Bank Indonesia Sebut The Fed Baru Akan Naikkan Suku Bunga Kuartal III 2022
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) baru akan menaikan suku bunga acuan pada kuartal III 2022. Dari hasil komunikasi yang disampaikan The Fed, kenaikan suku bunga antarbank atau Federal Funds Rate (FFR) tidak akan dilakukan berbarengan kebijakan pengetatan moneter (tapering off).
"Kesimpulan yang kami lihat, dengan komunikasi-komunikasi itu, bahwa pengurangan likuditas kemungkinan dimulai pada bulan November, dan tentu saja berlanjut di tahun 2022. Dan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed Fund Rate di triwulan III 2022," terang Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Selasa (21/9).
Menurut dia, komunikasi The Fed yang baik itu telah diterima dan dipahami oleh pasar. Indikator itu terlihat dari pantauan obligasi atau surat berharga negara (SBN) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Kapan BNI Sekuritas akan merevisi target harga BRI? Bahkan valuasi BBRI disebut menarik akibat adanya tren kenaikan suku bunga sehingga pihaknya akan kembali melakukan reviu.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
"Dengan pemahanan yang baik tidak terjadi suatu kenaikan yang besar, meskipun dalam jangka panjangnya cenderung ada kenaikan," ujar Perry.
Perry pun menilai, kebijakan tapering off yang bakal dilakukan The Fed nantinya tidak akan separah seperti imbas taper tantrum kepada kurs di negara berkembang pada 2013 lalu.
"Pada waktu itu, dalam tempo 1-2 bulan US treasury yield naik jadi 3,5 persen. Sekarang kenaikan US treasury itu tidak terlihat signifikan, dan juga mengalami lebih secara bertahap," tukas dia.
Bank Indonesia Proyeksi Tren Pemulihan Ekonomi Terus Berlanjut
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo memproyeksi, tren pemulihan ekonomi global diprakirakan berlanjut. Meski dampak kenaikan kasus Covid-19 dan gangguan rantai pasokan di beberapa negara perlu diwaspadai.
"Di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Jepang, laju pemulihan ekonomi pada paruh kedua 2021 cenderung lebih lambat dari prakiraan," ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9).
Di sisi lain, ungkap Perry, pemulihan ekonomi di berbagai negara kawasan Eropa dan Amerika Latin cenderung lebih tinggi. Sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi global.
Pun, kinerja berbagai indikator dini pada Agustus 2021, seperti Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur dan penjualan eceran tetap kuat, di tengah indikasi lebih lamanya transportasi barang seperti tercermin pada PMI Suppliers' Delivery Times Index.
"Dengan dinamika tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2021 tetap sekitar 5,8 persen. Volume perdagangan dan harga komoditas dunia tumbuh kuat, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang," tandasnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca Selengkapnyaproyeksi penurunan suku bunga ini berdasarkan hasil analisis dengan sejumlah pelaku pasar keuangan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .
Baca SelengkapnyaPerry memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya selama 3 bulan kedepan secara berturut-turut hingga akhir tahun.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaCadangan devisa tahun ini merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaEkonomi dunia diperkirakan melambat akibat konflik global saat ini.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca Selengkapnya