Tenggelamnya KMP Yunicee, Kabar Duka dari Selat Bali
Merdeka.com - Kecelakaan di perairan Indonesia kembali terjadi. Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee tenggelam di Selat Bali, dekat Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Selasa (29/6) sekitar pukul 19.12 Wita.
KMP Yunicee merupakan kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Kapal ini memiliki panjang 56,5 meter dan lebar 8,6 meter, berwarna putih strip merah biru.
Saat kejadian, KMP Yunicee sedang menunggu antrean untuk menurunkan penumpang di Pelabuhan Gilimanuk. Kapal itu dilaporkan membawa 16 ABK, 41 penumpang, dan 40 unit kendaraan.
-
Dimana kapal itu tenggelam? Kapal penangkapan ikan KM Dewi Jaya 2 yang mengangkut 37 orang dari Muara Baru, Jakarta tujuan Lombok, Nusa Tenggara Barat tenggelam di perairan Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan (Sulsel).
-
Kapan kapal tersebut tenggelam? Lempengan-lempengan yang diukir dari marmer Purbeck ini merupakan muatan kapal karam bersejarah tertua di Inggris yang tenggelam di lepas pantai Dorset pada masa pemerintahan Henry III di abad ke-13, seperti dikutip dari Ancient Origins, Jumat (14/6).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar,' ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Di mana kapal tenggelam itu ditemukan? Pada 2018, Departemen Penelitian Bawah Air Universitas Antalya menemukan bangkai kapal yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 SM tersebut di lepas pantai barat Provinsi Antalya.
Sejumlah informasi menyebut KMP Yunice dihantam ombak dan angin kencang saat mengantre untuk bersandar dan menurunkan penumpang. Kapal itu terbawa arus ke arah selatan, kemudian mengalami kemiringan, terbalik, dan tenggelam.
Kapal yang ada di perairan itu langsung menyelamatkan para penumpang dan ABK. Tim SAR gabungan pun dikerahkan.
"Tim terdekat yang kami kerahkan dari Pos SAR Jembrana dan Pos SAR Buleleng, selanjutnya menyusul personel dari Kantor Basarnas Bali dan juga tim SAR dari Basarnas Surabaya melalui jalur laut," kata Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada, Rabu (30/6).
Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya, Jawa Timur, mengerahkan Kapal Negara (KN) SAR Permadi dan dua kapal cepat ke kawasan itu. Sementara TNI Angkatan Laut mengerahkan KRI Rigel-933 dan KRI Soputan-923. KRI Rigel-933 merupakan kapal survey hydro oseanografi yang mempunyai kemampuan khusus untuk mendeteksi bawah air.
Hingga Rabu (30/6) malam, total korban yang sudah ditemukan 46 orang. Jumlah itu terdiri dari 39 korban selamat dan tujuh korban meninggal dunia, terdiri dari lima perempuan dan dua laki-laki. Sementara itu, 11 orang masih dinyatakan hilang.
Duka Keluarga
Kejadian ini membawa duka mendalam kepada keluarga para korban. Pasangan suami istri Sugianto dan Dewi Sulistiana, misalnya. Mereka harus kehilangan putri dan putranya, Alifiah Putri Sugiarti (19) dan Bagas Putra Sugiarto (17). Keduanya dimakamkan di Pemakaman Bugis Sidakarya, Denpasar, Bali, Rabu (30/6) sore.
Sepupu korban, Sibro Ali, mengaku masih syok dan belum percaya dengan musibah itu. "Kami syok karena mereka berdua langsung pergi," ungkapnya.
Dia memaparkan, Alifiah dan Bagas berlibur bersama ayah dan ibunya, Sugianto dan Dewi Sulistiana, ke Kabupaten Jember, Jawa Timur. Selasa (29/6), mereka kembali ke Denpasar menggunakan mobil bersama seorang sopir dan menyeberang menggunakan KMP Yunicee.
Saat mengantre untuk menurunkan penumpang, tiba-tiba kapal karam. Satu keluarga itu pun ikut tenggelam. Sugianto dan Dewi Sulistiana selamat, sedangkan kedua anak mereka meninggal dunia. Sementara sopir mereka belum ditemukan.
Sugianto tak kuasa menahan tangis saat prosesi pemakaman. Dia tak berkata-kata.
Sugianto dan Dewi masih syok dengan apa yang menimpa anak-anaknya. "Orang tua mereka (Alifiah dan Bagas) masih syok dan sedih. Makannya belum bisa memberikan keterangan," ujarnya.
Selain Sugianto dan Dewi, masih ada keluarga lain yang berduka. Mereka kehilangan orang yang dikasihi akibat tenggelamnya KMP Yunicee.
