Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Wawancara Wabup Sleman: Penanganan Covid-19 di Sleman Hingga Pengaruh Status Merapi

Wawancara Wabup Sleman: Penanganan Covid-19 di Sleman Hingga Pengaruh Status Merapi Sri Muslimatun Wakil Bupati Sleman. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Pemerintah masih gencar mencegah dan menanggulangi wabah virus corona Covid-19. Setiap kota di Indonesia memiliki cara masing-masing, demi menertibkan dan mengedukasi masyarakat. Semua itu demi menjaga keselamatan bersama.

Sama halnya dengan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Sebagai kota dengan peringkat pertama terbanyak kasus Covid-19 di DIY. Namun berhasil menjaga persentase tingkat kematian rendah.

Kendati demikian, Sleman mengalami ancaman baru dari Gunung Merapi yang sempat aktif baru-baru ini. Kondisi kehidupan baru di era pandemi, tak ayal ikut memengaruhi kesiapsiagaan masyarakat.

Orang lain juga bertanya?

Berikut penjelasan detail terkait Covid-19 di Sleman, bincang bersama Wakil Bupati, Sri Muslimatun.

Menangani Covid-19 di Sleman, Yogyakarta

Apakah Sleman mengalami kesulitan dengan lonjakan kasus Covid-19?

Secara umum kami sudah mempersiapkan penanganan Covid di Kabupaten Sleman. Meskipun sekarang ini Sleman menjadi juara satu, dari seluruh empat kabupaten di DIY. Sleman juara satu, angkanya di atas 40 sampai 60 persen sekitar itu.

Tapi contohnya itu, dari kemarin ya. Pada tanggal 27, saya mau menyoroti yang ini. Mulai tanggal 26, dari tanggal 25 itu sudah ada 150 kasus positif di DIY, 121-nya Sleman. Menduduki kedua itu Kota (Yogyakarta) 13, menyusul Kabupaten Bantul 8, Kabupaten Kulon Progo 5, dan terakhir 3 Gunung Kidul.

Apa faktor yang memengaruhi lonjakan?

Sebetulnya Sleman itu nggak luas, hanya 18 persen dari seluruh luas DIY. Tapi penduduknya itu 33 persen. Tingkat kepadatan penduduk dan mobilisasi yang saya kira yang menyebabkan Sleman ini kasusnya cenderung meningkat.

Pertama, tingkat kepadatan penduduk. Kedua, Sleman ini angka kunjungan sangat tinggi. Jadi setiap hari itu terjadi, kita itu kan penduduknya hampir satu juta seratus. Tapi tidak ada yang ber-KTP Sleman. Sedangkan yang ber-KTP Sleman itu ada 250 sampai 300 ribu setiap hari. Sehingga itu yang mungkin menyebabkan kemudian, angka Covid ini meningkat. Dan ini ditandai dengan ketika diberlakukan liburan setelah lebaran dan libur panjang. Itu mulai naik-naik. Sekarang ini seperti puncaknya.

Saya khawatir kalau Desember ini ada libur panjang lagi, maka Sleman akan tambah meningkat. Sebetulnya kita itu sudah membentuk panitia pencegahan Covid, yang diketuai oleh pak Bupati sendiri dan Wakil Bupati sebagai wakil ketua.

Bagaimana cara mengedukasi masyarakat?

Lonjakan yang luar biasa ini, selaras dengan ketika dianjurkan untuk di rumah saja, jika tidak perlu. Pembatasan keluar. Kemudian kita dianjurkan untuk adaptasi dengan kehidupan baru. Sleman itu sudah mendeklarasikan 'CITA MAS JAJAR'. Cita itu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mas itu kita memakai masker jika keluar rumah. Jajar itu menjaga jarak antara satu dengan yang lain itu satu setengah meter.

Pelayanan publik di setiap tingkatan sudah kita kondisikan dengan protokol Covid. Surat edaran untuk patuh pada protokol Covid. Kemudian ketika kita buka pelayanan publik, seperti pariwisata, kita itu juga memakai simulasi. Tidak ujug-ujug.

