Seribuan Sapi di Palembang Idap PMK, Peternak Merugi
Merdeka.com - Sebanyak 1.000 ekor sapi di Palembang mengidap penyakit mulut dan kuku (PMK). Kondisi ini meresahkan peternak karena penularan sangat cepat.
Ketua Koperasi Usaha Lestari Ternak Palembang Yani menyebutkan, banyaknya sapi yang terpapar PMK baru terjadi saat memasuki bulan ini. Sementara pada Mei 2022 masih tercatat puluhan ekor saja.
"Sekarang sudah seribuan ekor yang kena PMK, penularannya begitu cepat. Yang kena kebanyakan sapi jenis Bali dan limosin," ungkap Yani, Kamis (9/6).
-
Siapa yang beternak sapi di Jakarta? Hidup di perkotaan padat seperti Jakarta, hampir mustahil rasanya merintis usaha peternakan. Namun, hal yang tidak mungkin itu justru bisa dimentahkan oleh Abdul Latif.
-
Bagaimana Kementan meningkatkan populasi sapi nasional? Jan Maringka menyatakan, dengan kegiatan IB ini secara nasional dapat meningkatkan populasi sapi sekitar 35%. Hal tersebut tentu berimbas pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak.'Melalui Inseminasi Buatan, optimalisasi penggunaan bibit pejantan unggul untuk memenuhi kebutuhan daging dapat tercapai', jelas Jan Maringka.
-
Kenapa sapi di TPA Putri Cempo berbahaya? Sapi-sapi tersebut dinilai tidak layak konsumsi karena dagingnya mengandung timbal di atas ambang batas.
-
Siapa yang punya sapi di TPA Putri Cempo? Sapi-sapi itu merupakan milik warga yang tinggal di sekitar TPA Putri Cempo.
-
Apa penyebab wabah penyakit beri-beri? Wabah penyakit sudah bermunculan sejak pendudukan Belanda di Bumi Nusantara. Masalah ini membuat para pakar ahli di bidang kesehatan memutar otak untuk menemukan ramuan yang tepat untuk mengatasi wabah tersebut.
-
Siapa yang memulai usaha ternak sapi? 'Peternakan ini saya buka karena beberapa tetangga datang minta pekerjaan ke saya. Sapi mereka mati kena wabah PMK. Akhirnya saya mencoba buka peternakan sapi karena kemampuan mereka di bidang tersebut,' ungkap Rofik, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Penyebaran sapi yang mengidap PMK hampir merata di Palembang, semisal di Sukawinatan, Soak Batu, Ponorogo, Talang Jambi, dan Talang Jering. Agar tidak menimbulkan kerugian lebih besar, sebagian besar sapi yang terkena PMK dipotong dan dijual.
"Kalau tidak dipotong penyakitnya bisa meluas dan sapi bisa mati," ujarnya.
Meski demikian, para petani berupaya menyembuhkan dengan obat-obatan dan ramuan herbal. Pembersihan kandang juga lebih intens dilakukan untuk meminimalisir sapi yang sehat tidak turut terpapar.
"Tetapi masih tetap tertular juga, kami sudah bingung bagaimana mengatasinya," kata dia.
Para peternak berharap pemerintah setempat dapat menanggulangi sebaran PMK karena membahayakan usaha mereka. Momentum Idul Adha menjadi tumpuan peternak untuk menjual hewan ternaknya lebih banyak dari biasanya.
"Kalau sapi sakit tidak bisa dijual untuk kurban, jelas itu membuat kami rugi," terangnya.Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Sumsel Jafrizal mengakui penularan PMK pada sapi sangat cepat. Jika seekor sapi terpapar, dalam waktu satu sampai dua hari akan menularkan ke sapi lainnya.
Meski demikian, tingkat kematian sapi yang idap PMK terbilang rendah jika segera ditangani. Sapi yang terpapar juga bisa sembuh, namun sapi yang sembuh dapat menulari ke sapi lain dalam kurun waktu yang lama.
"Memang tingkat penularannya bisa 90 persen sampai 100 persen, tingkat kematian rendah bila ditangani dengan baik. Bisa sembuh juga, tapi perlu diingat bahwa 50 persen yang sembuh masih bisa menulari ke sapi yang lain sampai waktu dua tahun," jelasnya.
Untuk mengatasinya, kata dia, Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan agar sapi yang terpapar PMK harus dimusnahkan atau dipotong. Kabar baiknya, mengonsumsi sapi yang mengidap penyakit ini tidak menyebabkan penularan ke manusia.
"Kami berupaya mengobati dengan dikasih obat-obatan dan vitamin, mudah-mudahan banyak sapi yang sembuh dan dapat dipotong saya hari raya kurban nanti," pungkasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Total ada 13 sapi milik warga yang mati secara mendadak.
Baca SelengkapnyaMeski sudah berulang kali menjadi sorotan, masih ada saja sapi-sapi yang digembalakan di Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Solo.
Baca SelengkapnyaPemprov Jateng menemukan hewan kurban terserang penyakit diare dan cacar.
Baca SelengkapnyaKepada peternak, apabila ada ternak yang muncul gejala LSD, diimbau untuk segera dilakukan vaksinasi.
Baca SelengkapnyaBanyak lahan persawahan menguning karena diserang hama wereng dan tikus.
Baca SelengkapnyaApi menjalar dan membakar tiga kandang ternak dan satu gudang yang ada di sekitar TPA Jatibarang.
Baca SelengkapnyaKorban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menyebut stok daging sapi terancam langka saat bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaKebakaran yang dipicu oleh korsleting listrik itu telah memicu kobaran api yang dahsyat.
Baca SelengkapnyaKapolres menerangkan bahwa pengungkapan kasus sindikat pencurian ternak ini merupakan komitmen untuk menjaga Kamtibmas di masa tahapan Pilkada.
Baca SelengkapnyaMasuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya