Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Feed in tarif jadi solusi jitu kembangkan panas bumi tanah air

Feed in tarif jadi solusi jitu kembangkan panas bumi tanah air Pipa Panas Bumi. ©2014 merdeka.com/alwan ridha ramdhani

Merdeka.com - Para pelaku bisnis pengembangan panas bumi mendukung rencana pemerintah menerapkan skema feed in tarif dalam pembelian hasil panas bumi. Feed in tarif adalah patokan pembelian harga energi berdasarkan biaya produksi energi baru dan terbarukan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Geothermal Abadi Purnomo, skema ini dianggap sebagai solusi dari mandeknya pembangunan panas bumi di Indonesia yang terkendala soal harga beli oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Skema ini seluruh resikonya sudah dihitung sehingga penentuan tarif akan berdasarkan kapasitas terpasang.

"Jadi (feed in tarif) ini adalah jalan keluar," ujar dia dalam Diskusi Dewan Energi Nasional bertema 'Percepatan Pengembangan Panas Bumi Dalam Rangka Menunjang Target Pencapaian Bauran Energi 2025' di Bandung, Kamis (17/12).

Orang lain juga bertanya?

Dengan penerapan ini, maka target 7,1 Gigawatt (GW) pada 2025 tinggal dilihat tarifnya oleh pengusaha. PLN juga harus menerima karena ini termasuk penugasan dari pemerintah.

Dia mengaku, selama ini PLN tidak bisa membeli panas bumi dengan harga baik karena ada persoalan dari mulai regulasi UU BUMN yang mengharuskan korporasi menghasilkan laba. Selain itu, lanjut dia, ada performace based dimana PLN harus melakukan sejumlah efisiensi. "Karena kalau membeli barang mahal nanti akan ada pertanyaan," kata dia.

Dia menambahkan, pemenuhan kapasitas panas bumi hingga 7,1 gigawatt bukan hal mudah karena Indonesia memiliki sejumlah kendala dibanding negara lain. Dari sisi lokasi, keberadaan titik panas bumi memiliki dukungan infrastruktur. "Pengusaha harus bangun jalan dulu, itu biayanya luar biasa," jelas dia.

Untuk itu, skema feed in tarif ini segera diberlakukan mulai 2016 bisa jadi solusi untuk pengembangan panas bumi. Dia pun meminta pemerintah harus hadir dengan memberlakukan perpres mengenai tarif ini.

"Pemerintah harus hadir dalam Perpres mengenai tarif ini, Insyaallah ini bisa mengakselerasi pengembangan panas bumi," ujarnya.

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Irfan Zainuddin mengatakan, feed in tarif diberlakukan pada tahun depan bakal membuat realisasi PGE semakin terakselerasi. "Target kami di 2025, 2,3 giga watt bisa terpenuhi," kata Irfan.

Campur tangan pemerintah dalam soal tarif, lanjut dia, sangat penting untuk keberlangsungan sejumlah proyek pembangkit di Indonesia. Indonesia harus bisa melihat negara lain yang bisa memanfaatkan potensi geotermal.

"Kita tinggal lihat negara mana saja yang berhasil dalam pengembangan geothermal," pungkas dia.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini

Sumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.

Baca Selengkapnya
Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan
Ada Faktor Teknologi yang Jadi Tantangan Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Energi Baru Terbarukan dihadapkan dengan 4 tantangan.

Baca Selengkapnya
ESDM: Transisi Energi Penting untuk Tingkatkan Daya Saing Produk Indonesia di Mata Dunia
ESDM: Transisi Energi Penting untuk Tingkatkan Daya Saing Produk Indonesia di Mata Dunia

Program transisi energi juga sejalan dan mendukung program pemerintah yang lain

Baca Selengkapnya
Pemasok Listrik EBT Keluhkan Harga Beli PLN yang Murah
Pemasok Listrik EBT Keluhkan Harga Beli PLN yang Murah

Penjualan listrik berbasis energi terbarukan kepada PLN menggunakan skema perjanjian Independent Power Producer (IPP).

Baca Selengkapnya
Pemerintah Butuh Rp800 Triliun buat Tambah Kapasitas Pembangkit Listrik
Pemerintah Butuh Rp800 Triliun buat Tambah Kapasitas Pembangkit Listrik

Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 68 gigawatt (GW) dalam 10 tahun ke depan.

Baca Selengkapnya
Dirut PGN: Insentif Harga Harga Gas Bumi Buat Sektor Hulu Menderita, Sektor Hilir Untung
Dirut PGN: Insentif Harga Harga Gas Bumi Buat Sektor Hulu Menderita, Sektor Hilir Untung

SKK Migas berjanji akan menyeimbangkan semua proses harga gas melalui evaluasi penerapan HGBT.

Baca Selengkapnya
Sepanjang 2023, Sektor Panas Bumi Sumbang Rp3,1 Triliun ke Kas Negara
Sepanjang 2023, Sektor Panas Bumi Sumbang Rp3,1 Triliun ke Kas Negara

PNBP panas bumi pada 2024 ditargetkan sebesar Rp2,1 triliun.

Baca Selengkapnya
Menteri Bahlil Perintahkan Smelter Tambang Ganti Sumber Energi Pakai Panel Surya Mulai 2025
Menteri Bahlil Perintahkan Smelter Tambang Ganti Sumber Energi Pakai Panel Surya Mulai 2025

Langkah ini diperlukan untuk mengurangi tingkat emisi dari operasional smelter. Termasuk dalam mengejar target nol emisi karbon.

Baca Selengkapnya
Isu Panas Bumi Diharapkan Dibahas dalam Debat Cawapres Hari Minggu
Isu Panas Bumi Diharapkan Dibahas dalam Debat Cawapres Hari Minggu

Panas bumi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk bisa menjadi pendorong atau mewujudkan apa yang ditetapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya
Energi Surya Bisa Jadi Tulang Punggung Transisi Energi di Indonesia
Energi Surya Bisa Jadi Tulang Punggung Transisi Energi di Indonesia

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mematok target besar dalam memanfaatkan energi surya, 4,680 MW pada tahun 2030.

Baca Selengkapnya
Sri Mulyani Blak-blakan Indonesia Butuh Dana Rp4.000 Triliun untuk Transisi Energi
Sri Mulyani Blak-blakan Indonesia Butuh Dana Rp4.000 Triliun untuk Transisi Energi

Pemerintah Indonesia terus menciptakan berbagai instrumen keuangan untuk mendukung transisi energi.

Baca Selengkapnya
Luhut Cari Donor Baru untuk Pensiunkan PLTU Batubara Senilai Rp306 Triliun
Luhut Cari Donor Baru untuk Pensiunkan PLTU Batubara Senilai Rp306 Triliun

Pemerintah berencana mencari donor lain yang bisa membantu Indonesia mempercepat pensiun PLTU Batubara.

Baca Selengkapnya