Warga itu kita latih. Kita kondisikan, kita simulasikan bagaimana mengadaptasi kehidupan baru ini di bidang pariwisata, perdagangan, kuliner, jasa, perhotelan, restaurant. Semua kita simulasikan. Harapannya dengan simulasi itu, ya kita kemudian paham betul, apa akibatnya, apa dampaknya ketika kita tidak patuh pada protokol kesehatan.

Bagaimana cara mencegah Covid-19?

Ini ada Triparti. Satu, pemerintah yang memfasilitasi. Supaya masyarakat terjamin dalam pelayanan publik. Kedua, masyarakatnya yang terjamin ketika melakukan aktivitas, ada jaminan dari pemerintah. Tetapi satu lagi, yang ketiga ini pendatang. Pendatang ini tiba-tiba datang saja, mungkin ada yang tidak paham dengan protokol kesehatan di Sleman, seperti apa aturan-aturannya.

Sehingga saya tidak menyalahkan pendatang. Tetapi ketika ini Triparti itu tidak ada tersosialisasi dengan baik, tentu akan ada tingkat kepatuhan yang semakin naik, tanpa disadari. Sehingga mungkin perlu kesepahaman, tamu-tamu ini perlu menyiapkan diri ketika akan berkunjung. Apa yang harus mereka lakukan, apa yang tidak boleh mereka lakukan, tentu dalam kemasan untuk semangat keselamatan bersama. Kan jadi tidak ada yang dirugikan ini.

Supaya apa? Supaya ini terjadi keberlangsungan. Jadi tidak pernah diputuskan, kita ikut beradaptasi, bagi siapa pun. Baik itu warga Sleman atau warga di luar Sleman, itu harus sama-sama mematuhi protokol kesehatan.

Protokol kesehatan ini juga berlaku umum, bukan satu-satunya di Sleman. Artinya setiap daerah di Indonesia yang tercemar Covid-19, mestinya semua patuh. Baik selagi dia menjadi tuan rumah, selagi juga menjadi tamu. Jadi patuh ini harus dilakukan oleh setiap orang dimana pun, kapan pun, dalam situasi apa pun. Jadi kita sebut komitmen. Triparti ini harus komitmen dengan protokol kesehatan. Bisa percuma kalau kita sediakan, kalau ini mekanismenya untuk memperoleh yang baik, maka unsur masukannya juga harus baik.

Apakah ada faktor lain yang dikhawatirkan memicu lonjakan kasus Covid-19?

Misalnya tenaga-tenaganya sudah kita latih bagaimana beradaptasi. Baik di kantor, masyarakatnya, di luar rumahnya, semua warga sudah dibekali. Sehingga warga ini kompeten. Kemudian sarana prasarana yang harus dipakai misalnya, supaya aman harus pakai Alat Pelindung Diri. Kita siapkan dari Kabupaten Sleman. Kemudian aturan-aturannya yang harus dipatuhi itu yang seperti apa. Kita siapkan juga.

Dalam proses itu terjadi ketidakpatuhan. Siapa yang melanggar? Ya tadi di antara tiga itu, apakah dari unsur pemerintah, lupa pada tugasnya. Atau masyarakat luar, atau masyarakat kita yang sedang mempunyai tamu. Karena ada kewuh-prekewuh (khawatir tidak sopan), jadi saat ketemu cipika-cipiki, salaman dan melupakan jaga jarak.

Apa kesalahan yang bisa menimbulkan lonjakan kasus?

Kemudian protokol terhadap kepatuhan aturan, bagaimana cara mencuci tangan yang baik. Mereka cuci tangan iya, tapi ada yang terlupa, bahwa ujung-ujung jari itu di area terdepan untuk menjadi media penularan. Sering luput, padahal ini sangat penting. Nanti perlu kita buktikan dengan penelitian, meski asumsi saya seperti itu.

