Tangkisan DPD dituding 'kambing hitam' kekalahan kubu Jokowi
Merdeka.com - Koalisi Indonesia Hebat akhirnya harus kembali menelan pil pahit setelah paket pimpinan MPR yang diajukan mereka kalah dari Koalisi Indonesia Hebat. Padahal dengan bergabungnya PPP ke koalisi pendukung Jokowi, kemungkinan kemenangan bisa diraih.
Lantas apa yang menjadi penyebab kekalahan kubu Jokowi-JK dalam voting pemilihan pimpinan MPR, Rabu (8/10) subuh, kemarin?
Elite Koalisi Indonesia Hebat menduga tak solidnya suara dari DPD menjadi penyebabnya. DPD dituding tak satu suara mendukung paket pimpinan MPR yang diajukan kubu Jokowi.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Bagaimana PDIP memenangkan pemilu? Kemenangan ini menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.Hal ini juga menegaskan bahwa visi dan misi partai ini sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat Indonesia.
-
Siapa yang memimpin konsolidasi PDIP di Bali? 'Hari ini Ibu Megawati akan memimpin langsung konsolidasi PDIP di Bali, di mana seluruh kader partai dihadirkan untuk mengompakkan suatu semangat juang dan kita lihat Bali ini militansinya sangat tinggi.'
-
Apa itu DPT Pemilu? DPT Pemilu adalah singkatan dari Daftar Pemilih Tetap.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Mengapa PDIP menjadi partai pemenang? PDIP berhasil menjadi partai pemenang pemilu 2019 dengan memperoleh dukungan yang signifikan dari masyarakat.
"Pak Oso bilang 100 suara, tapi prediksi kita paling sekitar 65. Mungkin dia sudah maksimal tapi ternyata DPD tetap begitu, ini sebuah pertandingan," kata Ketua DPP PDIP Trimedya Panjaitan di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.
Tudingan itu bukan tanpa dasar. Sebab, elite Koalisi Merah Putih mengakui kemenangan yang mereka raih salah satu penyebabnya karena adanya dukungan dari DPD.
"Ya betul karena suara mereka 132 suara jadi mereka memegang peranan penting. Jadi mereka lebih percaya kita (KMP) dengan 60 suara," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad.
Para senator pun tak terima DPD dijadikan 'kambing hitam' kekalahan Jokowi. Berikut ulasannya seperti dirangkum merdeka.com;
Pasek: Kalau tak ada DPD kubu Jokowi kalah besar
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gede Pasek Suardika membantah DPD terpecah saat pemilihan pimpinan MPR. Sebab jika memang itu terjadi, maka selisih yang akan dihasilkan akan jauh berbeda."Kita lihat dari selisihnya saja 17 suara, mayoritas suara dari DPD. Coba DPD tidak ada di situ, bisa selisih 60 sampai 70 suara," ungkapnya usai pemilihan ketua MPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (8/10).Dia menambahkan, solidnya DPD sudah nampak semenjak rapat terakhir yang dilakukan oleh mereka. Sebab mereka menginginkan ketua MPR berasal dari DPD. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berada di DPD juga merupakan kader partai."Hasil rapat sebelumnya mayoritas mendukung yang terbaik DPD sebagai ketua. Tapi ada varian politik juga di DPD. Kalau mau tim bekerja bagus tinggal diambil sembilan aja sudah menang. Soalnya bedanya cuman 17 suara," kata Gede Pasek.
Ketua sebut soliditas DPD sudah teruji
Elite Koalisi Indonesia Hebat menduga kekalahan mereka di voting pemilihan pimpinan MPR dikarenakan suara DPD tak solid. Namun hal itu dibantah oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Irman Gusman.Menurut Irman, kekompakan DPD sudah teruji saat DPD mempertahankan satu nama untuk masuk dalam paket pimpinan MPR, yakni Oesman Sapta Odang."Kekompakan DPD itu teruji sewaktu kami tetap mempertahankan nama tersebut. Sebab ada dua paket tapi isinya satu yang satu ada bonusnya, yang satu ketua yang satu lagi wakil ketua," ucap Irman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/10).
Irman sebut DPD tak sama dengan DPR yang berisi parpol
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Irman Gusman tak terima DPD dijadikan kambing hitam atas kekalahan kubu Jokowi dalam voting pemilihan pimpinan MPR.Irman menjelaskan, kondisi DPD berbeda dengan kondisi partai politik di DPR yang bisa bulat dalam satu komando pimpinan partai. Sebab, DPD adalah individu perwakilan daerah."Suara DPD ini tidak seperti suara di partai politik karena kami adalah kumpulan dari individu-individu yang mempunyai independensi yang tinggi," kata Irman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/10).
Ketua DPD sebut ada parpol kubu Jokowi berkhianat di voting MPR
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Irman Gusman yakin ada suara dari kader parpol pendukung Koalisi Indonesia Hebat yang membelot ke Koalisi Indonesia Hebat dalam voting pemilihan pimpinan MPR. Hal itu menjadi penyebab kalahnya Koalisi Indonesia Hebat."Jangan lupa suara dari partai pendukung ada yang merembes juga tentunya. Kalau lihat suara murni dari jumlah KMP 313 dan KIH 247 itu termasuk PPP. Jadi suara yang terbesar suara yang tersolid untuk masuk untuk mencapai angka 330 itu justru kontribusi dari DPD," kata Irman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/10).Irman menegaskan, pimpinan DPD hanya bisa mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam pemilihan pimpinan MPR dan solid mengusung satu nama. Terlepas dari hasil yang diraih semalam, lanjut Irman, DPD kini sudah sejajar di parlemen dengan terpilihnya Oesman Sapta Odang sebagai wakil ketua MPR."Kami DPD hanya bisa mendorong anggota untuk memilih paket A karena merupakan sejarah DPD dicalonkan sebagai ketua MPR. Untuk itu kita jangan saling menyalahkan. Yang terjadi tadi malam ketat sekali yang menang angkanya sangat tipis sekali. Berarti di MPR terjadi perimbangan kekuatan," tutup Irman.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Keliatannya bisa jadi usulan hak angket ini akan layu sebelum berkembang, akan diblok, ya akan di bendung oleh kubu koalisi pemerintahan Jokowi,"
Baca SelengkapnyaPihak Istana mewacanakan pertemuan antara Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri.
Baca SelengkapnyaKetika tingkat dukungan untuk Jokowi meningkat, maka berdampak positif bagi PDIP.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaTidak banyak yang dikatakan Jokowi saat diminta tanggapan terkait rasa sedih PDIP.
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaPDIP terlihat melakukan perlawanan usai Golkar dan PAN gabung Prabowo
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara RIDO Herzaky Mahendra Putra mengingatkan, Jokowi merupakan sosok yang pernah memimpin Jakarta dan memiliki basis pendukung kuat.
Baca SelengkapnyaHalim menyebut, bahwa PKB adalah koalisi pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan, yang diundang adalah mereka yang menjaga demokrasi hukum dan mau menegakkan hukum.
Baca Selengkapnya