Jurus Bank Indonesia Hadapi Tapering The Fed
Merdeka.com - Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dikabarkan akan melakukan pengetatan kebijakan moneter (tapering off). Hal tersebut memberikan guncangan terhadap pasar dunia tak terkecuali Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi tapering The Fed. Kondisi itu telah diantisipasi sejak Februari 2021.
"Kita sudah melakukan strategi untuk mengantisipasi tapering The Fed. Kita sudah mengantisipasi sejak Februari. Tapering Fed intinya kan akan menaikkan suku bunga, baik pasar maupun US treasury yield, esensinya itu," kata Perry, Jakarta, Kamis (19/8).
-
Apa dampak dari kebijakan Kemendag di Pasar Tanah Abang? Kebijakan Kementerian Perdagangan memberi dampak signifikan bagi para pedagang fisik seperti di Tanah Abang ini. 'Selain laris, yang berbelanja sudah mulai ramai. Pembeli memang belum pulih seperti dulu, tetapi wajah penjual sudah mulai tersenyum. Kalau ditanya apakah sudah ada yang belanja, sebagian besar bilang sudah,'
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana cara pemerintah menekan inflasi? Lantaran yang paling penting adalah pertumbuhan inflasi intinya.Menurutnya, jika inflasi meningkat maka langkah yang dilakukan pemerintah adalah menekan inflasi dengan mengendalikan harga pangan (volatile food). Sebab, harga pangan menyumbang cukup besar terhadap inflasi.
-
Bagaimana Bank Indonesia mencabut uang logam? Selain itu, dalam rangka mempertimbangkan masa edar yang cukup lama dan perkembangan teknologi bahan atau material uang logam, Bank Indonesia mencabut dan menarik uang rupiah logam pecahan Rp 500 Tahun Emisi (TE) 1991.
Perry mengatakan, pada Februari 2021 US treasury yield sudah naik karena ekspansi fiskal yang lebih besar. Tapering ini juga nanti akan meningkatkan US treasury pada akhirnya.
"Dan appetite atau preferensi investor global dalam melakukan portofolio investasi di AS dan negara-negara berkembang. Pada akhirnya itu akan mempengaruhi kita, tergantung seberapa jauh kita dapat mengelola perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, yaitu terutama di investasi di portofolio, di yield SBN di dalam negeri," katanya.
Perry mengatakan, diperlukan upaya dan cara bagaimana Indonesia bisa menyeimbangkan antara pengaruh tapering dengan seberapa besar depresiasi dan seberapa besar penyesuaian di yield SBN.
"Ini sudah kita lakukan sejak awal tahun ini, baik di BI, bagaimana kita melakukan intervensi baik di spot, DNDF, maupun SBN di pasar sekunder dalam hal investor asing melepas SBN-nya," katanya.
Tapering Tak Sebesar 2013
Perry melanjutkan, tapering yang akan dilakukan oleh The Fed tidak akan memberi dampak seperti yang terjadi 2013. Setidaknya ada tiga alasan utama. Pertama, The Fed memiliki komunikasi yang sangat jelas.
"The Fed mengkomunikasikan secara jelas kerangka kerja, kebijakannya seperti apa, perkiraan ekonomi seperti apa, khususnya inflasi, pengangguran, dan juga rencana taperingnya. Itu jelas dan sering dikemukakan," katanya.
Kedua, dalam mengelola pengeruh ini, Indonesia sudah mempunyai suatu kebijakan yang sudah kita praktikkan selama ini. Langkah itu cukup bisa dilakukan dengan kebijakan triple intervention, koordinasi BI dengan Kemenkeu dalam mengelola bagaimana perbedaan yield SBN dalam dan luar negeri itu tetap akan menarik bagi investor asing untuk membeli SBN.
"Ketiga, cadangan devisa kita yang relatif tinggi, 137,4, itu jauh lebih cukup untuk kita tetap melakukan stabilisasi," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaProyeksi Bank Indonesia tersebut didasarkan oleh tiga indikator utama, yakni perekonomian global cenderung melambat.
Baca SelengkapnyaHal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaErwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Reporter Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar Rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.
Baca SelengkapnyaPenurunan suku bunga AS umumnya digunakan untuk merangsang ekonomi ketika ada ancaman resesi.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan alasan naiknya suku bunga jadi 6 persen.
Baca Selengkapnya