Tak Mau Divaksin, Ratusan Warga Ini Usir Petugas hingga Rusak Meja Kursi
Merdeka.com - Baru-baru ini viral di media sosial, video yang menunjukkan aksi penolakan vaksinasi Covid-19 oleh ratusan warga di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Serangga, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (28/9) kemarin.
Dalam video yang diunggah akun Instagram @medantoday pada Selasa (28/9), ratusan warga terlihat mengobrak-abrik lokasi vaksinasi, bahkan merusak meja dan kursi yang ada di lokasi.
Sebelumnya, ratusan warga itu juga membubarkan petugas vaksinasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya lantaran tidak mau divaksin.
-
Apa yang bikin warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Mengapa kejadian ini viral? Video penemuan tersebut dibagikan di platform Douyin (media sosial China) dan menarik perhatian publik.
-
Siapa yang menyebarkan video viral tersebut? Sebelumnya akun sosial media (Instagram, Tiktok, Facebook) Rama News (@ramanews) pada 23 April 2024 mengunggah sebuah video yang diambil dari akun TikTok widia_pengamatpolitik dengan narasi bahwa adanya kejadian nasabah BRI yang kehilangan uang merupakan efek dari pemilu yang membutuhkan uang untuk serangan-serangan bansos dan juga untuk membantu pemerintah yang merusak demokrasi.
-
Bagaimana kasus viral membuat polisi bergerak? Kasus viral yang baru langsung diusut memunculkan istilah 'no viral, no justice'
-
Apa yang terjadi di video viral tersebut? Sebuah video viral diunggah oleh akun TikTok @rismasf10 terkait peristiwa di gerbong wanita KRL jurusan Tanah Abang-Rangkas.Dalam video yang beredar, terdengar seorang ibu hamil marah-marah. Rupanya, ia marah karena direkam sembarangan oleh penumpang lain yang juga seorang wanita.'Nggak usah foto-foto saya, hapus! Terus maksudnya apa? Orang hamil diketawain? Gue lagi hamil pengen pakai kaya gini, nggak boleh? Saya udah curiga dari tadi. Etika anda kemana!' ucap ibu hamil tersebut.
Warga disebut-sebut merasa kesal dan marah atas kedatangan petugas vaksinasi lantaran mereka sedang beraktivitas. Ada juga dugaan pemaksaan yang dilakukan oleh petugas. Video ini langsung curi perhatian warganet.
Kesal Dagangan Jadi Sepi
Instagram/@kabaraceh ©2021 Merdeka.com
Dalam keterangan di unggahan itu, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (28/9) pagi. Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat Daya menjadwalkan vaksinasi Covid-19 bagi warga dan pedagang yang ada di lokasi tersebut.
Petugas sampai di lokasi dan langsung menyiapkan semua berkas-berkas. Kemudian, petugas meminta pedagang dan warga yang ada di lokasi dan yang melintas di lokasi untuk mau divaksin.
Namun, warga di lokasi tersebut justru merasa keberatan dengan adanya petugas vaksin. Alasannya para warga sedang beraktivitas dan kehadiran para petugas itu disebut membuat mereka jadi sepi pembeli.
Disebut Ada Unsur Pemaksaan
Instagram/@medantoday ©2021 Merdeka.com
Selain disebut membuat para pedagang sepi pembeli, ratusan warga kesal lantaran petugas vaksin diduga memaksa warga untuk vaksin dengan mengancam akan menyita KTP yang menolak divaksin. Warga menyebut, masyarakat yang ada di lokasi dan yang melintas di lokasi itu ditodong oleh petugas untuk melakukan vaksin dan diminta KTP-nya. Warga akan ditanyai sudah vaksin atau belum, apabila belum maka harus divaksin di tempat dan jika menolak maka KTP-nya ditahan oleh petugas.
Usir Petugas dan Obrak-abrik Lokasi Vaksinasi
Instagram/@kabaraceh ©2021 Merdeka.com
Akibat hal itu, warga akhirnya tak terima dan marah. Ratusan warga mendatangi lokasi vaksinasi tersebut dan langsung mengusir para petugas dengan paksa. Kericuhan tak dapat dihindarkan. Dari video-video yang beredar di media sosial, warga sampai mengobrak-abrik lokasi vaksinasi. Mereka bahkan merusak kursi-kursi dan meja yang telah disiapkan petugas di posko vaksinasi. Sementara, para petugas vaksinasi dan mobil ambulans memilih untuk meninggalkan lokasi lalu pergi ke Polres Aceh Barat Daya mencari perlindungan.
Tidak Ada Kekerasan ke Petugas
Meski terjadi kericuhan dan warga melakukan tindakan anarkis, namun dalam kejadian itu disebut tidak ada kekerasan yang dilakukan kepada petugas.Seperti melansir dari ANTARA, salah seorang warga, Syahril, mengaku tidak ada terjadi kekerasan dalam pembubaran petugas itu. Kursi dan dokumen yang rusak serta berhamburan itu, terjadi setelah petugas tidak berada di lokasi.“Kursi, masker dan dokumen berhamburan itu, pasca petugas lari. Petugas mencoba menyelamatkan diri, mengingat jumlah yang datang sangat ramai,” katanya.Kejadian yang menegangkan itu berangsur kondusif, pasca mobil ambulans milik dinas kesehatan yang berada di lokasi ikut balik arah. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaWarga menilai pengungsi Rohingya memanfaatkan kebaikan orang Aceh.
Baca SelengkapnyaMeski menolak kedatangan pengungsi Rohingya, warga Aceh tetap memberikan bantuan berupa makanan dan minuman.
Baca SelengkapnyaKoordinator aksi demo kamisan Semarang, Iqbal Alam merinci total 26 orang luka-luka dan 16 diantaranya harus dilakukan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan aksi warga itu karena masyarakat menolak desa mereka ditempatkan etnis Rohingya.
Baca SelengkapnyaSpontan anggota yang lain langsung melindunginya dengan tameng plastik dan diarahkan menjauh dari lokasi.
Baca SelengkapnyaViral video kericuhan antara anggota Polresta Padang dengan masyarakat Air Bangis dan Pasaman Barat
Baca SelengkapnyaAkibat peristiwa itu, anggota Polres Jakpus mengalami luka robek pada bagian kepala.
Baca SelengkapnyaBentrokan dipicu proses pengukuran tanah untuk pengembangan kawasan
Baca SelengkapnyaSejumlah warga Rempang mengusir petugas yang hendak menawarkan relokasi.
Baca SelengkapnyaPengungsi Rohingya terdiri dari 15 anak laki-laki, 20 anak perempuan, 35 laki-laki dewasa, dan 65 perempuan dewasa
Baca SelengkapnyaKorban merupakan mahasiswa baru asal Fakultas Kehutanan Untad.
Baca Selengkapnya