Rekan dibunuh tak digubris polisi, pesilat Blitar sweeping desa
Merdeka.com - Dugaan pembunuhan Mujiono (30) seorang pesilat asal Desa/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, membuat Blitar mencekam. Pesilat Blitar melakukan sweeping memburu pelaku pembunuhan yang dilakukan sejumlah pemuda Desa Kolomayan, Kecamatan Wonodadi Blitar.
Tidak hanya sweeping para pesilat juga menyebar foto pelaku ke publik. para pendekar silat yang berusaha menuntut balas orang-orang yang telah mencelakai rekan mereka. Hingga saat ini situasi wilayah Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar masih mencekam.
Data yang dihimpun merdeka.com, Mujiono dianiaya oleh sejumlah pemuda Desa Kolomayan, Kecamatan Wonodadi hingga tewas. Pasca pengeroyokan tersebut polisi dinilai tidak serius dalam menuntaskan masalah.
-
Siapa polisi yang menggagalkan percobaan pembunuhan? Petugas polisi melumpuhkan pelaku dengan cara melompat melewati jendela bangsal dan merebut senjata tajam tersebut. Diketahui petugas polisi itu bernama Brigadir Helmi Setiyawan.
-
Apa yang dilakukan polisi tersebut? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga.
-
Bagaimana polisi menangani kasus perundungan ini? Polisi memastikan bahwa kasus ini diproses secara hukum meski kedua tersangka masih di bawah umur. Polisi akan menerapkan sistem peradilan anak terhadap kedua pelaku. Kedua pelaku terancam pidana penjara selama tiga tahun dan denda Rp72 juta.
-
Kenapa polisi bakar polisi? 'Yang menjadi catatan dari peristiwa ini adalah pertama motif. Motifnya adalah saudara Briptu Rian sering menghabiskan uang belanja yang harusnya dipakai untuk membiayai hidup ketiga anaknya, mohon maaf, ini dipakai untuk main judi online,' ujarnya, Minggu (9/6).
-
Kenapa polisi belum bisa pastikan motif pembunuhan? Awaluddin mengaku belum bisa memastikan kasus tersebut apakah pembunuhan atau perampokan. Ia menegaskan saat ini personel sedang melakukan penyelidikan.
-
Apa modus yang digunakan TPPO? 'Tidak sedikit LPK yang menawarkan seseorang untuk bekerja di luar negeri. Ini adalah bagian dari kejahatan, modus operandi sebagai tempat pelatihan yang menawarkan pekerjaan,' tuturnya.
"Mereka (pesilat) ini merupakan rekan saudara kami yang menjadi korban. Tentunya kami tidak bisa menghalangi aksi solidaritas itu," ujar Purnomo Irawan (40) selaku juru bicara keluarga korban.
Mujiono sendiri ditemukan terkapar tak sadarkan diri dengan sejumlah luka di bagian kepala. Pelaku diduga kuat adalah sejumlah pemuda Desa Kolomayan, Kecamatan Wonodadi yang kini telah melarikan diri.
Insiden ini sendiri terjadi pada 26 Agustus 2014 malam. Penyebabnya disebabkan sepeda motor korban menyerempet salah satu peserta latihan gerak jalan (17 Agustus) di Kolamayan.
Saat jenazah diperiksa, ditemukan sebuah luka beberapa centimeter di bagian kening dan tempurung atas telinga kanan hingga sepanjang belakang kepala. Hingga saat ini diduga luka tersebut akibat hantaman batu besar di kepala korban.
Saat petugas kepolisian setempat tiba di lokasi (Desa Kolomayan), tubuh korban tergeletak sendirian ditengah jalan raya. Dalam perjalanan menuju RSU Mardi Waluyo Kota Blitar, korban mengembuskan napas terakhirnya.
"Pihak keluarga dan rekan menyesalkan tindakan polisi yang terkesan lamban. Sebab hingga kini aparat Polres Kota Blitar belum juga menetapkan tersangka," tegas Purnomo.