Tak Sesuai Manifes
Persoalan klasik kembali terkuak setiap terjadi kecelakaan di perairan. Seperti kapal tenggelam lainnya, banyak penumpang KM Yunicee tidak terdaftar di manifes.
"Dari 39 orang ini (yang selamat) kalau dirinci adalah apakah semuanya masuk dalam manifes, ternyata memang dari data yang ada bahwa total yang masuk dalam manifes adalah 41 orang. Jadi dari 41 orang, yang kita temukan 39 ternyata masuk dalam manifes hanya 16, selebihnya 23 orang yang selamat adalah di luar manifes," kata Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, Rabu (30/6).
Tujuh korban meninggal dunia juga telah teridentifikasi, baik nama, alamat rumah, hingga keluarganya. Di antara ketujuhnya, hanya tiga orang yang terdaftar di manifes.
Posko yang didirikan di Pelabuhan Gilimanuk juga menerima laporan tentang adanya orang yang hilang atau belum ditemukan. "Itu ada 11 lagi yang belum kita temukan berdasarkan laporan orang hilang. Dari 11 itu ternyata yang masuk dalam manifes ada lima (dan) enam lagi tidak ada di dalam manifes, itu orang yang hilang," jelasnya.
"Ada ataupun tidak dalam manifes, kita dari tim gabungan dari Basarnas, Kodim, Polda, dari unsur-unsur Pemda, itu sama-sama mencari keberadaan orang yang dilaporkan hilang," ujarnya.
Arus Kuat dan Kapal Tua
Penyebab tenggelamnya KMP Yunicee belum diketahui pasti. Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Komang Teguh Ardana memaparkan ada dua kemungkinan penyebab tenggelamnya KMP Yunicee, yakni human error atau situasi eksternal seperti keadaan cuaca dan arus yang tidak bersahabat.
Penjelasan ilmiah didapat dari peneliti pada Laboratorium Data Laut dan Pesisir Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr Ing Widodo Setiyo Pranowo. Dia memaparkan arus laut saat kejadian bergerak menuju selatan-tenggara.
"Arus laut di celah sempit antara Ketapang dan Gilimanuk bergerak menuju ke arah selatan-tenggara dengan kecepatan lebih dari satu meter per detik saat KMP Yunicee diberitakan tenggelam," kata Widodo dikutip dari Antara.
Arus yang kuat itu muncul karena perbedaan elevasi Laut Bali dan sisi selatan Selat Bali.
Dugaan sementara, penyebab KMP Yunicee oleng adalah ketika kecepatan kapal diturunkan atau dikurangi saat proses merapat ke Pelabuhan Gilimanuk.
Arus kencang dari arah utara menuju ke selatan, mendorong lambung kapal, sehingga menyebabkan stabilitas kapal terganggu kemudian kapal oleng dan miring.
Beban di atas kapal bergeser semua ke sisi miring yang kemudian menyebabkan kapal tenggelam. Namun demikian, kata Widodo, dugaan itu masih perlu untuk diinvestigasi secara lebih lanjut.
Analisa ilmiah juga datang dari dosen Teknik Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof I Ketut Aria Pria Utama FRINA. Menurutnya, usia kapal juga berpengaruh pada kejadian itu.
"Kondisi kapal kelihatannya sudah tua dan kurang terawat. Usia kapal memberi pengaruh terhadap ketenggelamannya. Tentu perlu survei dari PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)," ujar Aria, Rabu (30/6).
Dia menjelaskan, secara umum umur rata-rata kapal feri adalah 20 tahun, bahkan di luar negeri hanya 10 tahun, lalu dijual. Tetapi jika dirawat dengan baik lanjut Aria, maka kapal bisa dioperasikan 5 sampai 10 tahun ke depan.
"Setahu saya, KMP Yunicee ini pun bukan kapal baru, karena dibeli dari Korea Selatan," ucap Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu.
Aria memaparkan, dilihat dari foto, pintu rampa kapal sudah ditutup dengan kedap, sesuai dengan standar. "Kenapa kapal itu bisa tenggelam? Hanya ada satu jawaban yakni air masuk. Hanya, bagaimana caranya air masuk. Ada beberapa kemungkinan soal itu," kata Vice President the Royal Institution of Naval Architects (RINA) Regional Asia itu.
Dia mencontohkan, saat peristiwa kapal tenggelam salah satunya di Teluk Bone, Sulawesi, kapal tidak mengalami kebocoran, tapi air masuk karena gelombang laut yang besar melalui pintu rampa yang tidak kedap.
