Amran: Petani banyak jadi begal karena tak ada kepastian harga
Merdeka.com - Menteri Pertanian Amran Sulaiman, mengatakan saat ini, tercatat 20 juta orang mulai meninggalkan profesi petani. Bahkan, ada beberapa petani yang memilih menjadi pelaku kriminal.
Amran menegaskan masalah tersebut disebabkan tak adanya kepastian harga pangan. Menurutnya, saat ini petani hanya membutuhkan kepastian harga bukan penambahan impor pangan.
"Petani tidak butuh disuapi anggaran, petani butuhnya kepastian harga. Tidak ada lagi alasan impor jagung, tidak ada lagi harga jatuh Rp 1.500 per kg," kata AMran di Kementerian Pertanian, Ragunan, Senin (19/9).
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
-
Kenapa petani milenial ini memilih bertani pepaya? 'Ternyata di pepaya itu lebih menjanjikan dibandingkan dulu waktu masih di peternakan,' ungkap Aksin.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Mengapa petani di Eropa beralih ke pertanian? Salah satu kemungkinan adalah mereka melihat gaya hidup baru ini menawarkan sumber daya yang lebih dapat diprediksi.
Amran menegaskan petani dapat beralih pekerjaan apabila pasokan pangan ditutupi dari impor. Parahnya lagi, petani bisa menjadi pelaku kriminal yang membahayakan semua orang.
"Bisa jadi mereka kontribusi gabung ke Gafatar, Begal, Santoso cs, 40 kan pengikutnya (petani), bikin pusing tidak? Ini jutaan petani, tidak ada jalan lain kecuali membuat petani menjadi sejahtera," kata Amran.
Untuk itu, Kementan menyiapkan anggaran Rp 2,1 triliun untuk mengembangkan lahan jagung dengan luas 724.000 hektar yang tersebar di 29 provinsi. "Lahannya sudah siap seluruh provinsi, yang besar Jatim, Lampung, Sulsel, Gorontalo, baru saja dari Maluku," tegasnya.
Amran menambahkan tahun ini Kementan membuat program intergasi antara jagung-sawit, jagung-hutan, jagung-perhutani, jagung-kelapa.
"Contoh Sumbar, 300.000 hektar sawit dengan jagung itu sukses, biasanya panen rumput di tengahnya sekarang panen jagung 13.000 ton karena berhasil kami tingkatkan, ada sekarang kurang lebih 40.000 ha. Kemudian Di Gorontalo, tanam jagung di tengah kelapa. Jatim dan Jateng, tanam jagung di tengah tanaman industri. Ini kita optimalkan," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaAktivitas panen padi saat ini masih terbatas di sejumlah daerah. Kondisi tersebut membuat harga gabah kering di tingkat petani menjadi sangat tinggi.
Baca SelengkapnyaHarga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaPetani Masih Susah, Anies Baswedan Janji Berantas Mafia Pangan Jika Jadi Presiden
Baca SelengkapnyaSituasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaAnak muda enggan menjadi petani lantaran pendapatan yang tidak menjanjikan.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaArea persawahan di Jakarta tersebut terdampak kekeringan panjang
Baca Selengkapnya