Salah masjid, Sandi gagal napak tilas Bung Karno salat Jumat usai baca proklamasi

Merdeka.com - Bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno mengaku gagal pencitraan untuk salat Jumat di Masjid Jami Matraman, Jalan Matraman Masjid, Pengangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Sambil berkelakar, Sandiaga bercerita dirinya ingin salat di Masjid Jami Matraman usai menghadiri upacara HUT RI ke-73 di Universitas Bung Karno.

Awalnya, Sandiaga ingin napak tilas dari para proklamator RI, seperti Soekarno dan Hatta. Masjid tersebut dianggap sangat bersejarah karena Soekarno, Hatta dan para pejuang lain melaksanakan ibadah salat Jumat di sana setelah mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.

Tapi karena kesalahan informasi, Sandiaga dan rombongan salat di Masjid Jami Cikini Al-Makmur, Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat.

"Tadi seperti yang dibaca kan maunya gaya pencitraan abis dari UBK. Mana tulisan itu, mengarahkan ke masjid yang Bung Karno dan lain-lain pada salat setelah proklamasi tapi salah informasi akhirnya ke sini. Masjid yang dekat Cikini. Tadinya mau napak tilas abis proklamasi jalan ke masjid sana. Ini kita harus jujur kalau salah, salah." canda Sandiaga di sebuah cafe di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta, Jumat (17/8).

Sandiaga membacakan sebuah teks berisi sejarah singkat Masjid Jami Matraman dan kaitannya dengan proklamasi kemerdekaan.

"Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 jatuh di hari Jumat sama seperti hari ini. Sesudah membacakan proklamasi para proklamator berjalan ke masjid terdekat yaitu di Masjid Jami Matraman. Yang di depan Sekber depan Amir Hamzah," ungkapnya.

Setelah membacakan teks proklamasi, kata Sandi, Bung Karno dan para pejuang lain berjalan kaki menuju Masjid Jami Matraman untuk mengucap syukur dan meminta kekuatan kepada Allah untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.

"Para bapak bangsa kita, proklamator bersujud di masjid salat Jumat memohon Ridho atas kemerdekaan kepada Allah SWT. Dalam doa mereka mungkin mereka memohon kekuatan agar menunaikan akad janji kemerdekaan," paparnya.

Secara singkat, mantan Wakil Gubernur DKI ini memaparkan, Masjid dibangun atas swadaya masyarakat pada 1860. Masyarakat menyumbang berbagai hal mulai dari bahan pangan sampai tenaga untuk membangun masjid itu.

"Masjid Jami Al Makmur ini amat bersejarah sejak 1860 didirikan Raden saleh bersama ulama dan warga 150 tahun yg lalu. Rakyat urunan beras, urunan tenaga, bekerja keras membangun lalu membongkar masjid Al makmur yang kini menjadi cagar budaya," jelas dia.

Meski salah lokasi, Sandiaga tak menyesal karena bisa 'kulineran' di sekitaran Masjid Al-Makmur Cikini usai ibadah salat Jumat.

"Settingnya begitu tiba-tiba misskomunikasi ke sini. Jadi ya ini gagal pencitraan kita, tapi alhamdullilah dapat waktu untuk makan kulineran, kalau disitu kan agak susah kulineran," tandas Sandiaga.