4 Hal yang Dinilai Bikin Daya Saing Ekonomi Indonesia Turun
Merdeka.com - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) baru saja merilis 10 negara dengan daya saing terbaik di dunia. Dalam laporan tersebut, Singapura menduduki peringkat pertama, dengan mengungguli di 103 indikator utama.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menduduki posisi kedua, tepat di bawah Singapura dalam competitiveness (daya saing) di tingkat global. Kalahnya AS dengan Singapura disebabkan salah satunya terkait kontestasi politik yaitu perang dagang antara AS-China yang berkepanjangan.
China sendiri terlampau jauh dengan AS yakni dalam posisi ke-28 dalam hal daya saing dengan skor 73,9. China juga kalah dengan Malaysia yang berada di peringkat 27.
-
Kenapa Timnas Indonesia naik peringkat? Walaupun tidak berhasil meraih kemenangan, Timnas Indonesia tetap mengalami peningkatan peringkat di ranking FIFA. Hal ini disebabkan oleh peringkat lawan yang lebih tinggi.
-
Bagaimana Timnas Indonesia bisa naik ranking FIFA? Tambahan poin itu membuat pasukan Shin Tae-yong bakal naik empat tingkat di ranking FIFA.
-
Apa yang membuat Indonesia kalah? Indonesia menerima tiga kartu kuning (-3), sedangkan Arab Saudi hanya mendapatkan dua kartu kuning (-2).
-
Bagaimana performa Timnas Indonesia di pertandingan sebelumnya? Timnas Indonesia datang dengan semangat tinggi setelah berhasil meraih hasil imbang 1-1 melawan Arab Saudi di kandang lawan.
-
Bagaimana timnas Indonesia bisa menambah poin di ranking FIFA? Jika Indonesia menang: +19,38 poin; Jika Indonesia imbang: +6,88 poin; Jika Indonesia kalah: -5,62 poin.
-
Bagaimana performa Timnas Indonesia? Timnas Indonesia menunjukkan perjuangan yang luar biasa,' kata Erick Thohir di akun Instagram-nya. Dia juga menambahkan, 'Ini adalah poin berharga dari markas Arab Saudi, yang menduduki peringkat ke-56 FIFA dan sering tampil di Piala Dunia.'
Untuk Indonesia, peringkat daya saing turun 5 peringkat pada 2019, yakni berada di posisi 50 dari yang sebelumnya berada di urutan 45 pada 2018. Indonesia hanya berhasil mengantongi skor 64,6 poin, turun tipis 0,3 dari tahun lalu.
Pemerintah mengungkapkan beberapa penyebab yang membuat daya saing ekonomi Indonesia turun tahun ini.
Gejolak ekonomi global
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, dampak ketidakpastian global menyebabkan posisi daya saing Indonesia berada di tingkat 50, turun 5 angka dibandingkan tahun 2018 lalu yang berada di posisi ke-45.
"Ekonomi global ketidakpastianya sangat tinggi. Saya bicara di IMF Bloomberg Forum. Semua menyatakan ketidakpastian ekonomi luar biasa," ujarnya di kantornya, Jakarta, Jumat (11/10).
Dia menjelaskan, kelanjutan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China turut serta mempengaruhi ekonomi dunia. Belum lagi aksi demonstran yang terjadi di negara Hong Kong.
"Jadi sekarang Anda lihat trade war AS-China yang impossed tarif ke EU, Hong Kong juga uncertaintynya tinggi," ujarnya.
Kualitas SDM masih rendah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, turunnya peringkat daya saing RI karena kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah.
"Masalah fundamental struktural di Indonesia yang memang selama ini pemerintah dan presiden menyampaikan yaitu SDM, di mana mayoritas hanya lulusan SD dan SMP. Dan juga dari kualitas pendidikan yaitu hasil skor kalau dilihat entah tes, talent management memang menunjukkan kemampuan kita perlu ditingkatkan," kata dia, saat ditemui di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Jumat (11/10).
