Demokrat tidak masalah capim KPK tak ada perwakilan jaksa
Merdeka.com - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menghormati keputusan Presiden Joko Widodo terkait delapan nama calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hasil seleksi tim Pansel. Surat pengajuan dari Jokowi tentang delapan capim KPK telah dibacakan di rapat paripurna kemarin untuk dibawa ke Badan Musyawarah (Bamus) DPR.
"Ya diusulkan Presiden itu. Kita akan dalami nanti oleh teman-teman di Komisi III. Kita hargai apa yang diusulkan oleh Pansel. Nanti kita dalami," kata Syarief di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/10).
Syarief tidak mempersoalkan meski tidak ada satu pun calon yang memiliki rekam jejak sebagai jaksa. Pandangannya berbeda dengan anggota Komisi III DPR, I Putu Sudiartana menyatakan keheranannya dengan tim Pansel KPK yang tak satu pun meloloskan sosok yang memiliki latar belakang Jaksa.
-
Apa yang diapresiasi oleh DPR? Mengomentari hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni ikut mengapresiasi.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Apa saja yang diusulkan ke Kemenpan-RB? Anas menyebut proses pengumuman sempat tertunda karena beberapa kementerian dan lembaga belum menyampaikan formasi yang diperlukan.
-
Apa yang direkomendasikan PAN kepada Khofifah? Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan bahkan langsung menyerahkan surat rekomendasi partainya pada Khofifah.
-
Apa yang Zulhas katakan tentang PAN? “Memang PAN lahir dari rahim Muhammadiyah, tetapi sejatinya perjuangan Muhammadiyah adalah untuk bangsa. Maka inklusivitas PAN hari ini adalah mandat perjuangan yang niscaya. PAN juga milik NU, bahkan melintasi batas-batas ormas, agama, suku, bahasa, warna kulit. PAN adalah partai milik semua anak bangsa. Matahari yang selalu menyinari tanpa membeda-bedakan.“ Tutur Zulhas dalam pidato politiknya pada Peringatan HUT ke-25 PAN di Jakarta (28/8).
-
Apa yang diapresiasi DPR dari Kejagung? 'Kasus kakap yang telah diungkap pun nggak main-main, luar biasa, berani tangkap sana-sini. Mulai dari Asabri, Duta Palma, hingga yang baru-baru ini soal korupsi timah. Penerapan restorative justice juga terus meningkat setiap tahunnya. Dan selain itu, penyelenggaraan Adhyaksa Awards 2024 malam ini pun merupakan wujud nyata inovasi yang hebat dari Pak Jaksa Agung, pertama dalam sejarah. Ini bisa jadi daya pacu bagi seluruh jajaran untuk berlomba-lomba meningkatkan prestasi dan melayani masyarakat,' ujar Sahroni
"Ya abis gimana. Itu kan hak Pansel. Kita lihat fit and proper test dulu. Nanti setelah itu kita lihat Demokrat akan lihat siapa yang akan kita dukung," katanya.
Sebelumnya, Komisi III DPR akan memanggil panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelum melakukan fit and proper test terhadap 10 calon pimpinan KPK.
Anggota Komisi III DPR, I Putu Sudiartana mengatakan, pemanggilan pansel capim KPK ditujukan untuk meminta penjelasan yang dirasa masih kurang. Sebab, kedelapan capim KPK yang diloloskan pansel, tidak ada yang berlatar belakang dari jaksa.
"Kita sedang susun jadwalnya untuk memanggil dan rapat dengan pansel, kita akan tanyakan itu kenapa kok semuanya yang diloloskan tidak ada dari Jaksa. Kan sampai saat ini belum ada penjelasan itu dari pansel," kata Putu di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (2/10).
Putu menegaskan, pemanggilan pansel capim KPK bukanlah sebuah bentuk intervensi dari pihaknya. Namun, lebih kepada memastikan jika pansel sudah melakukan seleksi sesuai dengan aturan. Sebab, pihaknya berkaca pada Pimpinan KPK periode sebelumnya yang terjerat kasus hukum.
"Itu dia, kita harus memastikan agar Pimpinan KPK benar-benar bersih. Kita objektif kok," tegasnya.
Politikus Partai Demokrat ini pun mengaku menyesalkan pansel yang tidak meloloskan capim dari kalangan Jaksa. Padahal menurutnya, pimpinan KPK harus diisi salah satunya oleh orang yang berlatar belakang jaksa yang ahli dalam bidang penuntutan.
Putu menyatakan, jika dalam fit and proper test nanti semua capim KPK tak ada yang memuaskan dari hal penuntutan, tak menutup kemungkinan Komisi III akan mengembalikan nama-nama tersebut ke Presiden Jokowi.
"Sangat penting, karena Jaksa itu ahli dalam bidang penuntutan. Kan Pimpinan KPK itu harus ahli juga dalam penuntutan, itu adanya di Jaksa. Nah 10 capim ini kan enggak ada tuh yang dari jaksa, kita juga pertanyakan itu. Nanti kalau tidak sesuai semua, itu bisa saja terjadi (dikembalikan ke Jokowi), ujarnya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon pimpinan lembaga antirasuah harus terbebas dari pelanggaran etik, karena hal ini berkaitan dengan masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPKS menegaskan ketidakhadirannya dalam deklarasi Anies dan Cak Imin sebagai bakal capres dan cawapres di Pilpres 2024 tidak bermakna apa-apa.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Luluk menuturkan, sudah ada tujuh orang yang bersikap mendukung hak angket.
Baca SelengkapnyaWaketum Gerindra Habiburokhman mengungkap, belum ada anggota DPR yang berkeliling meminta tanda tangan anggota dewan untuk hak angket.
Baca SelengkapnyaZulhas menilai perbedaan dukungan partai-partai KIM di Pilkada 2024 merupakan hal wajar. Sebab, ada ratusan daerah yang menyelenggarakan Pilkada.
Baca SelengkapnyaSyahrul Yasin Limpo sebelumnya ditangkap KPK pada Kamis (12/10), usai ditetapkan sebagai tersangka dugaan kasus korupsi oleh KPK pada Rabu (12/10).
Baca SelengkapnyaNasDem mengaku tengah berkomunikasi dengan PDIP sebagai partai yang menginisiator hak angket.
Baca SelengkapnyaPembahasan partai yang akan bergabung dilakukan setelah KPU resmi menetapkan pasangan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaPKS sudah diundang dalam acara deklarasi Anies-Cak Imin.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman menyindir perlu adanya Panja Netralitas BIN usai beredar pakta integritas dukungan Pj Bupati Sorong ke Ganjar-Mahfud.
Baca Selengkapnya