Menebak langkah PDIP incar posisi ketua DPR lewat isu Trump
Merdeka.com - Kemunculan pimpinan DPR Setya Novanto dan Fadli Zon serta di jumpa pers bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump berbuntut panjang. Kritikan pedas dari anggota DPR terus berdatangan, terutama dari PDIP.
Fraksi PDIP pun melaporkan Setya dan Fadli ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). MKD akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kasus dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR yang menghadiri kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Anggota MKD dari Fraksi Hanura Syarifuddin Sudding menyatakan keputusan yang diambil seusai melakukan rapat internal itu diputuskan diambil tanpa pelaporan.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Siapa ketua DPR? Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin sampaikan apresiasi.
-
Siapa yang DPR minta tindak tegas? Polisi diminta menindak tegas orang tua yang kedapatan mengizinkan anak di bawah umur membawa kendaraan.
-
Kenapa anggota DPR kritik Erick Thohir? Diketahui cuplikan video dalam unggahan akun Youtube @SATU BANGSA tersebut merupakan momen saat Erick Thohir dicecar oleh anggota DPR RI dari Komisi VI terkait kasus yang terjadi di BUMN. Penelusuran Sementara artikel berita yang yang ada dalam video membahas soal kritikan dari anggota Komisi VI kepada Erick Thohir yang dinilai kerap gonta-ganti jajaran direksi maupun komisaris di BUMN yang dianggap tidak berkompeten.
-
Siapa yang mempertanyakan Tapera di DPR? Video tersebut saat anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Irine Yusiana Roba Putri mempertanyakan terkait Tapera, berikut transkrip pertanyaannya:
"Proses yang ada di MKD ini ada dua yaitu pengaduan dan tanpa pengaduan. Kami di rapat ini sudah memutuskan ini akan ditindaklanjuti tanpa pengaduan," kata Sudding usai rapat internal MKD, Senin (7/9).
Getolnya PDIP menggoyang pimpinan DPR disebut-sebut sebagai upaya partai berlambang banteng moncong putih itu mengincar kursi pucuk parlemen. Mungkinkah langkah PDIP terlihat seperti itu?
Pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing melihat bisa saja langkah yang dilakukan PDIP merupakan langkah mereka mengincar posisi ketua DPR.
"Namanya politik itu diartikan memperluas kekuasaan. Seperti yang dikatakan teori Machiavelli, figur utama dalam realitas teori politik. Dia mengatakan bahwa menghalalkan segala cara untuk kekuasaan, jadi kepentingan seperti bisa terjadi menurut saya," Kata Emrus saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (8/9).
Emrus menjelaskan, untuk hal itu bisa saja terjadi di ranah politik. Hal itu lantaran bagaimana pun orang yang berkecimpung di bidang kekuasaan, dia akan dengan sigap mengolah semua info, kekuatan, peristiwa dan segala yang bersangkutan untuk kekuasaan.
"Itu hal yang wajar saja untuk seorang politisi. Politik ini ibarat bunglon, dia bisa berubah-ubah. Karena kepentingan ini bukan lagi persaingan publik, tapi persaingan diri sendiri. Tapi sebetulnya saya heran, teman-teman DPR yang mengadukan mereka (Setya dan Fadli) ke MKD itu atas dasar apa? Basis mereka itu apa? Saya tidak bisa memahami mereka. Mereka menganggap itu melanggar etika dan sebagainya. Tapi mereka tidak menjelaskan detail etika mana yang dilanggar," jelasnya.
Emrus menjelaskan, mengenai laporan tersebut terus terang dirinya berbeda pandangan. Menurutnya, sepanjang mereka tidak melakukan hal-hal yang bersifat amoral, merugikan negara atau korupsi, apa salahnya mereka menghadiri acara tersebut.
"Malah kedatangan mereka menurut saya itu hal yang positif. Karena kan tidak sembarangan presiden mengundang orang dalam acara sepenting itu. Mereka tidak melanggar kok. Kecuali jika mereka mengabaikan tugas utamanya di sana. Tugas mereka kan dilaksanakan. Itu hal positif malah menurut saya, untuk lebih mengenalkan Indonesia ke negara lain," tuturnya.
Lanjut Emrus, ada baiknya para anggota DPR memerhatikan hal lain yang lebih penting dibandingkan membahas kunjungan Setya dan Fadli itu.
"Masih banyak kerjaan lain, misal membicarakan tentang turunnya nilai rupiah kita dari sudut pandang mereka sebagai anggota DPR. Daripada mereka mempermasalahkan Setya dan Fadli Zon yang sebenarnya tidak signifikan untuk kepentingan negara. Dolar melambung tinggi, rupiah turun, sehingga banyak mengakibatkan rakyat menderita. Saya kira teman-teman di DPR itu lebih baik memikirkan ketinggian uang daripada kunjungan," tutupnya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasto ungkap PDIP menerima tekanan terkait hak angket
Baca SelengkapnyaBasarah mengatakan, wacana hak angket tidak melempem dan terus dimatangkan PDIP.
Baca SelengkapnyaPDIP menjadi partai politik yang berhasil meraih kemenangan pada pemilihan legislatif (Pileg) 2024.
Baca SelengkapnyaDjarot menyebut komunikasi tersebut bertujuan untuk mencegah penyelundupan Pasal-Pasal di RUU MK.
Baca SelengkapnyaIrma Suryani mengkritik tajam sikap PDIP depan Hasto Kristiyanto terkait Pemilu 2024.
Baca Selengkapnya"Mba Puan sebagai Ketua DPR tidak pernah menutup mata dengan apapun enggak pernah," Adian Napitupulu
Baca SelengkapnyaPolitikus PDIP Deddy Yevry Sitorus menerima laporan dugaan potensi pelimpahan suara untuk memenuhi syarat lolos ambang batas parlemen partai tertentu.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Kusnadi di KPK bukan atas sebuah panggilan melainkan mendampingi Hasto yang diperiksa penyidik KPK.
Baca SelengkapnyaPDIP terlihat melakukan perlawanan usai Golkar dan PAN gabung Prabowo
Baca SelengkapnyaEmpat kader PDIP menggugat SK kepengurusan partainya ke PTUN.
Baca SelengkapnyaPDIP menyerap suara arus bawah mengenai sikap yang harus diambil oleh partai.
Baca SelengkapnyaEmpat orang kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) seperti Pepen Noor, Ungut, Ahmad dan Endang Indra Saputra.
Baca Selengkapnya