Harga bawang putih meroket, UKM menjerit

Merdeka.com - Dua pekan terakhir, harga bawang putih melonjak ekstrem mencapai rata-rata nasional Rp 30.000 per kilogram. Di beberapa daerah bahan bumbu masakan yang populer itu bahkan menembus Rp 50.000 per kilogram.

Situasi ini memberatkan pengusaha kecil menengah bidang makanan-minuman. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman menyatakan banyak anggota asosiasinya mengeluh mahalnya bawang putih meningkatkan biaya produksi.

"Banyak UKM anggota kita teriak karena bawang putih sangat mahal, padahal (bawang putih) dipakai banyak UKM," ujarnya di Kuningan, Jakarta, Kamis (14/3).

Pengusaha menduga, meroketnya harga jual bawang di pasaran terkait lambannya proses pengurusan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) di Kementerian Pertanian. Adhi heran, mengapa bawang putih harus termasuk dalam produk sayur dan buah yang diatur importasinya. Padahal komoditas ini mayoritas diimpor. Karena itu, GAPMMI berharap bawang tidak perlu lagi masuk RIPH.

"Beberapa komoditi yang tidak diproduksi di dalam negeri atau yang produksinya kecil dan belum mampu produksi sendiri dikecualikan sehingga tak menghambat produksi kami, salah satunya bawang putih," tuturnya.

Karena tambahan impor bawang semester 1 belum direalisasikan, Adhi khawatir stok di pasaran akan berkurang. Bila hal itu terjadi, UKM makanan-minuman bakal kembali terpukul.

"Karena UKM itu tidak punya stok bahan baku, produk jadinya juga pas-pasan. Kalau enggak ada bahan baku ya kosong," ungkapnya.

Kementerian Pertanian baru mengeluarkan RIPH 5 Februari lalu. Menyikapi keluarnya rekomendasi impor itu, Kemendag melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri mengeluarkan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk 16 perusahaan, diperkirakan dapat mendatangkan 29.136 ton bawang putih ke Tanah Air. Pasokan dari luar negeri ini diharapkan bisa meredam gejolak harga bawang empat bulan ke depan. (mdk/rin)