Bukan Pandemi, Inflasi Kini Jadi Tantangan Terbesar Ekonomi Global
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sejak 2022, pandemi covid-19 sudah bukan menjadi tantangan lagi bagi ekonomi global. Melainkan lonjakan inflasi di sejumlah negara maju kini menjadi risiko terbesar bagi ekonomi global.
"Dan dengan itu respon dari bank sentral, khususnya The Fed dan Bank Sentral Eropa, yang menetapkan kenaikan yang sangat tajam, tentunya menciptakan perlombaan tambahan atau perubahan, baik untuk kebijakan makro maupun perekonomian secara umum," kata Sri Mulyani dalam Gala Seminar ASEAN 2023: Enhancing Policy Calibration for Macro Financial Resilience, Rabu (29/3).
Hal ini membuat Kementerian Keuangan dan otoritas di Tanah Air harus mengkalibrasi ulang bauran kebijakan mereka dengan Bank Indonesia.
-
Apa yang menjadi tantangan ekonomi global bagi BRI? Tantangan Perlambatan Ekonomi Global Sejak Tahun Lalu Berbagai tantangan ketidakpastian ekonomi, seperti kondisi perekonomian yang dihantui resesi dan perlambatan ekonomi global sejak tahun lalu.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
-
Kenapa inflasi tinggi merusak daya beli? Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat merusak daya beli masyarakat, menyebabkan ketidakpastian ekonomi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
-
Apa tantangan utama pemerintahan baru terkait ekonomi? Tantangan dari Dalam Akhmad Akbar mengatakan bahwa pemerintahan Prabowo dan Gibran akan sibuk menghadapi tantangan dari dalam pemerintahannya sendiri.
"Selama pandemi saya bisa mendapatkan pembiayaan defisit dari bank sentral, tapi itu hanya selama pandemi, tetapi kami memanfaatkan semua ruang yang disediakan Gubernur Perry kepada kami. Kami menggunakan semua ruang, meskipun sebenarnya kami tidak membutuhkan pembiayaan ini karena defisit kami sebenarnya sangat rendah," lanjutnya.
"Kami menggunakannya untuk benar-benar membangun penyangga di tahun 2022, karena kami tahu di tahun 2023 kami akan terpukul keras oleh kenaikan suku bunga akibat inflasi (di negara maju dan penerbitan obligasi yang mahal," tambah Menkeu.
Memasuki bulan ketiga tahun 2023, Sri Mulyani mengatakan, Pemerintah masih ada banyak penyangga uang tunai untuk melindungi kita dari situasi global yang sangat bergejolak. Sehingga bauran kebijakan terus dikalibrasi ulang karena setiap tahun, tantangan datang dari sumber risiko yang berbeda. Tetapi fundamental ekonomi harus dipertahankan dan perlu dipastikan kuat dan sehat.
"Maka dalam hal itu muncul kembali Menteri Keuangan yang bertanggung jawab atas neraca pemerintah, dan jika kebijakan fiskalnya sehat dan kredibel, maka pekerjaan bank sentral juga akan lebih mudah karena mereka tidak hanya harus menstabilkan inflasi, juga menjaga stabilitas ekonomi," jelasnya.
"Sepertinya terlihat dermawan, tetapi sebenarnya melayani kepentingan kita sendiri juga dalam hal ini, bahwa obligasi juga ada di neraca bank sentral. dan sekarang obligasi juga ada di neraca perbankan," tandas Sri Mulyani.
Reporter: Natasha Khairunnisa Amani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi yang dirasakan oleh sejumlah negara mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, termasuk di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaPergerakan inflasi pangan dapat memberi tekanan besar terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaApalagi kata Royke, IMF dan World Bank memperkirakan rata-rata pertumbuhan ekonomi global akan lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.
Baca SelengkapnyaKondisi ekonomi global 2023 diprediksikan oleh banyak lembaga internasional merupakan tahun yang cukup gelap.
Baca SelengkapnyaSaat ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.287 per USD, menunjukkan penguatan signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut, hal ini juga sejalan dengan tingkat inflasi global yang diperkirakan masih tinggi di tahun 2024.
Baca Selengkapnya