Dukung Transisi Energi, PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW dari Proyek Hijaunesia
Langkah ini sebagai inisiatif Subholding Kelistrikan tersebut mendukung transisi energi dan target net zero emission (NZE) pada 2060.
Langkah ini sebagai inisiatif Subholding Kelistrikan tersebut mendukung transisi energi dan target net zero emission (NZE) pada 2060.
PT PLN Indonesia Power (PLN IP) mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) 500 megawatt dari proyek Hijaunesia 2023.
Langkah ini sebagai inisiatif Subholding Kelistrikan tersebut mendukung transisi energi dan target net zero emission (NZE) pada 2060.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan, aksi korporasi pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) tersebut telah diminati investor.
Menurut dia, dalam proyek Hijaunesia 2023, PLN IP memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW melalui skema strategic partnership.
"Melalui inisiatif ini, kami genjot pengembangan EBT yang telah tercantum dalam RUPTL 2021–2030, dengan kapasitas total mencapai 1.055 MW," kata Edwin.
Edwin mengatakan, untuk tahap awal, PLN IP mengakselerasi pembangunan PLTS di lima lokasi berkapasitas 500 megawatt (MW), dengan target pembangunan hingga operasi (commercial operation date/COD) lebih cepat dari yang pernah dilakukan.
"Pembangunan pembangkit tersebut dengan proses paralel antara lain praseleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan," tuturnya.
Pembangunan PLTS pun diminati calon mitra dan kontraktor EPC dari berbagai negara. Saat ini, total ada 33 peserta (bidder), yang lulus tahap request for quotation (RFQ) dan telah memasuki tahapan evaluasi sampul 1.
"Para calon mitra yang berminat atas pengembangan proyek PLTS 500 MW ini berasal dari dalam negeri hingga Eropa, yang menandakan proyek EBT kami menarik," ujarnya.
Menurut Edwin, PLN IP juga menitikberatkan pemenuhan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sesuai regulasi yang berlaku, sehingga proyek yang dilaksanakan PLN dapat menciptakan dampak berantai bagi industri dalam negeri.
"Hijaunesia 2023 sebagai demand creation untuk membuka pasar investasi manufaktur solar PV dalam rangka unlock isu TKDN 60 persen," ungkapnya.
Edwin mengungkapkan proyek Hijaunesia 2023 juga sekaligus bentuk komitmen dan implementasi Holding PT PLN (Persero) melalui PLN Indonesia Power dalam aspek environmental, social, and, governance (ESG).
Hingga 2028, PLN Indonesia Power menargetkan pengembangan pembangkit EBT hingga 2,78 GW yang berkontribusi pada pengurangan emisi CO2 sebesar dua juta ton.
Proyek tersebut antara lain PLTS Banyuwangi, PLTS Pasuruan, PLTS Terapung Gajah Mungkur, PLTS Terapung Kedung Ombo.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca SelengkapnyaHal ini merupakan upaya PLN Indonesia Power untuk turut andil dalam melestarikan Gajah Sumatra yang terancam punah.
Baca SelengkapnyaSistem kelistrikan Nusa Penida akan ditambah kembali dengan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW.
Baca SelengkapnyaKapasitas tersebut cukup untuk menunjang aktivitas pelanggan baik golongan rumah rangga, tempat ibadah, industri dan bisnis.
Baca SelengkapnyaT Artha Daya Coalindo juga menjalin kerja sama perjanjian jual beli batu bara dengan Glonnex Commodities PTE dari Singapura.
Baca SelengkapnyaSalah satu produk hasil program SDG's, yang dilaksanakan PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mematok target besar dalam memanfaatkan energi surya, 4,680 MW pada tahun 2030.
Baca SelengkapnyaRumah bersama ini merupakan komitmen pemerintah untuk memperkuat kolaborasi antar kementerian/lembaga terkait untuk percepatan transisi EBT.
Baca Selengkapnya