Dia menjelaskan, memperbaiki kondisi tersebut butuh waktu yang tidak sebentar. Sehingga upaya-upaya yang selama ini telah dilakukan pemerintah terutama dalam 5 tahun terakhir belum mampu mendongkrak daya saing RI.
Anggaran yang digelontorkan di sektor pendidikan pun tidak sedikit. Tahun ini sektor pendidikan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 505 triliun, dan Rp 508 triliun di tahun depan. Selain itu, untuk jangka pendeknya, perbaikan kualitas SDM dapat dilakukan dengan penambahan program vokasi dan training.
Biaya logistik
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, tingginya biaya logistik di Indonesia berdampak pada penurunan daya saing. Sehingga membuat para investor pun enggan datang ke Indonesia, mengingat banyak negara-negara lain yang dipercayai lebih murah.
"Karena biaya logistik tinggi, pendapatan investor harus berkorban (berkurang) maka dia akan pindah ke negara lain maka intinya biaya logistik Indonesia harus dipangkas," kata dia saat ditemui di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10).
Dia mengakui, beban biaya logistik di Indonesia saat ini masih cukup besar jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Posisi Indonesia saat ini mencapai 24 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), berbeda dengan Vietnam 20 persen, Thailand, 15 persen, Malaysia 13 Persen dan Jepang 8 persen.
"Biaya logistik juga masih tinggi yakni terhadap PDB 24 persen maka susah untuk investasi baru di Indonesia bayangkan bapak ibu pengusaha ketika biaya logistik 24 persen. Tapi kenapa harus jadi perhatian karena komplain bapak ibu kan logistiknya jelek," imbuhnya.
Perbaikan ekonomi lambat
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, turunnya posisi peringkat daya saing Indonesia dikarenakan beberapa perbaikan yang di lakukan di Tanah Air belum berjalan maksimal. Sementara di sisi lain, negara-negara berada di atas Indonesia perbaikannya sudah lebih baik dan cepat.
"Turun 0.3 poin skornya itu tapi peringkatnya turun 5 dari itu. Sebetulnya pasti penyebabnya karena orang lain perbaikannya lebih cepat (dari kita)," kata dia saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (10/10).
Melihat kondisi tersebut, Menko Darmin menyatakan bakal ada perubahan-perubahan besar untuk mendongkrak kembali peringkat daya saing Indonesia. Baik itu masalah perizinan, hingga pada kebijakan lainnya. Beberapa hal itu nantinya bakal disampaikan oleh pemerintahan selanjutnya.
"Nanti itu akan diresmikannya dan diumumkan pada awal pemerintahan baru Pak Jokowi sekarang kita tuntaskan dulu mudah-mudahan beberapa hari ini tuntas walaupun tidak berarti pekerjaan rumahnya selesai," kata dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daya saing Indonesia didongkrak oleh peningkatan performa ekonomi, kemampuan menarik kapital, dan pertumbuhan PDB
Baca SelengkapnyaJepang bisa turun peringkat karena pelemahan mata uang dan penurunan produktifitas.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengajak seluruh pihak untuk melanjutkan peningkatan competitiveness index Indonesia agar semakin baik dalam merespons persaingan global.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca SelengkapnyaUpdate terbaru ranking FIFA per Desember 2024 menunjukkan bahwa timnas Indonesia mengalami penurunan dua peringkat. Kini berada di bawah India dan Gambia.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen (yoy), lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2022 sebesar 5,17 persen.
Baca SelengkapnyaSementara dari skor khusus negara- negara Asia Tenggara, Indonesia berada pada peringkat ke-6
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menceritakan jauhnya posisi Indonesia tertinggal pembangunan dari negara lain.
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan turunnya kinerja ekonomi tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
Baca SelengkapnyaPISA menyebut peningkatan kualitas pendidikan Indonesia sangatlah lambat.
Baca SelengkapnyaHal ini menunjukkan sektor manufaktur Tanah Air ini dalam kategori ekspansif dan akseleratif bersama dengan India, Filipina, dan Meksiko.
Baca Selengkapnya