Agar tak bunuh manusia, robot disebut wajib punya agama
Merdeka.com - Bagi pendiri perusahaan pesawat luar angkasa Space-X, Elon Musk, robot dan kecerdasan buatan (AI) adalah hal buruk yang sama berbahayanya dengan senjata nuklir. Untuk mengurangi rasa khawatir Elon Musk itu, beberapa ilmuwan punya solusinya: agama.
Menurut John Messerly dari Institute for Ethics and Emerging Technologies, manusia bisa memprogram robot dan AI untuk mempercayai apa saja, termasuk agama. Dengan begitu, robot memiliki 'batasan' positif dalam beroperasi dan akhirnya bisa mencegah mereka berbuat negatif bagi manusia, Daily Mail (07/08).
Senada dengan John, Lincoln Canon selaku presiden dari Mormon Transhumanist Association mengatakan tidak ada hukum dalam ilmu komputer yang membuat manusia tidak bisa 'memberikan' agama bagi robot.
-
Bagaimana Robot bisa membuat manusia merasa tidak nyaman? Beberapa teori ilmiah menyatakan bahwa manusia merasa tidak nyaman ketika menyadari fitur yang tidak sesuai, seperti mata yang realistis tetapi kulit yang tidak realistis.
-
Kenapa manusia merasa tidak nyaman dengan Robot? Alasan Diel menjelaskan bahwa manusia mungkin melihat ketidaksempurnaan dalam replika manusia sebagai tanda bahwa mereka mungkin sakit fisik atau sumber penyakit menular. Hal ini dapat memicu respons jijik manusia.
-
Kenapa robot kurang dipercaya anak? Studi tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak bersedia menerima informasi baru baik dari informan manusia maupun robot yang sebelumnya telah memberikan informasi akurat, namun tidak dari informan yang berpotensi tidak dapat diandalkan dan pernah melakukan kesalahan di masa lalu—terutama jika informan tersebut adalah robot.
-
Mengapa para peneliti mengembangkan robot ini? Ini merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi. Mengutip South China Morning Post via NYPost, Jumat (4/7), melaporkan bahwa hal ini dapat mengarah pada 'pengembangan kecerdasan hibrida manusia-robot.'
-
Apa yang membuat teknologi AI di perangkat wearable menimbulkan kekhawatiran? Meskipun masyarakat sudah menggunakan perangkat seperti ponsel cerdas dan asisten pintar di rumah mereka, perangkat yang dapat dikenakan, terutama yang memiliki kamera seperti kacamata pintar atau pin AI, cenderung menimbulkan lebih banyak kewaspadaan. Sifat dari perangkat ini dapat menimbulkan kekhawatiran bagi individu yang sadar akan privasi, dengan asumsi perangkat tersebut mendapatkan popularitas.
-
Kenapa Kemenag gelar pameran robot? Acara tersebut dikemas dengan nuansa pop culture untuk menarik minat anak muda untuk tertarik pada religi.
"Tentu saja ada beberapa pihak yang mengatakan robot tidak cocok dengan agama. Tetapi, hal itu (robot beragama) jauh dari kata mustahil," kata Dylan.
Bahkan, Marvin Minsky, profesor ahli robot dan AI dari MIT mengatakan bila robot sama dengan manusia. Mereka membutuhkan agama jika sudah berkembang pesat nanti.
"Jika Anda meninggalkan sebuah robot atau sebuah komunitas, mereka akan mencoba untuk mencari tahu dari mana mereka berasal dan apa mereka sebenarnya. Mereka akan membentuk etika dan akhirnya, agama," jelas Marvin.
Akan tetapi, robot yang beragama pun menimbulkan rasa khawatir dari kalangan ahli. Sebab, selain bisa menjadi benda buatan manusia yang sempurna, robot beragama juga bisa menggunakan agama untuk menancapkan kekuasaan pada manusia.
"Robot bisa menjadi sangat baik atau jahat, karena agama juga bisa menjadi kekuatan," lanjut Lincoln Canon dari Mormon Transhumanist Association.
Kekhawatiran juga diungkapkan oleh pakar teologi Kristen, James McGrath dalam essai-nya yang berjudul 'Robots, Rights, and Religion'. James khawatir bila robot bisa memaksakan ajaran agama pada manusia.
"Ada kemungkinan robot dan AI akan berusaha untuk memaksakan ajaran dari Injil ke semua manusia dengan sedetail-detailnya. Tentu ini bisa membuat cemas banyak orang," kata James.
Bagaimana menurut Anda?
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Artificial Intelligence (AI) mulai merangsek ke segala profesi. Namun ada satu aktivitas yang tak bisa tergantikan.
Baca SelengkapnyaAda konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaDeretan robot AI ini memberikan tanggapan yang beragam tentang apakah mereka harus tunduk pada regulasi yang lebih ketat. Jawabannya sungguh mengejutkan!
Baca SelengkapnyaMenurut Megawati, dunia kini dihadapkan pada persoalan yang lebih kompleks, volatile dan penuh ketidakpastian.
Baca SelengkapnyaPaus Fransiskus mengingatkan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan harus selalu digunakan untuk kepentingan semua orang.
Baca SelengkapnyaPekerja paruh waktu menilai bekerja dengan AI dapat mengurangi stres.
Baca SelengkapnyaJokowi percaya bahwa teknologi tidak akan bisa mengalahkan manusia.
Baca SelengkapnyaMenyiapkan diri, bangsa, dan negara memanfaatkan AI dan menanggulangi dampak buruknya bukan lagi suatu pilihan, namun menjadi keharusan.
Baca SelengkapnyaMenag berpesan agar pelaksanaan Pemilu 2024 nanti bisa dilakukan dengan penuh riang gembira.
Baca SelengkapnyaJokowi mengakui semua negara merasa takut terhadap kemunculan AI.
Baca SelengkapnyaRelijiusitas yang kita miliki tidak hanya bisa menjadi pencegah berbuat dosa saja namun juga bisa jadi pencegah perilaku bunuh diri.
Baca Selengkapnya