Belajar Membatik di Kampung Giriloyo Imogiri Yogyakarta
Merdeka.com - Tangannya sibuk melukis di atas kain putih. Bermain dengan canting mengambil lilin untuk membuat motif pada kain mori. Wanita lanjut usia ini tetap tekun membatik di Kampung Batik Giriloyo. Ia belum lelah mengukir motif di atas kain putihnya. Membuat maha karya warisan budaya Indonesia
Ia tak sendiri, lebih dari 1000 wanita di Kampung Batik Giriloyo menjadikan batik tulis sebagai mata pencaharian utama mereka. Menghasilkan kain batik yang menawan setiap harinya. Tak heran, Kampung Batik Giriloyo pun menjadi sentra kain batik tulis di Kota Pelajar.
Sejak tahun 1600an silam, kampung yang berada di Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta ini melestarikan budaya kerajinan batik tulis warisan Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Selalu menjaga warisan luhur milik Indonesia agar tak lekang oleh waktu.
-
Bagaimana Museum Batik Yogyakarta menjaga warisan batik? Menurut Didik, masyarakat terutama generasi muda harus mencintai sejarah dan budaya sendiri. Minimal punya batik di lemari sebagai bentuk cinta kepada budaya. 'Kalau tidak mampu beli batik tulis dan cap minimal kita punya batik syukur kita tahu namanya. Faktanya agar ktia bisa terus melestarikan budaya ini. kalau kita tahu motifnya dan tahu maknanya, kita akan semakin mencintainya,' pungkas Didik.
-
Siapa yang membuat batik di Wukirsari? Di sana memang sebagian besar warganya bekerja sebagai perajin batik.
-
Dimana lokasi Museum Batik Yogyakarta? Museum Batik Yogyakarta beralamat di Jalan Doktor Sutomo No. 13A, Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Di mana batik kawung awalnya digunakan? Pada masa lalu, motif batik ini hanya digunakan oleh keluarga keraton.
-
Mengapa Museum Batik Yogyakarta dibangun? Museum itu dibangun karena keprihatinan para pengrajin batik dengan munculnya batik printing. Saat itu, kehadiran batik printing sangat terlihat.'Karena itu nilai batik di tengah masyarakat mulai memudar. Batik bukan hanya selembar kain, tapi di dalamnya ada makna, doa, simbol, dan ada pula harapan,' kata Pemandu dan Pembatik Museum Batik Yogyakarta, Didik Wibowo, dikutip dari liputan6.com.
-
Apa yang ada di Museum Batik Yogyakarta? Di museum batik Yogyakarta, ada ratusan kain batik yang diambil dari berbagai daerah seperti Semarang, Kudus, Pekalongan, Lasem, Cirebon, Demak, dan Madura.
Membatik memang bukanlah hal yang mudah. Perlu ketelatenan saat menorehkan lilin di atas kain kosong. Telaten meniti satu ukiran satu demi satu. Dari tangan pra pengrajin ini lah, kain-kain batik tulis yang menawan itu lahir.
Proses pembuatan motifnya langsung ditulis secara manual. Melatih kesabaran dan ketelitian. Proses pembuatan batik tulis memang cukup panjang dan rumit. Namun, di balik itu akan menghasilkan kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi. Tak ayal, banyak orang yang penasaran dengan cara membuat batik tulis.
©2021 Merdeka.com/Dika SinatraSelain menjadi sentra batik tulis, Kampung Batik Giriloyo juga mengajak para wisatawan menjajal menjadi pengrajin batik. Di kampung ini para wisatawan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran yang asyik secara langsung untuk mengenalkan proses pembuatan batik tulis. Lengkap dan runtut.
Proses pembuatan batik dimulai dari sehelai kain putih kecil mori. Kain inilah yang akan dibatik menggunakan canthing. Setelah itu, kain mulai di proses dari merendam dengan bahan-bahan pewarna, merebus, lantas mencucinya kemudian dijemur dan diangin-anginkan hingga menghasilkan sebuah karya kecil kain batik.
©2021 Merdeka.com/Dika SinatraButuh waktu minimal 1 bulan untuk membatik satu lembar kain. Namun, juga tergantung dengan bahan kain yang digunakan hingga kerumitan motif. Batik Giriloyo dikenal sebagai batikan tangan yang mengangkat motif keraton.
Proses pewarnaannya Batik Giriloyo masih menggunakan pewarnaan alami seperti kunyit, secang, kulit kayu, daun jati.Pewarnaan alami lebih awet meskipun warnanya tak secerah menggunakan pewarna sintetis. Namun, Batik Giriloyo juga masih memberikan pewarnaan sintetis untuk pewarnaan lainnya. Untuk 1 lembar kain batik harganya bervariasi. Mulai dari Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah.
©2021 Merdeka.com/Dika SinatraKampung Batik Giriloyo menjadi destinasi wisata batik favorit di Yogyakarta. Di sudut Kota Pelajar ini, kamu bisa mengenal lebih dalam warisan budaya Indonesia. Untuk mengunjungi Kampung Batik Giriloyo, kamu tidak dikenakan biaya retribusi. Namun, jika kamu ingin mengikuti workshop membatik perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 25.000 hingga Rp. 50.000.
Selain itu, tersedia homestay untuk merasakan atmosfer proses membatik di kampung asri ini. Kampung Batik Giriloyo tak hanya sekedar wisata, namun juga turut melestarikan dan menjaga kain warisan nenek moyang. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan sentra batik di Kampung Giriloyo ini turut membuat Kalurahan Wukirsari menyabet gelar Anugerah Desa Wisata Tahun 2023.
Baca SelengkapnyaBatik merupakan kesenian yang terkenal di Nusantara. Hingga saat ini batik masih dikenakan dan dilestarikan.
Baca SelengkapnyaBatik ini dibuat sebagai hadiah dari sang raja kepada putranya.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda harus mencintai sejarah dan budaya sendiri. Minimal punya batik di lemari sebagai bentuk cinta kepada budaya
Baca SelengkapnyaResep jamu Kiringan sudah bertahan selama 74 tahun. Kini jadi aset budaya Khas Bantul
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaMengunjungi Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah eksis lebih dari 300 tahun silam. Munculnya para pembatik andal berawal dari komunit jemaah masjid.
Baca SelengkapnyaUsaha regenerasi pembuat keris di Dusun Banyusumurup penting dilakukan agar keberadaan mereka tidak hilang ditelan zaman
Baca SelengkapnyaSebagian besar masyarakat di dusun tersebut berprofesi sebagai pengrajin wayang kulit. Keahlian mereka sudah diwariskan secara turun-temurun
Baca SelengkapnyaBatik ini punya motif otentik khas Jakarta, mulai dari buah sampai kesenian.
Baca SelengkapnyaDalam rangka merayakan Hari Batik Nasional, 1.000 prajurit TNI pecahkan rekor dengan melakukan kegiatan membatik bersama di jalanan Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini selain mengenalkan warisan budaya wayang kulit kepada Gen Z juga sebagai ajang regenerasi perajin wayang.
Baca Selengkapnya