Ilmuwan Kini Tengah Mengembangkan Vaksin untuk Atasi Masalah Stres
Merdeka.com - Selama ini kita selalu mengatasi masalah stres yang dialami sehari-hari dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan hati. Namun tak lama lagi sepertinya masalah stres ini bisa diselesaikan dan bahkan dicegah sebelum terjadi.
Dilansir dari Her, ilmuwan saat ini disebut telah semakin dekat untuk menemukan vaksin stres. Sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2018 menemukan bahwa bakteri berbasis tanah bernama Mycobacterium vaccae (M. vaccae) mampu menurunkan reaksi stres. Hal ini terbukti setidaknya pada percobaan yang dilakukan kepada tikus.
Tim peneliti ini dipimpin oleh Professor Christopher Lowry dari University of Colorado Boulder's. Peneliti menyuntik mencit dengan bakteri sebelum memaparkan mereka dengan kondisi stres.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan? Menariknya, para ilmuwan baru-baru ini menemukan salah satu fosil burung terror yang diyakini menjadi yang terbesar yang pernah ditemukan.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti? Puluhan petroglief berusia ribuan tahun ditemukan terukir di atas bebatuan di balik semak-semak di daerah pedesaan di Tanum, Provinsi Bohusian, Swedia.
Pada jangka rendah, vaksin ini mencegah munculnya sindrom yang serupa PTSD. Selanjutnya, hal ini diketahui juga menurunkan reaksi stres.
Penelitian lain yang dipublikasikan oleh Lowry mencoba menjelaskan mengenai hal ini. Diidentifikasi bahwa lemak anti peradangan pada bakteri mungkin menjadi penyebab dari efek ini.
Tim peneliti mencoba mengisolasi dan mensintesis asam lemak ini secara kimia untuk melihat bagaimana hal ini berinteraksi dengan sel imun.
"gagasannya adalah bahwa karena orang sudah berpindah dari pertanian dan agrikultural atau perilaku berburu-meramu lalu ke kota, kita telah kehilangan kontak dengan organisme yang mengatur sistem imun tubuh dan menekan peradangan yang tak patut," jelas Lowry.
"Hal ini menempatkan kita pada risiko lebih besar terhadap penyakit peradangan dan masalah psikis berbasis stres," sambungnya.
Walau begitu, Lowry menyebut bahwa masih banyak hal yang harus dilalui untuk menyiapkan vaksin ini. Dia memperkirakan bahwa masih butuh 10 hingga 15 tahun lagi mengenai hal ini.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemajuan ilmu pengetahuan telah jelas menyatakan bahwa hal ini akan terjadi di masa depan.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan mengungkap virus yang menginfeksi bakteri dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaSejak 2013, dia sudah bergelut dengan penelitian tentang nyamuk bersama World Mosquito Program Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaSeorang ilmuwan asal Kyoto University dan Fikui University melakukan penelitian ini.
Baca SelengkapnyaAda tujuan tertentu para ilmuwan Korea Selatan membuat teknologi pengendali pikiran jarak jauh.
Baca SelengkapnyaPenyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak menjadi ancaman bagi para peternak. Rupanya, penyakit itu bisa diobati dengan tanaman kangkung.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaLiburan juga memiliki potensi untuk menyegarkan kembali pikiran.
Baca Selengkapnya