Air itu pelan-pelan masuk karena keteledoran kru kapal sehingga ruang mesin dipenuhi air dan membuat kapal terbalik. "Dari insiden kapal tenggelam ini kemungkinannya juga karena nakhoda tidak memperhatikan jika kapal sudah kandas. Ada di daerah yang tidak rata, mengenai kapal dan membuatnya robek dan membuat air masuk," tuturnya.
Selain itu, lanjut dia, ada bukaan di KMP Yunicee yang dapat ditutup saat musim dingin. Sementara di Indonesia bukaan tersebut dibuka agar ada angin yang masuk daripada harus memasang AC yang ongkosnya mahal.
"Bukaan ini ada ketentuannya, tidak boleh terlalu banyak dan terlalu lebar. Sebab jika ada gelombang besar, maka air akan masuk ke bukaan tersebut dan membuat kapal terbalik. Tapi kalau dia kandas ada sisi lain yang mengenai kapal dan membuatnya robek. Apalagi peristiwa terbaliknya sangat cepat," lanjutnya.
Dia juga mencontohkan peristiwa tenggelamnya kapal pesiar mewah Costa Concordia dari Italia. Kapal itu terbalik dan tenggelam juga di perairan yang dangkal, dan setelah dicek ada bagian kapal yang menabrak bagian pantai sehingga kapal robek."Kalau itu terjadi, perlu adanya standar dari pemerintah yang diubah. Bagaimana operasi kapal, jumlah kapal yang dapat beroperasi," sebutnya.
Aria juga menyampaikan bahwa standar untuk reparasi kapal sekitar 12-18 bulan. Yang diperiksa adalah ketebalan pelat dan pelat di lambung karena bersentuhan langsung dengan air.
"Hal itu berpotensi korosi yang membuat ketebalan dan kekuatannya berkurang, sehingga harus diperiksa. Kalau batasan pelat kurang dari standar di BKI, maka harus diganti," katanya dikutip dari Antara.
Harus Lebih Aman
Tenggelamnya KMP Yunicee menambah panjang daftar kecelakaan di perairan Indonesia. Ketua Ketua DPR RI Puan Maharani turut bersuara terkait kejadian ini.
"Kami berduka cita sedalam-dalamnya untuk para korban dan keluarga. Semoga para korban dan keluarganya diberi kekuatan untuk segera pulih dari luka dan duka," kata Puan, melalui pernyataannya, Rabu (30/6).
"Saya meminta pencarian korban terus dilakukan," sambung politisi PDI Perjuangan itu.
Puan meminta otoritas berwenang mencari tahu penyebab tenggelamnya KMP Yunicee. Evaluasi juga harus dilakukan untuk memperbaiki tata kelola angkutan kapal yang menjadi sarana transportasi masyarakat.
Dia bilang, peraturan kelayakan dan keselamatan kapal harus ditaati sepenuhnya. Anak Buah Kapal (ABK) harus terlatih dengan baik saat menghadapi situasi darurat.
"Ke depannya transportasi di laut harus lebih aman dan nyaman, harus lebih siap pada antisipasi dan proses evakuasi penumpang jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," harapnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim SAR gabungan menemukan seorang penumpang KM Yuiee Jaya II yang tenggelam di Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam keadaan selamat.
Baca SelengkapnyaKapal mengangkut 42 orang penumpang dan 16 orang Anak Buah Kapal (ABK).
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan mengevakuasi satu korban meninggal dunia akibat tenggelamnya KM Yuiee Jaya II di Pulau Kayuadi, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sabtu (16/3).
Baca SelengkapnyaBanyak yang mengirimkan doa dan berbelasungkawa kepada korban dan keluarga. Demikian juga dengan Penjabat Gubernur, Bahtiar Baharuddin.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaAda dua penumpang atas nama Hasmira dan Mariana meninggal dunia akibat tidak bisa berenang.
Baca SelengkapnyaBasarnas Makassar juga menambah personel pencari dan mengerahkan alut utama berupa Kapal KN Sar Kamajaya 104.
Baca SelengkapnyaSebuah kapal Speedboat KM. Pari Kudus terbalik di Kepulauan Seribu hari ini, Senin (11/3) sekitar pukul 15.30 WIB.
Baca SelengkapnyaKapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca SelengkapnyaKapal KM Parikudus yang membawa sekitar 30 penumpang terbalik di Perairan Pulau Rambut, Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu
Baca SelengkapnyaKapal yang memuat 40 ton beras dan 30 tabung elpiji tenggelam usai dihantam ombak saat berada di Perairan Selayar.
Baca SelengkapnyaNamun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.
Baca Selengkapnya