Satu Pasien Sembuh COVID-19 di Sumut Alami Reinfeksi, Begini Penjelasannya
Merdeka.com - Belum lama ini, satu pasien sembuh COVID-19 di Sumatera Utara dinyatakan kembali terpapar virus corona. Padahal sebelumnya, pasien tersebut sudah dinyatakan sembuh selama satu bulan dan kini kembali dirawat untuk mendapatkan penanganan COVID-19.
Namun ternyata, kejadian ini memang bisa terjadi. Pasien positif COVID-19 yang sudah sembuh bisa saja kembali terinfeksi dan dinyatakan positif, atau yang disebut juga dengan reinfeksi atau reaktivasi.
Dilansir dari laman resmi Humas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, kasus reinfeksi ini bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara bicara (Jubir) Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP), Aris Yudhariansyah di Medan, Rabu (6/5).
-
Bagaimana Pirola bisa menyebabkan re-infeksi? Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang berisiko terpapar kembali cacar? 'Infeksi ini bisa saja berulang, apalagi pada pasien yang imunitasnya rendah misalnya dengan penyakit kulit yang luas, pasien autoimun, HIV, dan lainnya,' ujarnya.
-
Kapan seseorang bisa terinfeksi Demam Berdarah lagi? 'Sudah kena DBD memang masih bisa kena DBD lagi, tapi biasanya sesudah tiga hingga enam bulan kemudian, karena antibodi IGM masih bisa bertahan hingga tiga bulan,' ujar Rahma.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
Tes Swab yang Kurang Akurat
Kasus reinfeksi ini hingga saat ini merupakan yang pertama terjadi di Indonesia. Meskipun masih termasuk dalam kasus langka, ada beberapa kemungkinan penyebab reinfeksi.
Kemungkinan pertama, hasil negatif “palsu” tes swab yang berasal dari pengambilan spesimen sampel lendir yang kurang cukup ataupun hasil positif “palsu” yang berasal dari spesimen yang mengandung virus tidak aktif.
Virus di dalam Tubuh Aktif Kembali
Kemungkinan kedua, virus yang masih tersisa dalam pasien sembuh aktif kembali. Hal ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh pasien yang masih lemah, sehingga virus bisa memperbanyak diri kembali. Bila ini terjadi, biasanya gejala yang ditimbulkan jauh lebih ringan dan transmisi orang ke orang kemungkinan kecil terjadinya.“Untuk itu, kami tekankan kembali pembatasan aktivitas sosial secara masif masih harus kita lakukan dengan ketat. Bahkan, beberapa negara yang berhasil menghentikan puncak pertambahan kasus seperti Korea dan Tiongkok, juga masih mengalami kemunculan kasus. Meskipun sudah tidak banyak,” kata Aris.
Terpapar Virus dengan Tipe Lain
Terakhir, lanjutnya, reinfeksi juga bisa terjadi lagi karena kemungkinan pasien sembuh terpapar virus dengan tipe lain. Berdasarkan penelitian, saat ini diketahui terdapat tiga tipe virus SARS-CoV-2. Ada kemungkinan memori kekebalan tidak akan berjalan pada pasien yang sembuh dari virus pertama, karena sistem imun tidak mampu mengenal tipe virus yang baru.
Masyarakat Jangan Panik Namun Waspada
Dengan munculnya kasus reinfeksi COVID-19 ini, masyarakat diminta untuk tidak perlu panik namun diimbau tetap waspada. Tetap lakukan prosedur kesehatan dan kebersihan yang baik dan lakukan upaya pemutusan rantai penyebaran secara efektif.“Penyakit ini memang bisa sembuh dan tidak perlu panik, tetapi diharapkan jangan sampai kita menyepelekan. Karena penyebaran virus ini sangat cepat.", kata Aris. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki empat serotipe sehingga seseorang mungkin bisa terinfeksi lagi setelah baru sembuh.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaKasus pertama cacar monyet terjadi pada Agustus 2022 lalu. Pasien itu pun sudah dinyatakan sembuh.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaDinas kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan kasus Covid-19 naik 40 persen dalam sepekan. Sementara kasus mycoplasma pneumonia enam orang.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaBerbagai fasilitas umum telah mengeluarkan imbauan untuk memakai masker.
Baca Selengkapnya