Ada Politik Uang di Pertemuan PSSI untuk Gusur Edy Rahmayadi?
Merdeka.com - Liputan6.com, Jakarta Pertemuan antara pengurus PSSI dengan voters di Hotel Royal Kuningan pada 17 Januari 2019 mencuatkan dugaan politik uang. Pertemuan itu sendiri diadakan untuk mendesak Edy Rahmayadi mundur dari posisi sebagai ketua umum PSSI.
Hal ini turut menarik perhatian Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. Dia pun mendesak Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola mengusut dugaan money politics (politik uang) dalam pertemuan para anggota PSSI tersebut.
"Ini kasus aktual. Satgas jangan hanya berkutat mengusut kasus-kasus lama, kasus baru pun harus diusut, bahkan kasus baru ini lebih mudah untuk ditemukan alat buktinya,"ujarnya seperti rilis yang diterima Liputan6.com.
-
Siapa pendiri PSSI? PSSI didirikan oleh seorang insinyur bernama Soeratin Sosrosegondo.
-
Apa yang terjadi di PSSI? PSSI telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Diketahui, jumlah karyawan yang diberhentikan mencapai 43 orang, termasuk dari divisi media.
-
Siapa yang di PHK oleh PSSI? PSSI telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Diketahui, jumlah karyawan yang diberhentikan mencapai 43 orang, termasuk dari divisi media.
-
Apa yang ingin dilakukan PSSI? PSSI terus melanjutkan program naturalisasi mereka, dengan fokus mencari pemain-pemain keturunan Indonesia yang berpotensi membela Skuad Garuda.
-
Kenapa PSSI melakukan PHK massal? 'Kami sedang menjalani transformasi. Hal ini tidak hanya melibatkan perubahan dari luar, tetapi juga harus diterapkan dalam organisasi itu sendiri,' kata Arya. 'Kami melakukan evaluasi dan kemudian melaksanakan pemutusan hubungan kerja,' tambahnya.
Dugaan politik uang juga terungkap dalam program �Mata Najwa� yang ditayangkan Trans 7, Rabu (23/1/2019) malam. Dalam acara itu, anggota Komite Eksekutif PSSI Gusti Randa mengakui adanya pertemuan PSSI di Hotel Kuningan itu.
Menurut testimoni seorang peserta pertemuan yang disamarkan nama dan suaranya, setiap peserta disodori draf mosi tidak percaya untuk menjatuhkan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. Lalu setelah tanda tangan, setiap peserta disodori uang sebesar 1.000 dolar Singapura plus uang tiket pesawat Rp 4 juta yang sudah lebih dulu dibagikan.
Edy Rahmayadi akhirnya mengundurkan diri dalam Kongres PSSI di Bali, Minggu (20/1/2019), untuk kemudian digantikan Wakil Ketua Umum I PSSI Joko Driyono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI.
Politik Uang
Neta menilai, uang yang dibagikan untuk menggalang mosi tidak percaya itu termasuk money politics, bahkan bisa digolongkan sebagai bagian mafia sepak bola yang kini sedang gencar diusut Satgas Antimafia Bola.
"Itu bagian dari mafia sepak bola, sehingga sudah menjadi kewajiban satgas untuk mengusutnya,"katanya.
Pengusutan kasus ini, jelas Neta, bisa dimulai dengan memanggil Najwa Shihab selaku host �Mata Najwa� untuk menggali data, siapa orang yang memberikan testimoni dalam acara tersebut.
"Syaratnya, orang tersebut harus mendapat jaminan perlindungan. Satgas bisa menggandeng LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, red). Dari sini, Satgas akan mendapatkan data valid untuk melakukan pengusutan lebih lanjut," katanya.
Satgas, lanjut Neta, juga bisa memanggil para peserta pertemuan PSSI di Hotel Royal Kuningan. Setelah itu, polisi bisa mendapatkan keterangan untuk bahan pengusutan.
Pengurus PSSI Baru
Terkait maraknya wacana pembentukan pengurus dan ketua umum PSSI baru, Neta berpendapat sebaiknya tidak berasal dari anggota yang terkontaminasi masalah match fixing. Dia menyebutnya pengurus lama tak layak untuk mencalonkan diri kembali.
"Mereka yang pernah diperiksa itu sudah potential suspect(berpotensi menjadi tersangka). Bagaimana kalau terpilih menjadi pengurus PSSI kemudian menjadi tersangka? Tentu semua akan repot," katanya.
Saat ini Satgas Antimafia Bola telah menetapkan 11 orang sebagai tersangka suap match fixing atau skandal pengaturan skor pertandingan sepak bola, antara lain Johar Lin Eng, Dwi Irianto dan Hidayat yang juga anggota Komite Eksekutif.
Beberapa petinggi PSSI seperti Sekjen PSSI Ratu Tisha hingga bendahara PSSI juga sudah dimintai keterangan. Ketua Umum (plt) PSSI Joko Driyono pun dipanggil Satgas Antimafia Bola pada Kamis (24/1/2019).
(mdk/)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut momen mantan Gubernur bintang tiga TNI dikepung suporter di Stadion.
Baca SelengkapnyaSebelum menjadi juru gedor Timnas AMIN, Edy Rahmayadi diketahui bukan orang baru di kancah politik nasional.
Baca SelengkapnyaEdy Rahmayadi menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 042, Jalan Karya Bakti, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Rabu (14/2).
Baca SelengkapnyaAgenda 'bersih-bersih' ini dilakukan setelah Erick melakukan pembenahan sepak bola Indonesia secara bertahap. Mulai dari timnas Indonesia, liga, dan kini PSSI.
Baca SelengkapnyaEdy Rahmayadi, menanggapi soal sindiran Bobby Nasution dalam debat publik pertama Pilkada Sumut 2024.
Baca SelengkapnyaKesamaan visi itu didapatkan setelah Edy melakukan pembicaraan dengan Hasto selama dua jam.
Baca SelengkapnyaPSSI memerlukan dana sekitar Rp800 miliar per tahun untuk menjalankan seluruh aktivitas tim nasional
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Sumatera Utara ini mengaku sudah biasa dimata-matai banyak pihak.
Baca SelengkapnyaDia juga memastikan tidak ada perjanjian politik yang diajukan PKB.
Baca SelengkapnyaMantan Pangkostrad TNI AD ini meminta kepada pendukung dan relawan AMIN untuk menjaga suara Anies.
Baca SelengkapnyaEdy Rahmayadi merupakan bakal calon gubernur pertama yang telah mengambil formulir pendaftaran Pilkada 2024 di PKB Sumut.
Baca SelengkapnyaMantan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengakui jika dirinya melirik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk maju di Pilkada Sumut 2024.
Baca Selengkapnya