Kisah Soegeng Soejono Pulang ke RI, 35 Tahun 'Dibuang' & Diselamatkan Negeri Komunis
Merdeka.com - Perjalanan hidup Soegeng Soejono muda sebagai eksil politik peristiwa 1965 menarik ditelusuri. Kala itu sebagian warga Indonesia tersebar di wilayah Eropa untuk belajar atau menjadi delegasi negara.
Soegeng termasuk mahasiswa yang menerima beasiswa pada September 1963. Meski akhirnya ia harus rela dicabut hak kewarganegaraannya karena menolak Orde Baru lalu dicap sebagai komunis.
Di usia masih muda, Soegeng harus menjalani kehidupannya di luar negeri tanpa kerabat. Berkat bantuan seorang kawan, Soegeng bisa berjumpa keluarga dan menepati janjinya.
-
Kenapa Keluarga Surbek harus meninggalkan Indonesia? Saat itulah keluarga Surbek terpaksa meninggalkan Indonesia walau itu merupakan pilihan yang sulit bagi mereka. Begitu pula dengan Gladys yang harus berpisah dengan Mino.
-
Bagaimana Pegi pulang ke kampung halamannya? Setelah dinyatakan bebas, Pegi bisa kembali ke kampung halamannya dengan senyum yang sangat lebar. Di sana, ia juga disambut oleh warga dan diarak.
-
Siapa yang pulang kampung? Yasmine pulang ke Malaysia itu persetujuan kami berdua.
-
Kapan Keluarga Surbek pindah ke Bandung? Setelah tinggal di Sumatra, ia pindah ke Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang pernah mengalami masa sulit? Momen 8 Artis Mengenang Masa Sulit, Ada yang Mau Makan 3.000 Mikir Panjang dan Bahkan Rela Menjadi Supir Artis.
-
Kapan mantan TKW ini pulang ke kampung halaman? 'Tahun 2001 itu saya pulang, ketika itu bekerja di Malaysia untuk membantu perekonomian keluarga. Jadinya setiap bulan uangnya saya kirim, dan saya tidak memiliki tabungan,' katanya, mengutip program Berani Berubah di Youtube Fokus Indosiar.
Berikut kisahnya.
Bertemu secara Rahasia
Akibat gejolak politik di Indonesia tahun 1965, Soegeng termasuk yang dicabut kewarganegaraannya. Akhirnya secara diam-diam ia bertandang ke Amsterdam, Belanda, menemui kakaknya.
Soegeng menceritakan segala kegundahannya. Lantaran kewarganegaraannya dicabut dan dituduh komunis. Ia tak tahu pasti konflik apa yang sebenarnya tengah melanda Indonesia.
"Kejadian itu (Orde Baru) tahun 1965 ya. Kebetulan tahun 1966 saya bisa ketemu secara rahasia dengan kakak saya yang tertua di Amsterdam. Di mana saya berbincang-bincang tentang nasib saya dan tidak bisa pulang," kata Soegeng seperti dikutip dari kanal YouTube NikolasCestuje (Nikola Berpetualang).
Kanal YouTube NikolasCestuje (Nikola Berpetualang) ©2021 Merdeka.com
Meski begitu, Soegeng mengaku bersyukur. Ia masih memiliki kesempatan berjumpa saudaranya. Keluarganya pun dalam keadaan baik.
"Berkat pertemuan itu, keluarga saya tidak ada problem dan sudah direstui oleh keluarga. Jadi saya lebih enak, tidak seperti teman lain yang tidak bisa bertemu keluarga sama sekali," imbuhnya.
Setelah Dibuang 35 Tahun
Kanal YouTube NikolasCestuje (Nikola Berpetualang) ©2021 Merdeka.com
Akhirnya, keinginan besar Soegeng untuk bisa pulang pun terlaksana. Semua berkat bantuan dari kawannya yang tak mau disebutkan namanya.
Kala itu temannya bertugas di Kementerian Luar Negeri di KBRI negara Ceko. Ia memahami keadaan Soegeng dan berusaha membantu.
