Feed in tarif jadi solusi jitu kembangkan panas bumi tanah air
Merdeka.com - Para pelaku bisnis pengembangan panas bumi mendukung rencana pemerintah menerapkan skema feed in tarif dalam pembelian hasil panas bumi. Feed in tarif adalah patokan pembelian harga energi berdasarkan biaya produksi energi baru dan terbarukan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Geothermal Abadi Purnomo, skema ini dianggap sebagai solusi dari mandeknya pembangunan panas bumi di Indonesia yang terkendala soal harga beli oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Skema ini seluruh resikonya sudah dihitung sehingga penentuan tarif akan berdasarkan kapasitas terpasang.
"Jadi (feed in tarif) ini adalah jalan keluar," ujar dia dalam Diskusi Dewan Energi Nasional bertema 'Percepatan Pengembangan Panas Bumi Dalam Rangka Menunjang Target Pencapaian Bauran Energi 2025' di Bandung, Kamis (17/12).
-
Bagaimana Pertamina menentukan harga BBM? Dia menambahkan komposisi terbesar dalam menentukan harga BBM adalah harga ICP karena merupakan bahan baku. Jadi kalau harga ICP lebih tinggi dibandingkan nilai tukar maka harga ICP yang dominan menentukan harga BBM tersebut. 'Kalau keduanya bergerak naik (nilai tukar dan ICP), maka mempercepat penyesuaian harga BBM,' kata Tauhid.
-
Apa fokus Pertamina di bidang energi? Sebagai BUMN Energi nasional, Pertamina fokus menjawab 3 (tiga) isu strategis yakni Energy Security (ketahanan energi), Energy Affordability (keterjangkauan biaya energi), dan Environmental Sustainability (keberlanjutan lingkungan).
-
Bagaimana Pertamina mengembangkan produk sekunder dari panas bumi? Beberapa produk sekunder yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Geothermal Energy diantaranya green methanol, green hydrogen, dan ekstraksi silika,' jelas Julfi.
-
Apa tugas Pertamina terkait subsidi energi? Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran.
-
Bagaimana Pertamina menggunakan sumber daya alam untuk bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Apa target Pertamina dalam pengembangan energi panas bumi? Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
Dengan penerapan ini, maka target 7,1 Gigawatt (GW) pada 2025 tinggal dilihat tarifnya oleh pengusaha. PLN juga harus menerima karena ini termasuk penugasan dari pemerintah.
Dia mengaku, selama ini PLN tidak bisa membeli panas bumi dengan harga baik karena ada persoalan dari mulai regulasi UU BUMN yang mengharuskan korporasi menghasilkan laba. Selain itu, lanjut dia, ada performace based dimana PLN harus melakukan sejumlah efisiensi. "Karena kalau membeli barang mahal nanti akan ada pertanyaan," kata dia.
Dia menambahkan, pemenuhan kapasitas panas bumi hingga 7,1 gigawatt bukan hal mudah karena Indonesia memiliki sejumlah kendala dibanding negara lain. Dari sisi lokasi, keberadaan titik panas bumi memiliki dukungan infrastruktur. "Pengusaha harus bangun jalan dulu, itu biayanya luar biasa," jelas dia.
Untuk itu, skema feed in tarif ini segera diberlakukan mulai 2016 bisa jadi solusi untuk pengembangan panas bumi. Dia pun meminta pemerintah harus hadir dengan memberlakukan perpres mengenai tarif ini.
"Pemerintah harus hadir dalam Perpres mengenai tarif ini, Insyaallah ini bisa mengakselerasi pengembangan panas bumi," ujarnya.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Irfan Zainuddin mengatakan, feed in tarif diberlakukan pada tahun depan bakal membuat realisasi PGE semakin terakselerasi. "Target kami di 2025, 2,3 giga watt bisa terpenuhi," kata Irfan.
Campur tangan pemerintah dalam soal tarif, lanjut dia, sangat penting untuk keberlangsungan sejumlah proyek pembangkit di Indonesia. Indonesia harus bisa melihat negara lain yang bisa memanfaatkan potensi geotermal.
"Kita tinggal lihat negara mana saja yang berhasil dalam pengembangan geothermal," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca SelengkapnyaEnergi Baru Terbarukan dihadapkan dengan 4 tantangan.
Baca SelengkapnyaProgram transisi energi juga sejalan dan mendukung program pemerintah yang lain
Baca SelengkapnyaPenjualan listrik berbasis energi terbarukan kepada PLN menggunakan skema perjanjian Independent Power Producer (IPP).
Baca SelengkapnyaPemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 68 gigawatt (GW) dalam 10 tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaSKK Migas berjanji akan menyeimbangkan semua proses harga gas melalui evaluasi penerapan HGBT.
Baca SelengkapnyaPNBP panas bumi pada 2024 ditargetkan sebesar Rp2,1 triliun.
Baca SelengkapnyaLangkah ini diperlukan untuk mengurangi tingkat emisi dari operasional smelter. Termasuk dalam mengejar target nol emisi karbon.
Baca SelengkapnyaPanas bumi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk bisa menjadi pendorong atau mewujudkan apa yang ditetapkan oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mematok target besar dalam memanfaatkan energi surya, 4,680 MW pada tahun 2030.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia terus menciptakan berbagai instrumen keuangan untuk mendukung transisi energi.
Baca SelengkapnyaPemerintah berencana mencari donor lain yang bisa membantu Indonesia mempercepat pensiun PLTU Batubara.
Baca Selengkapnya