laut Bea Cukai gagalkan penyelundupan balepressed

Baca Selengkapnya
12 Nelayan Asal Lamongan Ditemukan Terapung di Atas Sisa Material Kapal di Selat Bali, Tiga Masih Hilang
12 Nelayan Asal Lamongan Ditemukan Terapung di Atas Sisa Material Kapal di Selat Bali, Tiga Masih Hilang

12 survivor tersebut ditemukan dan kemudian diselamatkan Tugboat Kharisma Bahari 168 yang melintas dari rute pelayaran dari Saumlaki Maluku menuju Gresik.

Baca Selengkapnya
Akhirnya, Begini Solusi dari Pemerintah Urai Kemacetan Panjang di Pelabuhan Merak
Akhirnya, Begini Solusi dari Pemerintah Urai Kemacetan Panjang di Pelabuhan Merak

Dalam mengurai kepadatan di Pelabuhan Merak, pihaknya akan memaksimalkan Pelabuhan Panjang.

Baca Selengkapnya
Terseret Ombak Besar, Kapal Pengangkut BBM Tujuan Mentawai Terdampar di Pantai Padang
Terseret Ombak Besar, Kapal Pengangkut BBM Tujuan Mentawai Terdampar di Pantai Padang

Dua kapal pengangkut BBM tujuan Mentawai terdampar di Pantai Padang setelah terseret ombak dari kawasan Batang Harau.

Baca Selengkapnya
Pasca Dilanda Gempa, Operasional Kapal Milik PT Pelni Tujuan Surabaya Kembali Normal
Pasca Dilanda Gempa, Operasional Kapal Milik PT Pelni Tujuan Surabaya Kembali Normal

PT Pelni Kotabaru Batulicin juga menyiapkan dua armada tambahan terutama rute Batulicin-Surabaya.

Baca Selengkapnya