Kemudian kita memakai masker, cara memakai, cara melepas, biasanya asal diplorot. Bagian luar yang sudah terpapar, bisa menyangkut di hidung, pintu masuknya itu lubang hidung dan mata. Sering pegang hidung, mata dan sekitarnya. Sehingga ini yang mereka lupakan, cuci tangan itu kuncinya di langkah-langkah mencuci yang harus dipatuhi.

Memakai masker itu juga ada SPO-nya, Standar Prosedur Operasional, bagaimana cara melepas dan memakai. Serta jenis masker apa yang boleh digunakan, seperti yang tidak satu lapis, minimal dua lapis. Pakai paling lama hanya 4 jam. Mungkin jualan di pasar, nggak ganti-ganti, cuma dipelorot, terus dipakai lagi.

Padahal seharusnya, bagian dalam ketemu bagian dalam. Sebelum memakai harus mencuci tangan, setelah melepas juga. Itu sepertinya sepele, tapi orang bilang yang penting sudah pakai masker.

Karena tidak kelihatan, jadi tidak terasa, tahu-tahu sudah terkontaminasi. Menjaga jarak juga terkadang tidak sengaja. Lama tidak ketemu, insting, rangkulan, cipika-cipiki. Padahal sudah ada aturan di era adaptasi ini. Kuncinya itu, patuh.

Ketercukupan APD dan Kondisi Pasien

Bagaimana dengan alat kesehatan (APD, masker) di Sleman?

Kalau selama ini aman. Pemerintah sudah menyediakan. Tugas kita itu untuk penanganan Covid itu, satu menurunkan angka kematian. Menurut saya sudah bagus di Sleman, presentase rendah. Kemudian meningkatkan angka penyembuhan, ini juga sudah dilakukan dengan bagus.

Apa kesulitan dari cara mencegah penyebaran Covid-19?

Membudayakan untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Ini yang susah, kenapa? Ini budaya. Menurut penelitian, budaya itu kan mula-mula harus dipaksa. Setelah itu terpaksa, kemudian baru menjadi terbiasa. Barulah menjadi budaya. Saya keliling di pasar-pasar. Ini kita sudah paksa, pakai masker, melanggar denda. Mereka sudah terpaksa, tapi belum menjadi biasa. Nanti kalau merasa sesak, capek, dilepas lagi.

Saya keliling di pasar ini, kadang ada yang terbuka, ada yang ditempel saja, ada yang seharian belum ganti. Sama pelanggaran di cuci tangan. Pemerintah sudah menyediakan tempat cuci tangan. Semisal mereka mau menyisihkan sebagian hartaya untuk beli pulsa, seharusnya juga bisa meyisihkan untuk membeli hand sanitizer. Jadi masih ada yang belum membuat prioritas untuk menyikapi pandemi.

Apa keberhasilan yang telah dicapai Sleman?

Petugas kesehatan dan pemerintah sebagai fasilitator, sehingga angka penyembuhan cukup tinggi. Angka kematian cukup rendah. Hanya yang kebudayaan ini yang memang tidak gampang. Jadi kita memang harus sabar, harus telaten. Unsur edukasi, unsur sosialisai harus terus kita lakukan.

Bagaimana dengan pasien yang diisolasi di rumah?

Pasien itu sepertinya ketika belum positif, menganggap enteng. Karena nggak terlihat itu penularannya. Ini sangat berpengaruh terhadap ekonomi dan ketahanan pangan. Memang mereka nggak sakit. Tapi mereka harus diisolasi selama 14 hari, meski mereka tidak bergejala, tidak sakit. Tetapi mereka ini tidak produktif.

Andaikata mereka diberi pekerjaan di tempat isolasi mandiri, nanti hasil karyanya bisa terdampak Covid. Misalnya dia menjahit, misalnya lho. Hasil karyanya sebelum keluar dari sana harus disinfeksi dulu. Jadi yang biasanya jahit, boleh dong bawa mesin jahitnya, misal seperti itu. Terus nanti dididik, supaya mereka tetap produktif. Kalau makanan yang susah. Perlu dipikirkan mengenai orang yang diisolasi di rumah itu, karena membuat ketahanan pangan jadi turun.

