Ini penyebab pemudik kerap menumpuk di terminal bus
Merdeka.com - Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Pandu Yunianto, mengimbau masyarakat pengguna bus untuk tidak menunggu berlama-lama di terminal. Ini untuk menghindari terjadinya kepadatan di terminal.
Dia mengatakan bahwa saat ini masyarakat masih sangat fanatik dengan PO (perusahaan otobus) bus tertentu. "Fanatik pada PO (perusahaan otobus) tertentu, kalau bus (dari PO tertentu) tidak ada, masyarakat tidak naik. Sehingga kelihatan ada penumpukan penumpang," ungkapnya dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (2/6).
"Jangan menunggu bus favorit. Selama bus yang ada di terminal sudah dinyatakan laik jalan, naik saja," tegasnya.
-
Apa yang dilakukan Bos PO Bus MPM di terminal? Muthia Azhari melakukan ‘sidak’ terminal untuk melakukan pengecekan terhadap setiap unit armada bus MPM. Seperti nampak dalam video unggahan saluran Youtube Bagindo Channel, bos PO bus MPM itu mengaku datang ke terminal awalnya hanya untuk main-main.
-
Kenapa orang naik bus wisata? Bus wisata atap terbuka menjadi wisata alternatif bagi sebagian warga Jakarta untuk menikmati liburan, terlebih ketika memasuki masa libur sekolah seperti saat ini.
-
Kenapa warga Bangladesh rela berdesak-desakan di transportasi umum? Rela Bertaruh Nyawa Demi bisa merayakan Lebaran di kampung halaman, para pemudik di Bangladesh rela mempertaruhkan nyawa mereka.
-
Bagaimana ASDP mengantisipasi antrean kendaraan di Pelabuhan Gilimanuk? Selain itu, pihak ASDP juga telah melakukan penambahan buffer zone untuk mengantisipasi antrean kendaraan yang hendak menyeberang dan juga telah menyiapkan pengaturan geofencing terkait sistem penjualan tiket.
-
Kenapa Korlantas Polri mengantisipasi kecelakaan mudik? Pada tahun 2023 terjadi 512 kejadian. Pada tahun ini diupayakan diturunkan. 'Pada tahun 2024 kami berharap dapat meminimalkan sehingga operasi tadi bisa berjalan dengan aman dan nyaman itu bisa terwujud,' katanya.
-
Siapa yang ikut terdampak fenomena bus telolet di Tangerang? “Wah ini sih nggak bener, nggak bener bocah-bocah rame banget asli (mengejar bus telolet di jalan),“ kata pengguna jalan yang merekam ramainya anak-anak di jalan, sembari menuliskan kata meresahkan.
Dia pun mengatakan, untuk mudik kali ini dia mengatakan pihaknya telah menyediakan 49.000 bus dan 47 terminal antarprovinsi yang siap mengangkut dan melayani pemudik.
"Kita juga koordinasi dengan balai pengelola transportasi darat. Kita minta koordinasi dengan angkutan lokal untuk sediakan angkutan penghubungnya, sehingga pemudik bisa sampai di kampung atau tempat tujuannya," jelas dia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemudik terpantau mulai memadati terminal-terminal di Jakarta dan sekitarnya meski Lebaran masih 8 hari lagi.
Baca SelengkapnyaSaat ini Dishub DKI sedang berupaya berkoordinasi dengan para PO Bus untuk memantau lokasi bus yang akan menuju Jakarta.
Baca SelengkapnyaMobilitas kendaraan saat arus balik merujuk pada satu titik menuju Jakarta dan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaPerlu ada teknologi khusus yang menggantikan transaksi tap kartu.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaKepadatan terjadi di Pelabuhan Ciwandan pada hari pertama puncak arus mudik Lebaran 2024.
Baca Selengkapnya"Mereka menurut banget semua yang di Ciwandan. Sehingga mereka juga mendapatkan layanan hanya 15 menit langsung masuk sekarang," kata Budi
Baca SelengkapnyaPenumpukan yang terjadi di Pelabuhan disebut-sebut karena calon penumpang belum memiliki tiket.
Baca SelengkapnyaSaat bus membunyikan "telolet", warga langsung berkerumun dan berjoget, sampai mengejar bus .
Baca SelengkapnyaTerlihat ribuan penumpang mulai berdatangan sambil barang bawaannya, seperti koper hingga kardus dengan berbagai ukuran
Baca SelengkapnyaItu perlu diantisipasi terutama kecelakaan lalu lintas dan kemacetan" ujar Slamet
Baca SelengkapnyaMenhub Budi juga meminta para pemudik yang hendak berwisata agar tidak menggunakan bus pariwisata yang tidak layak.
Baca Selengkapnya