Heboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Artificial Intelligence (AI) kini mulai masuk pada ruang-ruang sakral. Ia ingin menggantikan posisi yang ‘dikultuskan’ bagi umat beragama. Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad pernah meneliti bahwa tidak dimungkiri robot-robot berbasis AI akan mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun. Namun diyakininya tidak pada pemimpin agama. "Sepertinya robot mengambil alih lebih banyak pekerjaan setiap tahun, tapi saya tidak yakin bahwa pemimpin agama akan sepenuhnya otomatis karena pemimpin agama membutuhkan kredibilitas dan robot tidak kredibel," kata dia.
“Itu tidak memiliki jiwa. Saya tidak tahu bagaimana lagi mengatakannya,” kata dia.
Robot tersebut memiliki wajah silikon mirip manusia dengan bibir bergerak dan mata berkedip pada badan logam. Ini memberikan khotbah Sutra Hati 25 menit tentang prinsip-prinsip Buddha dengan suara surround dan proyeksi multi-media. Nama robot itu Mindar.
Mindar dibuat pada tahun 2019 oleh tim robotika Jepang yang bermitra dengan kuil tersebut. Biaya untuk mengembangkan robot itu hampir USD 1 juta, tetapi ada dampak yang kurang menyenangkan pada penerapannya.
Kuil Buddha Kodai-Ji ini menerapkan robot sebagai pembaca khotbah lantaran ingin mengajak remaja untuk kembali memeluk agama. Pasalnya, sebuah survei dari Pew Research Center yang diterbitkan pada 2018 menemukan bahwa para remaja cenderung tidak mengidentifikasi diri dengan kelompok agama apa pun daripada orang-orang dewasa yang usianya di atas mereka di 41 negara.
Menurut riset yang dilakukan Joshua Concrad, Asisten Profesor dari Universitas Chicaga bersama tim melakukan riset pada 398 jemaah yang meninggalkan kuil setelah mendengar khotbah yang disampaikan oleh Mindar atau seorang pendeta Buddha.
Jemaah memandang robot Mindar kurang kredibel. Hal itu berimbas terhadap sumbangan Jemaah kepada kuil lebih kecil daripada mereka yang mendengar khotbah dari manusia.
Dalam kasus lain ditemukan di sebuah kuil Tao di Singapura, setengah dari 239 peserta mendengar khotbah dari seorang pendeta manusia sementara setengah lainnya mendengar khotbah yang sama dari robot humanoid yang disebut Pepper. Eksperimen itu memiliki temuan serupa. Robot itu dipandang kurang kredibel dan menginspirasi sumbangan yang lebih kecil. “Ini menunjukkan bahwa ada banyak orang di luar sana yang menganggap robot bisa menjadi pengkhotbah yang efektif, tetapi ada lebih banyak orang yang tidak yakin,” kata Jackson.
Pada sksperimen ketiga melibatkan 274 peserta Kristen dari Amerika Serikat yang membaca khotbah online. Separuh dari peserta diberi tahu bahwa itu ditulis oleh pengkhotbah manusia sementara separuh lainnya diberi tahu bahwa khotbah itu dihasilkan oleh program AI yang sangat canggih.
Peserta dalam kelompok khotbah AI melaporkan bahwa khotbah tersebut kurang kredibel karena mereka merasa program AI kurang memiliki kapasitas untuk berpikir atau merasa seperti manusia.
Asisten Profesor dari Universitas Chicago, Joshua Concrad.
Sejauh ini gerak robot yang diciptakan masih berjalan tak alami. Ilmuwan ini sukses melakukan uji coba itu.
Baca SelengkapnyaIlmuwan mengaku sejauh ini belum ada robot yang mampu mengalahkan kecepatan lari hewan.
Baca SelengkapnyaDi era Artificial Intelligence (AI) segalanya bisa terjadi, termasuk mengkloning diri sendiri.
Baca SelengkapnyaFigure AI, sebuah startup yang fokus pada pengembangan robot humanoid berhasil mendapatkan dukungan finansial.
Baca SelengkapnyaPenelitian ini mencoba merekam seberapa orang berfantasi seksual dengan robot AI.
Baca SelengkapnyaAda banyak tantangan yang dihadapi, tetapi akhirnya sukses juga melakukan operasi di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaPangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan memastikan kebakaran di Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya, Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, sudah dipadamkan.
Baca SelengkapnyaTeknologi artificial intelligence (AI) memprediksikan bagaimana wajah manusia 1000 tahun lagi.
Baca Selengkapnya