Bagaimana dengan pasien yang diisolasi di rumah sakit?

Kalau di rumah sakit, sekarang relatif penuh semua. Sampai rumah yang kita sediakan untuk isolasi, Rusunawa Gemawang dan Asrama Haji sudah penuh ini, ditutup sampai Desember. Kita memang waktu itu, virtual untuk pencegahan dan penanganan Covid, sudah matur (bilang) ke menteri dalam negeri, untuk pinjam ruangan-ruangan, milik Kementerian Dalam Negeri yang ada di wilayah Sleman.

Sudah dipinjam dan sudah mulai dipakai. Memang kemudian harus buka tambahan bangsal baru. Kemarin Rumah Sakit Akademik sudah membuka tambahan, tapi sekarang mulai penuh.

Pemerintah sudah menganggarkan dana vaksin. Apakah di Sleman ada tambahan dana atau kabar mengenai vaksin tersebut?

Saya kira sangat menyesuaikan untuk Sleman. Insyaa Allah APBD kita cukup. Artinya, aturan kita kan linier dari pusat sampai ke bawah. Kita itu sebagai yang ada di tengah-tengah, ya pasti akan melakukan sesuai dengan yang ada di peraturan pusat. Tidak ada kebijakan lain, aturannya seperti apa, kita ikuti.

Kondisi Kantor dan Kisah Selama Penanganan Covid-19

Apakah ada kantor di Sleman yang ditutup, karena karyawannya positif?

Pernah ada yang ditutup, kira-kira bulan Juli atau Agustus. Selain itu, pasar Sleman juga pernah ditutup, terus yang toko besar Indogrosir. Di kantor, di Pemda ada salah satu, ditutup dua hari untuk melakukan pemeriksaan. Setelah pelayanan reaktif, kan ada lanjutannya. Yang positif langsung masuk isolasi. Setelah dinyatakan negatif, resmi dibuka lagi.

Apakah ada cerita unik mengenai penanganan Covid-19 di Sleman?

Kalau unik, saya kira banyak. Tapi kebetulan di Sleman, kalau kasus jenazah Covid ditolak masyarakat itu, di sini tidak ada. Karena kita punya dua pemakaman umum, di Sleman Timur itu di Madurejo. Dan di Sleman Barat itu di Seyegan, jadi kita tidak ada masalah. Cukup luas makamnya.

Masyarakat Sleman itu patuh, mereka nggak ada yang maksa minta ke rumah. Jenazah Covid langsung dibawa ke makam, nggak pernah ada penolakan.

Terhadap pengaruh Gunung Merapi yang sempat aktif lagi. Apakah memengaruhi kondisi Covid-19?

Sekarang ini kan siaga, maka KRB III (merah) yang rentan itu harus diungsikan di barak. Baraknya itu kita siapkan untuk memnuhi protokol kesehatan. Jadi sampai saat ini tidak ada masalah. Kebetulan, warganya juga patuh. Jadi yang saya bilang, Sleman itu warganya 'Tanggap, Tangkas, Tangguh' untuk bencana. Memang harus diakui. Ini sangat berbeda saat kita bandingkan dengan daerah lain yang mendapat bencana yang sama.

Jadi saat dinyatakan siaga, masyarakat yang merasa dirinya rentan itu mereka sudah siap. Waktu itu saya datang ini, belum ada pejabat yang datang, waktu itu saya yang datang selaku Wakil Bupati.

Saya sudah cuti. Tapi karena masih merasa tanggung jawab saya, sehingga saya datang ke Kalitengah. Yang diungsikan pertama di Kalitengah itu ada 130 warga, yang mereka itu sudah siap, padahal surat ini belum keluar. Masih diumumkan, bahwa sekarang ini keadaan siaga. Sehingga yang rentan itu sudah siap.