"Kembali ke Indonesia, tahun 1998 terjadi reformasi. Kita dulu tidak pernah ke KBRI, pada waktu itu kebetulan yang jadi duta besar kawan kami. Dan beliaulah yang berusaha di Kemenlu. Orang-orang seperti saya yang dianggap jahat, itu sebenarnya orang normal dan cinta tanah air. Berkat kawan saya itu saya bisa pulang," ungkap Soegeng.
Pria yang menjalani pendidikan di Charles University itu akhirnya bisa pulang di usia 59 tahun. Setelah 35 tahun berlalu, Soegeng masih merasakan sisa-sisa pemerintahan Presiden Soeharto yang hampir lengser.
"Sekitar bulan April pemerintahan Soeharto masih ada. Jadi waktu dia lengser, saya ada di Pulau Bali. 35 Tahun enggak bisa lihat tanah air. Sebelumnya saya tinggal di Kebayoran," paparnya.
Ikrar Soegeng Tercapai
Pernikahan Soegeng, Kanal YouTube NikolasCestuje (Nikola Berpetualang) ©2021 Merdeka.com
Rindu akan Indonesia kian memuncak. Soegeng menceritakan saat tidak bisa pulang, ia membuat ikrar. Sebuah janji sederhana yang masih terngiang hingga di usia senjanya itu.
"Sampai saya dulu pernah berikrar, kalau nanti saya bisa sampai ke tanah air. Masih sempat, saya akan cium tanah saya itu. Tanda cinta saya kepada tanah air," ujar Soegeng.
Cium Tanah Basah
Harapan Soegeng untuk pulang ke Indonesia akhirnya terwujud. Seketika ia ingat akan ikrarnya semasa muda dulu. Tapi saat itu, Bandara Soekarno-Hatta dipenuhi lantai beton.
"Pada waktu keluar dari Bandara Soekarno-Hatta, saya ingat bahwa saya berjanji waktu itu. Tapi di sana kok beton semua itu. Padahal janji saya kan tanah. Waktu saya keluar, dijemput keluarga cukup banyak. Saya bilang, 'nanti dulu saya ada hajat'," tutur Soegeng.
Kanal YouTube NikolasCestuje (Nikola Berpetualang) ©2021 Merdeka.com
Sebelum ke rumah, Soegeng hengkang sekejap. Ia pamit ke keluarga. Nahasnya hujan belum lama turun, sehingga Soegeng harus mencium tanah basah. Sontak saja keluarganya tertawa, sekaligus terharu melihat bentuk kecintaannya tersebut.
"Saya pergi mana yang ada tanah. Sialnya itu habis hujan, jadi saya mencium yang ada airnya. Keluarga terkekeh waktu saya ceritakan. Mereka juga merasa terharu dan mengakui, meskipun lama di luar negeri, cinta tanah air tak ada reda-redanya," pungkasnya tertawa. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an, Presiden Soekarno sedang gencar memberikan beasiswa kepada para mahasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Baca SelengkapnyaSoeharto memilih menjadi serdadu kolonial adalah pilihan realistis untuk lepas dari kemelaratan.
Baca SelengkapnyaPerasaan sudah campur aduk, kedua orang tuanya pun memeluk pria ini sambil sama-sama menangis.
Baca SelengkapnyaSoeharto memerintahkan camat dan lurah untuk membawa sahabatnya dari desa ke Jakarta
Baca SelengkapnyaSeperti lazimnya sunatan di Jawa, maka diikuti dengan syukuran. Namun karena keterbatasan dana, syukuran yang digelar sangat sederhana.
Baca SelengkapnyaMereka berharap bisa mendapatkan penghasilan besar di sana dan suatu saat bisa kembali ke Bojonegoro.
Baca SelengkapnyaKIsah Presiden ke-2 RI pernah ingin jadi sopir taksi dan berhenti dari militer.
Baca SelengkapnyaMayjen Maraden Panggabean selamat dari aksi G30S/PKi. Seorang penjaga mess meminjamkannya sehelai kemeja putih.
Baca SelengkapnyaSosok ini bergerak masif di bawah tanah untuk mengajak rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca Selengkapnya