Sukhoi jatuh bukan karena cuaca buruk
Merdeka.com - Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat. Hingga saat ini, spekulasi seputar penyebab jatuhnya pesawat masih terus bermunculan. Salah satunya adalah faktor cuaca.
Kabut tebal yang kerap muncul di gunung itu diduga menjadi salah satu penyebab pesawat mengalami kecelakaan. Namun, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat pesawat jatuh, Rabu (9/5), kondisi cuaca di kawasan Gunung Salak cukup bersahabat.
"Saat kejadian, tidak ada faktor cuaca yang cukup menonjol. Cuaca tergolong normal," kata petugas prakiraan cuaca BMKG, Fadli, saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (11/5).
-
Apa dampak gempa pada pesawat? Gempa tetap bisa memengaruhi penerbangan dari aspek navigasi dan keselamatan.
-
Kapan kecelakaan pesawat terjadi? De Havilland Comet merupakan desain jet komersial awal yang memiliki jendela persegi. Namun, dalam waktu lima tahun setelah diperkenalkan, tiga Komet mengalami serangkaian kecelakaan tragis dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Melansir IFLScience & Daily Mail, Senin (13/5), setelah kecelakaan ketiga di 1954, penyelidikan menemukan bahwa retaknya kusen jendela menjadi penyebabnya.
-
Kapan helikopter jatuh di Gunung Burangrang? Helikopter ini diperkirakan jatuh pada 8 Februari 2001 lalu, di kawasan Gunung Burangrang.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Bagaimana helikopter jatuh? Dalam foto yang dirilis Press TV, helikopter berwarna biru itu terlihat jatuh menghantam gunung dan tergelincir dari gunung yang curam dan dipenuhi vegetasi.
-
Kenapa satelit Boeing meledak? Ledakan ini terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh sebuah anomali yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan.
Menurut dia, laporan kondisi cuaca itu diperoleh pihaknya dari hasil pantauan cuaca radar BMKG yang berada di sejumlah titik di dekat kawasan Gunung Salak.
"Kita juga ada radar pemantau di beberapa tempat, salah satunya di Lanud Atang Sanjaya. Berdasarkan laporan, tidak ada cuaca ekstrem," kata dia.
Karena itu, dia mengatakan, faktor cuaca bukan alasan penyebab jatuhnya pesawat canggih itu.
"Waktu jatuh, tidak ada awan yang ekstrem atau petir, cuaca cukup baik tidak terlalu ekstrem. Memang banyak awan tapi bukan awan yang menimbulkan petir atau guntur," kata dia.
Informasi tersebut, menjadi salah satu masukan yang dapat menjadi pertimbangan, bahwa faktor cuaca bukan faktor utama yang mengakibatkan pesawat buatan Rusia itu jatuh di Gunung Salak. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Marsma Agung mengaku belum dapat memastikan penyebab pastinya.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang menyemburkan lava pijar dan melepaskan SO2.
Baca SelengkapnyaEmpat penumpang dan satu pilot dievakuasi ke Rumah Sakit Bali Jimbaran, Badung.
Baca SelengkapnyaWilayah Indonesia tidak mengalami gelombang panas, karena berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan luas.
Baca SelengkapnyaAktivitas Gunung Ruang Menurun, Penerbangan di Sulut Kembali Normal
Baca SelengkapnyaKhusnu menyampaikan bahwa helikopter membawa person on board (POB) yaitu 1 pilot dan empat penumpang.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebutkan Siklon Tropis Yagi yang terpantau 24 jam terakhir berada di Laut Cina
Baca SelengkapnyaGempa bumi dengan magnitudo 4,6 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Gempa terjadi sekitar pukul 06.35 WIB.
Baca SelengkapnyaSuhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu.
Baca SelengkapnyaCuaca Buruk, Lion Air Batal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Baca SelengkapnyaBaru beberapa bagian dari dua bangkai pesawat telah berhasil dievakuasi dari lokasi kecelakaan.
Baca SelengkapnyaAirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Baca Selengkapnya