Sri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Meski demikian, Sri Mulyani tidak mengungkap secara spesifik terkait waktu penurunan suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara maju tersebut.
Meski demikian, Sri Mulyani tidak mengungkap secara spesifik terkait waktu penurunan suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara maju tersebut.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memberikan kabar baik di tengah tingginya suku bunga.
Dia menyebut, ada harapan penurunan tingkat suku bunga oleh bank sentral di negara-negara maju seperti The Fed selaku Bank Sentral Amerika Serikat (AS) maupun bank sentral di negara-negara eropa lainnya.
"Ada harapan bahwa suku bunga global ini maksudnya di negara-negara maju akan mulai menurun," kata Sri Mulyani dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (7/3).
Meski demikian, Sri Mulyani tidak mengungkap secara spesifik terkait waktu penurunan suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara maju tersebut.
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
"Dalam pertemuan G20 juga disebutkan bahwa bank sentral seperti Amerika The Fed maupun Eropa, mereka akan melihat angka inflasi dan underlying faktornya yang masih dianggap cukup tinggi dan bertahan," bebernya.
Maka dari itu, masyarakat diimbau bersabar menanti potensi penurunan suku bunga acuan The Fed maupun bank sentral Eropa. Mengingat, laju inflasi masih menjadi pertimbangan utama dalam menurunkan tingkat suku bunga.
"Kebijakan suku bunga mereka, policy rate-nya juga mungkin masih harus menunggu sampai bisa diyakinkan inflasinya turun," jelasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perbanas (Perhimpunan Bank Nasional), Kartika Wirjoatmodjo mengingatkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus mewaspadai dampak jangka panjang terkait tingginya suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed Rate) tehadap perekonomian Indonesia.
Diketahui, tingginya suku bunga acuan Th Fed rate telah menyebabkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi selama tahun 2023 lalu.
"Kita harus senantiasa waspada, karena apabila kondisi ini terus berlanjut akan ada potensi peningkatan risiko valas dan instabilitas sistem keuangan nasional yang dapat berujung pada pelemahan ekonomi Indonesia," kata Kartika dalam acara Perbanas: Memperkuat Ketahanan Domestik di Tengah Perlambatan Ekonomi Global yang hadir secara virtual, Kamis (23/11).
Menurutnya, kewaspadaan itu muncul karena hingga kini belum terlihat adanya tanda-tanda penurunan suku bunga acuan The Fed. Hal tersebut berpotensi akan terus memicu pengetatan likuiditas global.
The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaKinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca Selengkapnya