Siapa itu? Ada lansia, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, difabel. Saya lihat mereka sudah siap semua. Dan bukan dengan wajah yang sedih, mereka biasa saja. Artinya itu bukan suatu tekanan. Bahwa mereka sadar, saya tinggal di sini itu dia Sembada (kuat). Sehingga ketika aturan pemerintah itu datang, aturan itu protokol itu, mereka patuh. Sudah disiapkan apa yang perlu dibawa. Sampai saya ketemu kakek-kakek itu, 'Mbah apa yang dibawa, yang dibawa ini ini ini'.

Bagaimana protokol kesehatan di barak pengungsian?

Jadi kalau dulu kan baraknya terbuka. Dulu, kasur kasur. Kalau sekarang dibuat kamar-kamar, satu kamar dua orang, itu suami-istri. Kalau janda-janda, ya nanti janda ketemu janda. Yang bapak-bapak duda, ketemu duda. Yang saya heran, ini kan saya yang, setelah selesai meninjau di barak pengungsiannya, itu baru saya ketemu salah satu pejabat. Barak yang di Glagaharjo.

Bagaimana dengan dana persiapan mengatasi Gunung Merapi?

Dana untuk bencana itu sudah ada. Kita mengatasi itu sudah sejak pra bencana, ketika bencana, dan pasca bencana. Kita sudah siapkan di Sleman. Jadi begitu ada bencana, ini kan mitigasinya pra. Sudah kita lakukan semua, yang beda hanya ini (protokol kesehatan). Kalau dulu kan nggak perlu beli sekat, sekarang harus beli. Sampai saat ini belum ada kabar kekurangan, berarti pemerintah masih bisa memfasilitasi.

Mereka nggak ada yang protes, jadi saya benar-benar mengikuti, melihat dengan mata kepala saya sendiri. Bukan kemudian ketika ada pejabat datang, mereka bersiap. Tapi memang mengikuti dari awal, masih siang hari. Begitu statusnya siaga, wah ini harus ada yang dikuncikan. Ada kader kesehatan, ada pak dukuh, pak kades, petugas BPPD, ada TRC Tim Reaksi Cepat.

Kemudian kita punya relawan yang luar biasa banyaknya. Tanpa diminta, begitu siaga mereka sudah datang. Sudah tertata semua. Termasuk kepala BPPD, namanya kepala pelaksana BPPD. Itu sudah plek plek, kerja sudah tersistem baik. Saya lihat mbak kader kesehatan sudah lengkap dengan catatannya. Misal RT 01 ada siapa saja, terutama yang rentan. Jadi dia ngerti, ini dimana, harus segera dicari.

Apa tanggapan terhadap masyarakat Sleman dalam menghadapi bencana?

Jadi saya senang, menyaksikan masyarakat menanggapi bencana dari tahun ke tahun itu semakin baik. Jadi sampai saat ini, saya tidak menemukan.

Kalau namanya hambatan itu pasti ada, masih dalam batas normal. Masyarakat luar biasa, 'Tanggap Tangkas Tangguh'. Pemerintah juga sigap, pasukan sudah srek.

Kan Sleman itu ada 5 pilar, pemerintah sebagai fasilitator. Kemudian ada dari perguruan-perguruan tinggi, para cendikiawan yang bisa memberi masukan apa yang sebaiknya dilakukan. Ketiga, ada dunia usaha yang saat itu akan membagikan sebagian hartanya, itu akan sangat membantu masyarakat dan membantu pemerintah. Misal butuh kasur, mereka akan memberi kasur. Kemudian masyarakat, dan satu lagi media. Media yang memberitakan pesan yang baik. Jadi berita ini tidak membuat resah masyarakat.

Berita ini mengatakan dengan asertif, yang merah dikatakan merah, putih dikatakan putih. Media menjadi kunci, supaya orang menjadi tahu dan warga tidak panik. Alhamdulillah mereka tidak panik, sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Meski itu tempatnya di hulu.

Tapi saya senang lihat respon warga. Ini warga juga sudah membuat posko dengan kesadaran. Kalau ada orang yang kelebihan uang, bisa menyumbangkan untuk kepentingan posko-posko, semisal gula, teh, kopi. Termasuk jangan rokok, memberi minuman dan makanan sehat saja.

