Begini Cara Hentikan Kebiasaan Mengisap Jempol pada Anak
Merdeka.com - Kebiasaan mengisap jempol pada anak kerap masih dilakukan hingga umur yang sudah cukup besar. Orang tua perlu memahami penyebab anak masih melakukan hal tersebut untuk menghilangkan kebiasaan anak itu.
Psikolog anak yang juga Co-Founder Children Cafe Nuri Indira Dewi, menyebut bahwa mengisap jempol pada anak bisa dilihat dari pola kebiasaannya. Terdapat anak yang mengisap jempol saat hendak tidur, saat merasa cemas, takut atau sedih, menonton televisi, dan ada pula yang mengisap jempol saat tidak melakukan apapun.
"Dengan menemukan polanya, kita akan lebih mudah menemukan penyebabnya. Menghilangkan kebiasaan ini bisa dengan cara membuat tangannya sibuk dengan berbagai kegiatan lain," terang Nuri.
-
Mengapa anak mengemut makanan? Anak mungkin tidak merasa lapar sehingga tidak tertarik untuk makan. Ketika anak dipaksa makan dalam kondisi tidak lapar, mereka cenderung mengemut makanan sebagai bentuk penolakan.
-
Mengapa anak sering menjilati bibir? Salah satu penyebab bibir kering pada anak adalah Si Kecil suka menjilati bibir. Kebiasaan menjilati bibir ini bisa menyebabkan bibir menjadi kering. Sebab, air liur mengandung enzim yang dapat menyebabkan iritasi sehingga bibir anak menjadi pecah-pecah.
-
Bagaimana cara mengatasi anak yang suka ngemil? Saat ini terjadi, cobalah untuk mengalihkan perhatian anak pada hal lain. Terutama jika sebelumnya akan telah ngemil, sehingga dengan mengalihkan perhatian keinginannya untuk ngemil lagi akan terganti dengan fokus lain.
-
Bagaimana anak bereaksi saat merasa nyaman? 'Anak-anak dengan keterikatan yang aman cenderung lebih cepat tenang ketika dihibur oleh pengasuh utama mereka,' kata peneliti.
-
Kenapa anak suka menggigit kuku? Kebiasaan menggigit kuku sering kali muncul sebagai respons terhadap stres atau kecemasan.
Kegiatan itu dapat berupa ajakan bermain aktif, tidak seperti saat mengajak mereka menonton yang termasuk kategori kegiatan pasif. Dapat juga dengan mengajak anak mengobrol juga mengalihkannya dari mengisap jempol, bonusnya adalah meningkatnya kemampuan verbal dan kedekatan dengan anak.
Segera ingatkan dan hentikan ketika kita melihat anak mengisap jempol. Gunakan kata yang singkat misalnya 'jempol' atau 'ups!'.
"Berikan ekspresi netral dan hindari menunjukkan ekspresi marah atau kesal, apalagi sambil berteriak," tegas Nuri.
Tindakan mengingatkan anak agar tidak mengisap jempolnya dapat dilakukan secara bertahap. Terpenting terdapat peningkatan dari waktu ke waktu.
Kuncinya adalah konsistensi orang tua saat mendampingi, jangan lelah untuk mengingatkan anak dan hindari pembiaran meskipun hanya satu kali. Berikan kalimat-kalimat penguat dan minta anak untuk terus mengulangi.
"Misalnya yang dimasukkan ke mulut hanya makanan, dan jempol bukan makanan. Atau jempol untuk diacungkan saat kita bilang sip," jelas Nuri.
Bisa juga dengan kalimat aku sudah besar dan tidak mengisap jempol lagi. Dapat pula dicoba dilakukan di depan cermin untuk membantu menanamkan kalimat-kalimat itu ke dalam diri anak," lanjutnya.
Bila anak mengisap jempolnya setiap merasa cemas, takut atau sedih, oran tua dapat mengenalkan cara-cara lain untuk meredakan emosi negatifnya tersebut. Misalnya dengan menceritakan apa yang anak rasakan, menarik napas panjang, menangis hingga dia merasa lega, mencari solusi dan sebagainya. Orang tua juga dapat memberikan pelukan, menjadi pendengar yang baik, mengalihkan ke hal lain yang menyenangkan dan seterusnya.
Tunjukkan bahwa orang tua mengerti apa yang anak rasakan. Namun orang tua harus percaya bahwa anak bisa menghentikan kebiasaan ini.
"Memberikan reward atas upayanya juga tidak dilarang, selama reward itu menjadi bonus bukan tujuan utama. Bisa dalam bentuk apresiasi, ungkapan kebanggaan, atau benda dan kegiatan yang ia sukai," ungkap Nuri.
Orang tua disarankan dalam mengingatkan anak agar tidak mengisap jempol melakukan tindakan kekerasan, semisal memukul atau menyentil. Meski ampuh, tetapi cara itu bisa menimbulkan trauma pada anak.
Selain untuk membantu mengurangi kebiasaan mengisap jempol, strategi serupa dapat pula dilakukan untuk kebiasaan menggigiti kuku (nail biting). Perbedaannya, jika mengisap jempol terjadi secara alami, maka menggigiti kuku muncul lebih karena kecemasan, melihat kuku kurang rapi atau meniru dari orang lain.
"Karena itu kita dapat mengajarkan teknik-teknik relaksasi pada anak dan menjaga kuku anak tetap rapi dan bersih," tandasnya.
Reporter: Arie NugrahaSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh banyak anak adalah mengisap jari khususnya pada bagian jempol.
Baca SelengkapnyaGTM adalah salah satu tanda anak yang susah makan. Cari cara tepat untuk mengatasinya.
Baca SelengkapnyaAnak susah makan bisa jadi karena ada masalah dengan indera pengecapnya. Teliti tubuh anak untuk mengetahui keluhan dan konsultasikan ddengan dokter.
Baca SelengkapnyaSejumlah kebiasaan buruk pada anak perlu diketahui dan diatasi oleh orangtua.
Baca SelengkapnyaSejumlah hal kerap dilakukan oleh bayi dan anak dengan salah sehingga menyebabkan munculnya masalah.
Baca SelengkapnyaSimak penyebab anak tidur gelisah dan menangis beserta gejalanya berikut ini.
Baca SelengkapnyaKebiasaan menggigit kuku sulit dihentikan dan dapat mengakibatkan konsekuensi kesehatan, seperti infeksi dan kerusakan gigi.
Baca SelengkapnyaPada saat disusui, terdapat sejumlah respons yang bisa muncul dari bayi dan salah satunya adalah gigitan.
Baca SelengkapnyaGerakan Tutup Mulut (GTM) yang terjadi pada anak perlu untuk ditangani dengan tepat dan cepat.
Baca SelengkapnyaMengompol merupakan salah satu hal yang bisa terjadi pada anak walau usai melakukan potty training.
Baca SelengkapnyaPenyebab insomnia pada anak bisa beragam, mulai dari faktor psikologis hingga faktor lingkungan.
Baca SelengkapnyaKebiasaan bocah ini sukses bikin warganet khawatir.
Baca Selengkapnya