Potret miris SMA di Berau, berdinding triplek dan beralas tanah
Merdeka.com - Potret pendidikan di Pulau Maratua, salah satu pulau terluar Indonesia di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini memprihatinkan. Siswa SMA Negeri 9 Mararua, terpaksa belajar di kelas tanpa lantai. Mirisnya lagi bangunan sekolah terkesan dibangun ala kadarnya, yang berisiko sewaktu-waktu bisa ambruk diterpa angin kencang.
Kondisi itu bukan tanpa alasan. Sejak kewenangan pengelolaan SMA diambil alih Pemprov Kalimantan Timur, berdasarkan implementasi Undang-undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, kondisi SMA 9 kian memprihatinkan.
Tingginya animo siswa bersekolah, mencuatkan keinginan SMAN 9 untuk menambah ruang kelas, melalui pendanaan APBD Kabupaten Berau, lantaran sifatnya sudah mendesak. Bahkan September 2017 lalu, siswa gotong royong bangun ruang kelas dengan dana seadanya sumbangan orang tua, yang juga warga setempat.
-
Dimana sekolah itu berada? Peristiwa itu terjadi di Sekolah Al-Awda di Abasan al-kabira, bagian selatan Jalur Gaza dekat Khan Younis.
-
Mengapa bangunan SD Negeri Butuh masih kokoh? Walaupun telah termakan usia, saat ini gedung SD Negeri Butuh masih kokoh berdiri dan masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
-
Apa dampak gempa Cianjur terhadap pendidikan? Tak sedikit sekolah rusak parah, berdampak pada para siswa dan tenaga pengajar terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak layak.
-
Bagaimana SD Negeri Butuh dibangun? Mengutip Kemdikbud.go.id, SD Negeri Butuh dibangun menggunakan model bangunan limasan dengan penutup atap dari genteng vlaam. Dindingnya terbuat dari bambu.
-
Bagaimana cara sekolah tersebut mendukung bakat anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. 'Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?' tanya Hilman.'Iya,' jawab Boy.
Wakil Bupati Berau Agus Tantomo membenarkan kondisi SMAN 9 Maratua, yang memang sangat memerlukan penambahan ruang belajar siswa. Menurutnya, peralihan wewenang ke Pemprov Kaltim itu jadi kendala Pemkab untuk merealisasikan pembangunan ruang kelas baru.
"Iya pasti (jadi kendala Pemkab Berau). Karena kalau kita anggarkan itu, ya kan melanggar aturan," kata Agus dikonfirmasi merdeka.com, Minggu (10/12).
"Kesulitannya, yang punya wewenang (Pemprov Kaltim) ini kan tidak tahu, mereka tidak punya perwakilan. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Pendidikan Kaltim itu kan tidak ada," ujar Agus.
"Bukan cuma tidak ada UPTD di Berau. Di Kabupaten dan Kota lainnya juga tidak ada," tambah Agus.
Agus menerangkan, Pemkab Berau dibuat tidak bisa berbuat banyak pascaimplementasi Undang-undang itu. "Jadi aneh. Ini yang punya wewenang, jauh di sana (di Samarinda). Kita yang lebih dekat di sini, kita yang tahu, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa," terang Agus.
Jadi untuk sementara ini, lanjut Agus, keluhan SMAN 9 kekurangan ruang belajar dan sifatnya mendesak untuk dilakukan penambahan ruang kelas, hanya bisa diteruskan Pemkab Berau ke Pemprov Kaltim.
"Karena ya itu tadi, tidak bisa, tidak boleh (menganggarkan dalam APBD Berau)," ungkap Agus.
"Untuk sementara ini, baru SMA 9 itu (kondisi kekurangan ruang belajar). Kalau memang Pemprov lambat bertindak, kita tidak bisa biarkan itu. Mungkin kita manfaarkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk bangun kelas, yang sifatnya memang mendesak untuk dibangun," demikian Agus.
Dari foto yang diterima merdeka.com, terlihat siswa SMAN 9 Maratua, belajar di ruang kelas nyaris terbuka, Sabtu (9/12) kemarin. Beratapkan seng, tiang ruang kelas hanya disangga batang kayu yang diambil di hutan, tanpa lantai yang layak.
"Itu bangunan yang kedua. Yang pertama, ambruk ditiup angin. Konstruksinya sama. Jadi mereka ini belajar sambil was-was ambruk lagi," kata Lukman, warga Berau dihubungi terpisah.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Begini penampakan bangunan SMA di Alor yang sangat menyedihkan dan penuh keterbatasan.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaTak terkira, bangunan sekolah tersebut berkonsep unik. Seluruh temboknya justru berbahan dasar dari plastik yang didaur ulang.
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBangunan lapuk, dindingnya terkelupas dimana-mana, atapnya bocor
Baca SelengkapnyaDulunya banyak siswa yang bersekolah di sini, namun kini tinggal kenangan.
Baca SelengkapnyaDua ruang kelas tersebut belum kunjung diperbaiki. Aktivitas belajar mengajar terpaksa dipindah ke perpustakaan dan laboratorium IPA.
Baca SelengkapnyaAsrama baru bagi siswa dan siswi pemulung sampah di TPST Bantar Gebang ini menggantikan bangunan lama yang terbuat dari bambu.
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaDiduga, gedung ambruk karena usia bangunan yang sudah tua.
Baca SelengkapnyaRekaman video amatir pasca kejadian menunjukkan ambruknya ruang kelas, nampak atap salah satu gedung kelas VIII MTs Roudhotul Mustofa habis tak tersisa.
Baca SelengkapnyaSelain kondisi gedung sekolah yang perlu diperbaiki, dewan guru pun menyampaikan bahwa SDN 7 Suana kekurangan meja dan kursi.
Baca Selengkapnya