Lestarikan Budaya Leluhur, Masjid Tua di Banyumas Ini Ternyata Punya Tradisi Unik saat Ramadan
Saat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk.
Saat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk.
Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tua di Banyumas. Masjid itu konon sudah dibangun pada tahun 1288 Masehi. Namun ada versi lain yang menyebutkan kalau masjid itu berdiri pada tahun 1522 Masehi.
Terlepas dari sejarahnya, masjid ini punya tradisi unik, terutama saat Bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih.
Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan. Konon tradisi mematikan lampu ini sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Tujuan dari tradisi ini tak lain agar doa dapat dilaksanakan lebih khusyuk.
Setelah Salat Tarawih selesai, para jemaah akan berdiri. Mereka kemudian menyanyikan lagu salawat dengan diiringi tabuhan rebana.
Foto: Liputan6.com
Tradisi lainnya saat Bulan Ramadan bagi para jemaah Masjid Saka Tunggal Banyumas adalah makan nyamikan atau makanan kecil yang dibuat oleh warga secara bergilir.
Dilansir dari Liputan6.com, memasuki 10 hari terakhir Bulan Ramadan, atau malam likuran mulai dari selikur (malam 21), relikur (malam 23), selawe (malam 25), dan seterusnya ada tradisi lain yaitu kepungan.
Tradisi kepungan yang rutin digelar pada akhir-akhir Ramadan memiliki makna tersendiri. Saat tradisi ini dilakukan, itu berarti para jemaah bersyukur telah melewati sebagian Ramadan dan tinggal sepertiganya. Mereka percaya bahwa sisa-sisa Ramadan yang dimulai dari hari ke-21 itu merupakan malam-malam penuh berkah.
Tak hanya pada Bulan Ramadan, Jemaah Masjid Saka Tunggal Banyumas punya tradisi yang sulit ditemukan di tempat lain khususnya saat ibadah Salat Jumat. Saat Salat Jumat, khotbah disampaikan dengan irama seperti sedang melantunkan kidung.
Selain itu, seluruh rangkaian Salat Jumat dilakukan secara berjamaah mulai dari Salat Tahiyatul Masjid, Salat Qobliyah Jumat, Salat Jumat, Salat Ba’diah Jumat, Salat Dhuhur, dan Salat Ba’diyah Dhuhur.
Dilansir dari Islamic-center.or.id, hingga kini Masjid Saka Tunggal Banyumas masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian suara azan yang dilantunkan oleh empat orang muadzin sekaligus tetap terdengar begitu lantang dan merdu di masjid tersebut.
Pada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaLebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaRitual jemaah penganut Tarekat Naqsyabandiah di Ranah Minang ini menghabiskan waktu di Bulan Ramadan dengan berzikir dan berdoa kepada Allah.
Baca SelengkapnyaPerbedaan hari Lebaran tidak pernah mereka permasalahkan.
Baca SelengkapnyaMasjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada.
Baca SelengkapnyaMegibung merupakan tradisi buka puasa bersama khas kampung Islam Kepaon Bali
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca SelengkapnyaDi balik keunikannya, penyajian makanan ini menyimpan makna filosofis
Baca SelengkapnyaMasjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca Selengkapnya