Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Strategi jitu Letkol Slamet Riyadi hancurkan konvoi musuh di Solo

Strategi jitu Letkol Slamet Riyadi hancurkan konvoi musuh di Solo Slamet Riyadi. ©2015 merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Berbagai perjanjian telah disepakati Indonesia dan Belanda demi menyudahi pertumpahan darah, namun berkali-kali negeri Londo tersebut melanggarnya. Berbagai perjanjian yang mengukuhkan kekuasaan mereka atas Indonesia dibatalkan dan dijawab dengan operasi militer.

Penyerbuan awal dalam Operation Kraai (Operasi Gagak) telah berhasil menundukkan pertahanan TNI di Landasan Udara Maguwo. Dalam tempo singkat, Belanda telah menguasai Yogyakarta dan memenjarakan Soekarno-Hatta, anggota kabinet dan pejabat-pejabat lainnya.

Saat berlangsungnya serbuan tersebut, Tentara Nasional Indonesia tak siap menghadapinya. Selain pasukan yang tercerai berai usai meredam pemberontakan PKI di Madiun, para tentara masih berupaya mengonsolidasikan kekuatannya. Meski begitu, para pejuang telah menduga serangan itu bakal terjadi.

Komandan Brigade V di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Slamet Riyadi telah mendengar operasi kilat yang digelar Belanda. Dia langsung mempersiapkan kekuatan dengan menarik sejumlah pasukan yang tercerai berai. Dalam waktu sekejap, dia berhasil mengumpulkan anak buahnya.

Setelah memerintahkan bumi hangus, Slamet telah memperkirakan Belanda bakal menyerbu melalui Kertasura, Solo. Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk mempertahankan wilayah tersebut dari serbuan Belanda. Ia menunjuk Sandy Moerdani (kakak Benny Moerdani) sebagai pemegang komando.

Tak hanya itu, anak buahnya telah membuat pelbagai rintangan serta menghancurkan sejumlah jembatan demi menghambat Belanda. Taktik ini ternyata berhasil, tanpa harus bertempur secara frontal, Brigade V KNIL di bawah komando Kolonel van Ohl terhambat dua hari dari rencana semula merebut Kota Solo.

Rupanya, Slamet merancang taktik lain, dia sengaja menyerahkan Solo ke tangan Belanda. Dengan cara ini, dia meyakini Belanda bakal lengah sehingga mudah diserang oleh para pejuang. Aksi gerilya dimulai.

Selama bergerilya, Slamet dua kali berhasil memukul mundur pelbagai serangan Belanda untuk menyergap dirinya. Kejadian pertama berlangsung di Karangnongko, Klaten dan berlanjut ke Eromoko, Wonogiri.

Dalam penyergapan pertama, Slamet sudah menyadari kedatangan Belanda yang mencium keberadaannya. Salah satu anak buahnya langsung melaporkan pergerakan tersebut dan dia langsung mempersiapkan pasukannya.

"Sandy, pimpin anak buahmu melingkar. Sergap mereka dari arah lambung kanan. Alihkan perhatian mereka. Saya akan serbu mereka dari belakang dengan anak-anak yang masih tersisa," perintah Slamet seperti dikutip dari buku 'Ign Slamet Riyadi: Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS', karya Julius Pour terbitan Gramedia tahun 2008.

Perintah itu dilaksanakan dengan baik. Tentara Belanda terkonsentrasi dari arah tembakan yang dilancarkan anak buah Sandy, mereka tak menyadari bahaya tengah mengintai dari belakang. Alhasil, Slamet berhasil meluluhlantakkan musuh dan memaksa mereka mundur dari medan pertempuran.

Meski gagal dalam penyergapan pertama, Belanda tak menyerah demi mendapatkan kepala Slamet. Intel mereka berhasil mendapatkan pergerakan Slamet di Eromoko. Lagi-lagi, pergerakan ini sudah tercium Slamet.

