Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Blak-blakan Menteri Jonan Soal Masalah Pengembangan Energi Baru Terbarukan di RI

Blak-blakan Menteri Jonan Soal Masalah Pengembangan Energi Baru Terbarukan di RI Menteri ESDM Ignasius Jonan. ©Liputan6.com/Bawono Yadika

Merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, menilai transformasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai energi bersih (clean energy) kedepannya akan memakan biaya yang tidak sedikit. Meski begitu, dia mengaku mendukung peningkatan penggunaan EBT di Indonesia.

"Ketahanan ekonomi, gini ratio, dan GDP per kapita kita itu tidak sama dengan negara lain. Persoalan ini yang jadi faktor kalau kita mau bahas transisi energi. Karena akan menimbulkan biaya baru soal transformasi energi," tuturnya di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Kamis (15/11).

Salah satu pertimbangan signifikan, lanjut dia, disebabkan masih adanya perbedaan atau disparitas energi yang dirasakan masyarakat Indonesia di kawasan Timur. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah dihadapkan pada pilihan untuk menggenjot porsi EBT atau melayani kebutuhan masyarakat di kawasan yang belum tersentuh listrik.

Orang lain juga bertanya?

"Kalau ditanya, saya mendukung. Saya tahu Uni Eropa 2030 targetnya EBT bisa sampai 40-50 persen. Tapi Polandia itu tak bisa 50 persen EBT, karena 60 persen listriknya pakai batu bara. Nah kita itu 56 persennya, jadi kalau mau dipaksakan energi mix ini costnya luar biasa," ucapnya.

Menteri Jonan melanjutkan, meski pemerintah dalam posisi mendukung keberadaan EBT, memenuhi pelayanan kebutuhan energi listrik yang belum tersentuh patut diperhatikan. Itu bertujuan menciptakan pemerataan pelayanan dari sisi energi itu sendiri.

"Kalau mau transisi energi coba dilihat dulu supply dan demand side. Dari demand-nya generasi muda memang mendukung adanya clean enegy. Tapi supply side yang harus dibicarakan itu apakah harganya affordable?" paparnya.

"Uni Eropa itu karena fundnya besar maka subsidinya besar. Yang jadi pertanyaan buat pemerintah kita insentifnya ini mau seperti apa, kalau besar-besaran ya disiapkan budgetnya," dia menambahkan.

Dia pun menegaskan, pengembangan energi bauran (mix energy) atau EBT harus turut mempertimbangkan harga yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. "Mereka (yang di kawasan Timur) EBT aja belum dapet kok, kita sudah ngomongin EBT. Mereka nanti protes. Ini yang harus jadi fokus juga. Pilihannya itu jika disubsidi apakah nantinya akan dipakai untuk pengembangan EBT atau digunakan untuk layanan listrik semua masyarakat Indonesia," terangnya.

Reporter: Bawono Yadika Tulus

Sumber: Liputan6

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Baru 0,5 Persen, Sri Mulyani: Ini Memalukan
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Baru 0,5 Persen, Sri Mulyani: Ini Memalukan

Sri Mulyani minta semua pihak mendorong Kementerian ESDM untuk terus menggenjot pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan.

Baca Selengkapnya
Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan
Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Energi Baru Terbarukan dihadapkan dengan 4 tantangan.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Kita Ambil Kembali Aset yang Selama Puluhan Tahun Dikelola Pihak Asing
Jokowi: Kita Ambil Kembali Aset yang Selama Puluhan Tahun Dikelola Pihak Asing

Presiden mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 gigawatt (GW).

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Perintahkan Smelter Tambang Ganti Sumber Energi Pakai Panel Surya Mulai 2025
Menteri Bahlil Perintahkan Smelter Tambang Ganti Sumber Energi Pakai Panel Surya Mulai 2025

Langkah ini diperlukan untuk mengurangi tingkat emisi dari operasional smelter. Termasuk dalam mengejar target nol emisi karbon.

Baca Selengkapnya
Punya Potensi Besar, Indonesia Ogah Buru-Buru Ekspor Energi Hijau
Punya Potensi Besar, Indonesia Ogah Buru-Buru Ekspor Energi Hijau

Pemerintah tidak ingin Indonesia sembrono dalam mengekspor energi hijau.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Akui Indonesia Sulit Lepas dari Pembangkit Listrik Batu Bara
Pemerintah Akui Indonesia Sulit Lepas dari Pembangkit Listrik Batu Bara

Ketersediaan batu bara yang melimpah menjadikan komoditas ini sebagai penggerak perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Negara Maju Tak Ragukan Komitmen Indonesia Kejar Emisi Nol di 2060
Jokowi Minta Negara Maju Tak Ragukan Komitmen Indonesia Kejar Emisi Nol di 2060

Komitmen ini, lanjut Jokowi, diwujudkan melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya
ESDM Sentil Pengusaha Batu Bara: Segera Sadar untuK Turunkan Emisi
ESDM Sentil Pengusaha Batu Bara: Segera Sadar untuK Turunkan Emisi

Berdasarkan kajianĀ Asian and Pacific Economic Review (APER) di kawasan ASEAN, Eniya menyebut angka investasi hijau saat ini lebih tinggi 70 persen.

Baca Selengkapnya
Beri Kuliah Umum di Stanford University, Jokowi Sebut Dana Transisi Energi Bebani Negara Miskin
Beri Kuliah Umum di Stanford University, Jokowi Sebut Dana Transisi Energi Bebani Negara Miskin

Jokowi mengatakan, pendanaan kepada negara berkembang seharusnya bersifat membangun.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini

Sumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Mulai Khawatir, Harga Barang Ini Bikin APBN Jebol Lagi
Sri Mulyani Mulai Khawatir, Harga Barang Ini Bikin APBN Jebol Lagi

Dia juga mengajak masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Baca Selengkapnya
Jokowi: Perubahan Iklim Tak Akan Selesai Selama Masih Berorientasi Ekonomi
Jokowi: Perubahan Iklim Tak Akan Selesai Selama Masih Berorientasi Ekonomi

Mitigasi perubahan iklim melalui transisi energi tak akan bisa tercapai jika negara dunia didorong dalam konteks ekonomi.

Baca Selengkapnya