  (mdk/kur)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Banjir Semarang, Wali Kota Minta Optimalkan Rumah Pompa
Banjir Semarang, Wali Kota Minta Optimalkan Rumah Pompa

Pemerintah Kota Semarang terus berupaya untuk menanggulangi bencana tersebut.

Baca Selengkapnya
Semarang Banjir, Wali Kota Minta Maaf ke Masyarakat: Harusnya Puasa Bisa Ibadah dengan Khusyuk
Semarang Banjir, Wali Kota Minta Maaf ke Masyarakat: Harusnya Puasa Bisa Ibadah dengan Khusyuk

Pemkot Semarang sudah melakukan antisipasi dan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai

Baca Selengkapnya
VIDEO: Mahfud Singgung Pinjol, Cak Imin Sebut Tak Komprehensif, Gibran Pamer Solo
VIDEO: Mahfud Singgung Pinjol, Cak Imin Sebut Tak Komprehensif, Gibran Pamer Solo

Debat kedua mengangkat tema Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital)

Baca Selengkapnya
PODCAST MERDEKA: Timnas AMIN 'Jebakan' Debat Capres!
PODCAST MERDEKA: Timnas AMIN 'Jebakan' Debat Capres!

Dalam PODCAST MERDEKA kali ini, juga menjelaskan rinci terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya
Gunung Merapi Erupsi, Boyolali dan Klaten Dilanda Hujan Abu
Gunung Merapi Erupsi, Boyolali dan Klaten Dilanda Hujan Abu

Gunung Merapi mengalami erupsi. Hujan abu melanda Boyolali dan Klaten

Baca Selengkapnya
Siaga Darurat Marapi Diperpanjang Selama Satu Bulan
Siaga Darurat Marapi Diperpanjang Selama Satu Bulan

Pemkab setempat berupaya membuat penahan hulu sungai dari puncak gunung Marapi dan normalisasi aliran air ke pemukiman warga.

Baca Selengkapnya
7 Fakta Banjir Lahar Dingin di Lumajang, Warga Lari Tinggalkan Motor untuk Selamatkan Diri
7 Fakta Banjir Lahar Dingin di Lumajang, Warga Lari Tinggalkan Motor untuk Selamatkan Diri

Banjir lahar dingin Semeru terjadi sepekan terakhir. Ini fakta terbarunya.

Baca Selengkapnya
Gibran Dorong Hadirkan Event di Lokasi Bekas Bencana, Ini Tujuannya
Gibran Dorong Hadirkan Event di Lokasi Bekas Bencana, Ini Tujuannya

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memiliki gagasan untuk membuat acara di lokasi bekas bencana.

Baca Selengkapnya
Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga
Tinjau Banjir di Semarang Utara, Wali Kota Ita Ikut Bantu Evakuasi Warga

Mbak Ita membawa sejumlah logistik bantuan berupa air bersih, sembako, selimut yang akan dibagikan kepada warga terdampak.

Baca Selengkapnya
Jadi Tuan Rumah Sarasehan Gelar Peralatan Kebencanaan, BPBD se-Jatim Kumpul di Banyuwangi
Jadi Tuan Rumah Sarasehan Gelar Peralatan Kebencanaan, BPBD se-Jatim Kumpul di Banyuwangi

Sarasehan digelar untuk mengukur kesiapan masing-masing kabupaten/kota di Jatim

Baca Selengkapnya
VIDEO: Prabowo Turun Tangan Erupsi Gunung Lewotobi, Gelar Rapat dari AS Utamakan Warga Terdampak
VIDEO: Prabowo Turun Tangan Erupsi Gunung Lewotobi, Gelar Rapat dari AS Utamakan Warga Terdampak

Presiden Prabowo menggelar rapat terbatas melalui video conference dengan beberapa jajaran Kabinet Merah Putih

Baca Selengkapnya
Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi
Melihat Keindahan Kampung Stabelan di Boyolali, Jaraknya Hanya 3 Km dari Puncak Gunung Merapi

Di luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.

Baca Selengkapnya