Slamet memerintahkan Sandy bergerak cepat menyeberangi jalan dan membentuk basis pertahanan. Tidak lama, tiga truk yang membawa tentara Belanda tiba di sekitar Eromoko, mereka pun ditembaki. Belanda kesal karena arah tembakan mereka tak ada yang mengenai pejuang, apalagi tembakan berasal dari berbagai penjuru.

Merasa tak mendapatkan buruannya, mereka lantas berbalik ke markas. Di tengah perjalanan, mereka ada yang tertidur dan bercanda dengan rekannya. Kelengahan ini dimanfaatkan Slamet dengan baik.

Slamet kemudian menembaki truk terakhir dan menewaskan beberapa prajurit di dalamnya. Tembakan berlanjut ke truk kedua dan terdepan, hingga jatuh banyak korban.

Belakangan, van Ohl sangat terkejut saat berjumpa untuk pertama kalinya dengan Slamet Riyadi. Dia tak menyangka telah berhadapan dengan pemimpin yang masih sangat muda, malah anak buah yang 12 di atasnya sangat menghormati komandan mereka. Meski pernah menjadi musuh, van Ohl mengagumi keberaniannya.

Itulah aksi perwira termuda dan pemberani asal Solo tersebut. Dengan taktik gerilya miliknya, dia berhasil membuat tentara Belanda kocar kacir menghadapinya.

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Baca Selengkapnya
Marinir Belanda Kesal, Jaket Perwira Kopassus Dijadikan Sasaran Lempar Pisau
Marinir Belanda Kesal, Jaket Perwira Kopassus Dijadikan Sasaran Lempar Pisau

Kesal tak bisa mengalahkan kapten baret merah Indonesia, mereka melampiaskannya pada jaket militer tersebut.

Baca Selengkapnya
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.

Baca Selengkapnya
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan
Ipar Pangeran Diponegoro Ini Disebut Mirip Pahlawan Terkenal Dunia, Tak Gentar Menentang Penindas hingga Bikin Pihak Lawan Kewalahan

Ipar Pangeran Diponegoro ini bikin pihak lawan kewalahan. Bahkan, pihak lawan mengerahkan ribuan pasukan hingga mengadakan sayembara untuk mengalahkan sosoknya.

Baca Selengkapnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya
Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, Ini Sejarah dan Para Tokoh Penggagasnya

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
Suasana Kota Purwokerto Saat Digempur Belanda Tahun 1947, Semua Bangunan Dibumihanguskan
Suasana Kota Purwokerto Saat Digempur Belanda Tahun 1947, Semua Bangunan Dibumihanguskan

Setelah melewati pertarungan yang sengit, pada akhirnya Kota Purwokerto berhasil dikuasai Belanda.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Kolonel & Jenderal Tak Berani, Kapten Baret Merah Terjun Pimpin Operasi Tempur di Papua
Kolonel & Jenderal Tak Berani, Kapten Baret Merah Terjun Pimpin Operasi Tempur di Papua

Jenderal, Kolonel, Letnan kolonel tak ada yang berani mengacungkan tangan. Pilihan jatuh pada seorang kapten baret merah.

Baca Selengkapnya
Tragedi Berdarah di Kampung Rawagede, Ratusan Rakyat Sipil Jadi Korban Militer Belanda
Tragedi Berdarah di Kampung Rawagede, Ratusan Rakyat Sipil Jadi Korban Militer Belanda

Penyerangan di Rawagede ini dicap sebagai bagian dari kejahatan perang.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Noyo Gimbal, Pejuang Anti Kolonial dari Blora
Kisah Hidup Noyo Gimbal, Pejuang Anti Kolonial dari Blora

Hingga kini, tak ada yang tahu di mana makam Noyo Gimbal berada.

Baca Selengkapnya
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat
Pemberontakan Silungkang, Bentuk Protes Eksploitasi Kolonial di Kalangan Warga Sumatra Barat

Perlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.

Baca Selengkapnya