Terbongkarnya Jaringan Prostitusi Online Libatkan Puluhan Siswi SMP di Samarinda
Merdeka.com - Tidak kurang 20 siswi SMP di Samarinda, Kalimantan Timur, diduga jadi korban prostitusi online. Mereka ditawarkan oleh muncikari lewat grup aplikasi pesan WhatsApp.
Desakan ekonomi, seperti keperluan kuota internet di masa belajar di rumah, jadi salah satu alasan mereka terpaksa melakoni bisnis itu.
Dugaan prostitusi lewat WhatsApp itu, terendus dalam pekan ini. Belakangan diketahui, grup WhatsApp itu, tidak hanya berisi anak siswi SMP, namun juga wanita dewasa.
-
Siapa saja yang berpotensi jadi pelaku kekerasan seksual online? Pelaku seringkali membangun hubungan dengan anak-anak, biasanya dengan menyamar sebagai teman sebaya atau karakter yang mereka sukai, atau menggunakan pendekatan lain.
-
Siapa saja yang menjadi korban penipuan WhatsApp? Saat ini makin banyak jenis-jenis penipuan yang kerap diterima melalui pesan WhatsApp atau WA. Korbannya pun sudah ada.
-
Siapa yang sering melakukan pengemis online? Saat ini banyak konten kreator yang sering mengunggah video mengemis online di akun media sosialnya seperti Tiktok, Instagram, Short Youtube.
-
Siapa yang diduga mencabuli santriwati? Seorang ustaz inisial FS (34 tahun) yang mengajar di salah satu dayah (pesantren) di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, ditangkap polisi. Dia diduga mencabuli santriwatinya.
-
Siapa otak pemerkosaan siswi SMP? D diketahui sebagai otak kejahatan yang membawa korban ke TKP dan mengawali perkosaan disaksikan sembilan temannya.
"Jadi, ini awalnya anak saya sendiri diajak temannya, dan sempat masuk grup WhatsApp. Ternyata isinya, pornografi semua. Anak saya kemudian kasih tahukan ke saya," kata Fasilitator Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian PPA RI, Adji Suwignyo, dikonfirmasi merdeka.com, Rabu (10/2).
Adji menerangkan, dalam grup itu, juga diduga dilakukan transaksi open booking out (BO), salah satu member siswi SMP. "Ini sudah masuk prostitusi online, perdagangan orang," ujar Adji.
Menurut Adji, saat ini, dia tengah melakukan konseling siswi SMP, yang diduga terjebak dalam prostitusi online via WhatsApp itu. Jumlahnya, tidak kurang 20 siswi.
"Jadi, di dalam grup itu bertukar biografi. Sebagian anak, menawarkan temannya sendiri. Mereka mengambil fee," jelas Adji.
"Alasan siswi itu melakukannya, selain ekonomi, juga karena tidak ada pengawasan orangtua. Akhirnya, mereka ini kumpul-kumpul dengan teman. Buat beli pulsa, beli paket internet, ya cara seperti itu (open BO)," ungkapnya.
Adji berharap, orangtua mesti ketat mengawasi ponsel anaknya di rumah. "Orangtua mesti cek ponsel anak masing-masing. Khawatirnya, nanti lebih liar, dan terjerumus," sebutnya.
Selain itu, lanjut Aji, yang mengejutkan lagi saat dia mendatangi salah satu guest house di Samarinda.
"Jadi, saya sempat cek ke guest house. Yang melakukan check in itu orang dewasa. Tapi, yang main di guest house itu anak usia sekolah," demikian Adji.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lewat grup telegram untuk memberikan konten- konten pornografi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta.
Baca SelengkapnyaPolisi membongkar prostitusi online lewat grup telegram ‘Premium Place’.
Baca Selengkapnyaantinya, semua wanita yang direkrut akan dipantau oleh IM (26) selaku otak dari sindikat 'Premium Place’.
Baca SelengkapnyaTiga perempuan ditangkap karena terlibat prostitusi online di Kota Banda Aceh. Mereka diringkus polisi yang menyamar sebagai pria hidung belang.
Baca SelengkapnyaRibuan wanita menjadi korban dari sindikat eksploitasi seksual 'Premium Place'.
Baca SelengkapnyaPolisi membongkar praktik prostitusi online terhadap dua remaja di bawah umur.
Baca SelengkapnyaKejadian berawal dari korban yang mendapatkan informasi penyedia layanan seksual dari aplikasi Telegram.
Baca SelengkapnyaPara pelaku menjalani praktik prostitusi melalui aplikasi MiChat.
Baca SelengkapnyaMuncikari memperkejakan jasa puluhan anak di bawah umur, ibu hamil hingga LGBT jadi tersangka.
Baca SelengkapnyaPelaku menawarkan prostitusi melalui Facebook dengan tarif beragam.
Baca Selengkapnya4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.
Baca SelengkapnyaKeduanya diamankan polisi saat berada di sebuah kamar hotel di Baturaja, Ogan Komering Ulu.
Baca Selengkapnya