Cerita perjuangan tim ekspedisi Papua, mulai dari medan berat hingga kena palak
Merdeka.com - Tim Ekpedisi Papua Terang telah melakukan survei pada 419 desa di Papua. Tim bergerak ke pelosok-pelosok dalam rangka pengambilan data. Data ini nantinya akan dijadikan acuan, untuk membangun kelistrikan di wilayah tersebut.
Tim ekspedisi dalam menjalankan tugasnya tidaklah mudah. Sebab, kondisi medan Papua yang beragam, membuat tim harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan survei di desa-desa. Selain gangguan alam, tim tersebut juga kerap mendapat gangguan sosial.
Salah seorang relawan Posko Nabire, Mahendra, mengaku sempat mendapat ancaman dari sekelompok orang tak dikenal. Saat menjalankan tugas melakukan survei di pelosok Papua.
-
Mengapa Kalimantan Timur perlukan Data Desa Presisi? Data yang valid, akurat dan terkini amat dibutuhkan sebagai pondasi perencanaan pembangunan.
-
Bagaimana program Listrik Desa mencapai daerah terpencil? Program ini mendesak dilakukan karena pasokan listrik di Indonesia belum merata. Per September 2016, Indonesia baru punya pembangkit listrik dengan total daya 4.133 MW. Sementara 12.317 MW masuk masa konstruksi, dan 8.641 MW dalam penyelesaian kontrak.
-
Apa manfaat Data Desa Presisi untuk Kalimantan Timur? Dengan memiliki data yang presisi, dapat merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang lebih tepat sasaran serta meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya yang tersedia.
-
Bagaimana Kaltim dapatkan data desa presisi? Melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Provinsi telah menggandeng berbagai lembaga dan institusi, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk melakukan monitoring, evaluasi dan pra-laporan data Desa dan Kelurahan Presisi.
-
Dimana Data Desa Presisi dibahas di Kalimantan Timur? Kegiatan yang digelar di The Royal Suite Hotel Balikpapan pada Senin (29/1) ini dihadiri puluhan peserta.
-
Mengapa program Listrik Desa diluncurkan? Keinginan itu dimulai dari Bantul pada Mei 2015, Pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 MW melengkapi 7.000 MW yang sudah dibuat pemerintah sebelumnya.
"Hal tersebut tidak jadi hambatan bagi kami untuk terus menerangi Papua," Kata Mahendra, di Jayapura, Papua, dikutip Sabtu (25/8).
Rizki A Santoso relawan yang juga mahasiswa Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) mengungkapkan, dirinya bersama tim yang terdiri dari empat sampai lima orang kerap menghadapi medan yang sulit, untuk menemui warga dan melakukan survei untuk menentukan energi yang tepat di wilayah Wamena, yang memiliki kontur pegunungan.
Rizki melanjutkan, selain kondisi alam yang menjadi tantangan, keamanan juga menjadi hambatan. Dirinya dan rombongan sempat menjadi sasaran serangan orang tidak dikenal dimintai uang, beruntung kelompok tersebut mendapat pengawalan TNI.
Dia melanjutkan, selain timnya, tim yang melakukan survei di Distrik Lani Jaya, juga sempat mendapat todongan senjata dan barang-barang kena rampas.
"Kita kalau masalah jauh mulai terbiasa, mungkin agak was was di Wamena anarkis, di tim Wamena ada yang dipalak, tim saya didatangi pemuda minta uang. Tapi karena ada TNI bisa ditangani," ujarnya.
Riziki menjelaskan, dirinya bersama tim telah berhasil melakukan survei pada sekitar 90 desa, survei dilakukan untuk mengetahui potensi energi yang cocok untuk melistriki desa yang belum berlistrik, kemudian data tersebut akan akan dilaporkan ke PLN untuk ditundaklanjuti.
"Kita buat gambar potensi pembangkit, kita buat pemetaan jarak dari jaringan juga. Kita gunakan aplikasi," ujarnya.
Tim Ekspedisi Papua Terang yang terdiri dari mahasiswa mahasiswi yang telah sukarela bergabung untuk melakukan survei ke pelosok-pelosok desa dalam rangka penyediaan data survei. Hasil survei tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan bagi perbaikan kelistrikan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Puluhan mahasiswa yang ikut dalam Ekspedisi Papua Terang ini berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan Universitas Cenderawasih.
Dalam pelaksanaannya, Program Ekspedisi Papua Terang dibagi dalam dua gelombang dan disebar ke lima posko dilakukan yaitu posko Nabire sebanyak relawan 64 orang, posko Merauke dengan relawan sebanyak 45 orang, posko Jayapura sebanyak 48 orang, posko Timika 31 orang dan posko Wamena 41 orang.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut potret Bang Alex Komandan Pandawa Kostrad pemimpin pasukan TNI.
Baca SelengkapnyaDibalik suksesnya pelaksanaan Pemilu tahun 2024, terdapat perjuangan dan medan yang dilalui agar surat suara bisa sampai ke TPS dengan selamat.
Baca SelengkapnyaLongsor yang menewaskan hampir 700 orang itu juga mengakibatkan lebih dari 1.200 orang kehilangan tempat tinggal.
Baca SelengkapnyaJalur ekspedisi tersebut belum banyak dieksplorasi para pencinta alam yang lain.
Baca SelengkapnyaPetugas mengakui proses distribusi surat suara ke Pulau Mentawai penuh perjuangan.
Baca SelengkapnyaCerita prajurit TNI tugas di Intan Jaya, Papua dan harus mengalami tidak lancarnya dukungan logistik.
Baca SelengkapnyaPolisi itu harus mendaki gunung, melewati hutan belantara dan menerjang beberapa sungai deras untuk menuju perkampungan.
Baca SelengkapnyaLogistik dipastikan telah tiba di Kampung Oya pada Minggu (24/11) sore setelah sebelumnya berangkat pada Kamis (21/11).
Baca SelengkapnyaWanita petugas KPPS harus berjalan kaki sejauh empat kilometer dengan medan yang terjal untuk mendistribusikan logistik pemilu
Baca SelengkapnyaDalam perjalanan pengantaran surat suara pemilu itu, para anggota kepolisian Puncak Jaya Papua tiba-tiba mendapati momen tak terduga.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nakes yang berjuang lewati badai dan ombak untuk mengantarkan pasien untuk berobat ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKapten CPM (K) Wa Ode Nunu membagikan pengalaman sekaligus tantangannya bertugas di sebuah kepulauan terpencil. Begini keluh kesahnya.
Baca Selengkapnya