Mengenal Ngidang-Ngobeng, Tradisi Memuliakan Tamu ala Orang Palembang
Setiap tradisi di Indonesia selalu melekat erat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berinteraksi sosial. Di Kota Palembang, terdapat sebuah tradisi yang konon merupakan warisan dari peninggalan leluhur yang bernama Ngidang atau Ngobeng.
Tradisi ini sangat tinggi maknanya karena bagian dari adab dalam melayani tamu ketika ada acara sedekahan atau kendurian dan pernikahan yang dilakukan secara lesehan kemudian membagi makanan. Adapun ketika membagi makanan dalam bentuk kelompok yang terdiri delapan orang.
Meski Ngidang atau Ngobeng ini terlihat begitu berantakan dan ada kesan repot karena harus melayani para tamu, namun di balik itu terdapat makna yang begitu mendalam dan tentunya menumbuhkan rasa gotong royong terhadap sesama.
Lantas, seperti apa tradisi yang penuh makna ini? Simak ulasannya yang dirangkum merdeka.com berikut.
Melayani Tanpa Terkecuali
Mengutip ANTARA, tradisi Ngidang atau Ngobeng ini biasanya para tamu tanpa terkecuali dilayani oleh seseorang yang bernama 'Ngobeng'. Mereka lah yang melayani dan memenuhi segala kebutuhan seperti menambah nasi atau lauk.
Selain itu, para tamu juga disediakan piring dan cangkir serta wadah untuk mencuci tangan yang juga dilayani oleh Ngobeng. Mereka akan membawa ceret air beserta wadah sisa air bilasan.
Tradisi ini tentu tidak memandang jabatan, pakaian yang dipakai, atau apapun sehingga seluruh tamu yang hadir wajib dilayani sampai selesai.
Menu Makanan yang Disajikan
Setiap hidangan ketika pelaksanaan Ngobeng ini akan ada nasi putih atau nasi minyak yang diletakkan di tengah-tengah hidangan lainnya. Kemudian ada 'Iwak' atau lauk seperti rendang, malbi, opor, ayam kecap, lalu ada 'Pulur' yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran.
berita untuk kamu.
Kemudian, dalam penataan makanan pun juga perlu diatur atau dilakukan secara silang, mulai dari iwak yang berdampingan dengan pulur agar tata krama ketika bersantap terkesan islami. Selain itu, para tamu tidak perlu mengulurkan tangan jauh-jauh untuk mengambil lauk.
Perbedaan Ngobeng dan Prasmanan
Mungkin tradisi Ngobeng ini akan kalah pamornya dengan istilah 'Prasmanan' seperti yang kita temukan saat ini. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang begitu mencolok di antara keduanya.
Prasmanan selalu terlintas bahwa setiap ingin menyantap makanan dipersilahkan untuk mengambil sepuasnya. Lebih dari itu, konsep prasmanan ini tentu tidak terhindarkan dari mubazir atau membuang makanan karena mengambil porsi yang terlalu banyak.
Sedangkan Ngobeng, akan diberlakukan mirip seperti prasmanan hanya saja porsi yang dihidangkan pun terbatas atau seperlunya. Tentu saja, hal ini bisa terhindar dari menyiakan-nyiakan makanan atau mubazir tadi.
Uniknya, setiap tamu pun secara otomatis akan menjaga perilakunya dengan cara mengambil makanan secukupnya dan biasanya akan meminta untuk menambah nasi atau lauk.
Tradisi Penuh Makna
Tradisi Ngobeng ini sejatinya akan lebih baik jika diterapkan di kondisi saat ini. Selain mengandung unsur adab yang baik, melainkan juga menekankan prinsip-prinsip yang ada dalam agama Islam.
Selain itu, dari sisi 'Ngobeng' pun juga mengandung arti jika hal tersebut merupakan bagian dari konsep gotong royong dan saling bantu membantu satu sama lain.
Bagi para tamu, makan bersama dalam satu lingkaran dengan duduk bersila tentu memicu timbulnya rasa akrab satu sama lain. Dengan tradisi ini akan cenderung mengedepankan sisi kekeluargaan dan kebersamaan yang lebih intim ketimbang konsep prasmanan.
- Adrian Juliano
Biasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaDari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaTradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam dan bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Para tamu undangan diperlakukan secara terhormat melalui tradisi piring terbang.
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaBiasanya tradisi Manjalang Mintuo ini juga dibarengi dengan saling bermaaf-maafan sekaligus membawa rantang yang berisikan berbagai macam masakan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaTradisi itu diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan ternak sapi sebagai makhluk Tuhan
Baca SelengkapnyaTradisi Islam yang satu ini masih terus dilestarikan sampai sekarang dan sudah menjadi bagian dari kebanggaan masyarakat Padang Pariaman.
Baca Selengkapnya