Umat lintas agama di Surabaya kecam pembantaian muslim Rohingya
Merdeka.com - Gelombang kecaman atas pembantaian dilakukan pemerintah Myanmar terhadap warga muslim etnis Rohingya, terus disuarakan. Hari ini, Selasa (5/9), ribuan umat lintas agama di Indonesia menggelar aksi di depan gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur.
Mulai dari pelajar, mahasiswa, Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) hingga tokoh-tokoh lintas agama berkumpul. Mereka ada yang dari Majelis Pandita Budha, Hindu, Kristen, dan Islam. Termasuk Ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Dalam aksi itu, selain menggelar orasi secara bergantian, para demonstran juga membawa berbagai poster berisi kecaman. Salah satunya bertuliskan 'Usir Dubes Myanmar'.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa yang dilakukan Rohingya di Pekanbaru? 'Telah diamankan pengungsi Rohingya yang sedang mencari suaka di depan Kantor Konsulat Malaysia Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Bukit Raya oleh Polresta Pekanbaru,' ujar Heri kepada merdeka.com Kamis (14/12).
-
Kenapa Pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko menyebut, para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
-
Bagaimana Rohingya berjuang? Sejarah panjang perjuangan etnis Rohingya ini menunjukkan bahwa mereka terus berjuang untuk diakui sebagai warga negara yang setara di Myanmar, namun hingga kini mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
Mereka sepakat satu suara mengutuk kekerasan terhadap etnis Rohingya. "Semua agama mengajarkan kebaikan. Tidak mengajarkan penindasan. Apa yang terjadi di Myanmar, jelas penindasan terhadap umat manusia," ucap salah satu peserta aksi dari Sangha Mahayana Indonesia.
Ketua PC Muhammadiyah Sukomanunggal, Yahya mengatakan, bahwa aksi ini untuk mendesak pemerintah Indonesia agar segera memberikan tekanan kepada PBB. Tujuannya agar konflik geopolitik di Myanmar segera diselesaikan.
"Kalau tidak ada aturan ke luar negeri, mungkin kami sebagai umat muslim, sudah jihad ke sana. Kami hanya warga sipil, maka kami berharap pada pemerintah Indonesia untuk segera mendesak PBB," harap Yahya.
Namun, lanjut Yahya, jika konflik di daerah Arakan, negara bagian Rakhine ini tidak bisa diselesaikan oleh PBB, maka para demosntran menuntut agara pemerintah segera memutuskan hubungan diplomatik dengan Myanmar. "Usir Dubes Myanmar dari Indonesia," tegas Yahya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaWarga menilai pengungsi Rohingya memanfaatkan kebaikan orang Aceh.
Baca SelengkapnyaKemenag Surabaya akan berkoordinasi dengan Kepolisian saat di singgung apakah akan mengeluarkan larangan resmi terhadap Ustaz Syafiq berceramah di Surabaya.
Baca SelengkapnyaKericuhan yang terjadi saat pengajian Ustaz Syafiq Riza Basalamah di Masjid Assalam Purimas berbuntut panjang.
Baca SelengkapnyaNurul Arifin mengeluhkan terkait polemik salam lintas agama yang belakangan diharamkan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Baca SelengkapnyaSemakin kita menyatakan diri sebagai orang yang punya iman, maka besar tanggung jawabnya untuk mengedepankan toleransi.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka menuntut untuk menyikapi konflik lahan di Rempang.
Baca SelengkapnyaMajelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali Bali menggelar rapat yang dihadiri seluruh komponen ormas Islam di Denpasar, Rabu (3/1) sore.
Baca SelengkapnyaDewan HAM PBB kemarin menyetujui resolusi tentang kebencian agama setelah insiden pembakaran Alquran di Swedia bulan lalu
Baca SelengkapnyaJK mencontohkan konflik yang terjadi di Ambon dan Papua yang membuat warga mengungsi.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menilai, salam sejahtera yang sering digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal.
Baca SelengkapnyaMUI melarang umat Islam mengucapkan salam lintas agama
Baca Selengkapnya