Bahkan, polisi sempat menyimpulkan Mujiono korban kecelakaan tunggal. Keterangan yang disampaikan kepada keluarga korban diralat setelah hasil otopsi RSU Mardi Waluyo Blitar menegaskan penyebab kematian korban adalah tindakan kekerasan.
"Sampai hari ini polisi hanya melakukan pemeriksaan saksi-saksi. Padahal sudah lebih seminggu, tersangka belum juga ada," ungkapnya
Informasi yang diperoleh dari sumber merdeka.com, ada 18 saksi yang telah diperiksa. Dari jumlah tersebut penyidikan mengerucut telah menetapkan beberapa tersangka.
"Menurut kami tidak mungkin pelaku pengeroyokan hanya dua orang, sebab informasi yang kami terima polisi hanya menetapkan dua tersangka. Sebab informasinya gerak jalan itu terdiri dari dua regu dan jumlahnya lebih dari 30 orang, "papar Purnomo.
Hingga pagi ini, Rabu (3/9) di wilayah Kecamatan Wonodadi masih memanas. Sebelumnya para pendekar juga mendatangi Polsek Wonodadi. Mereka menuntut aparat segera menangkap pelaku sekaligus menjatuhkan hukuman seberat beratnya.
"Kalau memang polisi tidak bisa tegas, jangan salahkan kami menempuh cara sendiri," pungkas Purnomo.
Kekhawatiran adanya serangan balasan juga diungkapkan sekretaris Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Blitar-Fuad Fauzi. Ia mengakui bahwa kasus penganiayaan yang tidak kunjung tuntas tersebut membuat suasana mencekam. Apalagi Desa Pikatan secara geografis berdekatan dengan Desa Kolomayan.
"Sebab yang dikhawatirkan adalah adanya aksi pembalasan yang salah sasaran. Saya pikir jika kepolisian bisa bergerak cepat dengan menangkap pelaku, masalah ini akan reda," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah Kapolres Kota Blitar AKBP Julia Agustin melalui Kasat Reskrim Kota Blitar, AKP Slamet Riyadi menjelaskan, bahwa memang benar telah memeriksa sebanyak 18 saksi.
"Kita juga telah menetapkan beberapa tersangka, namun yang bersangkutan melarikan diri dan sedang kami lakukan pengejaran," kata Slamet pada merdeka.com, Rabu (3/9). (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepastian itu berdasarkan penyelidikan Kompolnas dan Polres Bekasi Kota terkait kematian tujuh remaja di kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaViral Konvoi Pesilat Halangi Laju Mobil Damkar di Sragen
Baca SelengkapnyaDugaan intervensi itu sebelumnya dilakukan anggota Polrestabes Semarang, sebagaimana disampaikan keluarga GRO.
Baca SelengkapnyaDia juga memastikan akan memanggil Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar untuk dievaluasi di DPR.
Baca SelengkapnyaRentetan kasus kriminal libatkan polisi menunjukkan pembinaan mental Sumber Daya Manusia (SDM) Polri belum berjalan maksimal.
Baca SelengkapnyaLaporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.
Baca Selengkapnyawilayah Sukolilo sempat mendapat stigma dari masyarakat sebagai ‘kampung penadah’
Baca SelengkapnyaKeluarga korban mengaku disuruh membuat surat pernyataan serta rekaman video pada Senin (25/12) malam.
Baca SelengkapnyaPDIP kembali memprotes keras tindak penganiayaan terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali. Mereka mendesak kasus tersebut diproses secara transparan.
Baca SelengkapnyaSelain GRO, ada dua pelajar SMKN4 lainnya yang disebut-sebut menjadi korban namun masih menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaBrigadir RAT ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala dalam mobil Alphard di halaman sebuah rumah Jalan Mampang Prapatan pada Kamis (25/4).
Baca Selengkapnya