Kementan Bersama Dinas Pertanian Tata Kembali Pola Produksi Cabai & Bawang Merah 2019
Merdeka.com - Fenomena melimpahnya produksi bawang merah dan cabai yang berimbas turunnya harga di petani beberapa bulan terakhir mendorong Kementerian Pertanian bergerak cepat.
Bertempat di Hotel Lorin, Sentul Bogor, Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian mengumpulkan perwakilan seluruh Dinas Pertanian Provinsi se Indonesia untuk mengevaluasi pola tanam tahun 2018 sekaligus menata kembali target tanam aneka cabai dan bawang tahun 2019 di wilayah masing-masing.
"Satu sisi kita bersyukur pasokan bawang dan cabai melimpah. Namun di sisi lain kita juga harus terus mencari cara agar harga di tingkat petani tetap menguntungkan," demikian disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, di Bogor (21/11).
-
Bagaimana upaya Kementan untuk memenuhi produksi bawang merah? Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan bahwa upaya kementan dalam memenuhi produksi bawang merah terus dilakukan melalui penyediaan benih unggul, alsintan hingga akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk mengatasi harga cabai? 'Memang kita Desember harga cabai melejit, itu musiman. Musim hujan, panen gagal. Saya tadi pagi ke pasar sudah turun,' kata Mendag dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1/).
-
Bagaimana Kemendag memantau harga cabai? Mendag mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Bagaimana Kementan mendorong produksi pangan? Sebagai langkah nyata, Mentan langsung terjun ke lapangan dengan mendatangi daerah sentra di 10 hari pertama kerja. Hal ini memberi sinyal positif bagi produksi masa tanam (MT) 1 karena petani semakin bersemangat melakukan produksi.
-
Kenapa Kementan genjot produksi padi dan jagung? Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan untuk melakukan percepatan tanam, pemerintah akan memanfaatkan lahan rawa dan memfasilitasi para petani dengan benih, alsintan, pupuk, pestisida, serta bimbingan teknis.
"Kalau mau jujur, urusan cabai dan bawang merah dari sisi pasokan sudah nyaris selesai. Kita tinggal jaga stabilitasnya. Penataan pola tanam berbasis kebutuhan adalah kuncinya. Masing-masing dinas harus concern dan tau berapa sesungguhnya kebutuhan bawang dan cabai di daerahnya agar bisa dipetakan kebutuhan tanamnya," ujarnya.
"Trend stabilnya harga cabai dan bawang 2 tahun terakhir, tak lepas dari keberhasilan kita semua dalam menjaga produksi, tumbuhnya sentra-sentra baru, didukung inflasi umum maupun bahan makanan yang rendah. Buktinya masyarakat makin mampu membeli kebutuhan, petani juga happy, middle man semakin berkurang, margin juga semakin baik," ungkap Wandi senang.
"Tingkat kemiskinan di pedesaan turun tajam. Coba cek, saat ini makin banyak petani pakai motor dan mobil bagus di daerah sentra cabe dan bawang," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Prihasto Setyanto memaparkan metode pengaturan pola tanam berbasis kebutuhan.
"Semangat stabilisasi pasokan dan harga adalah bagaimana mengamankan semangat petani bawang dan cabai agar bisa terus menanam dan memperoleh keuntungan dari usaha tani yang digelutinya. Tentu ini harus diatur. Caranya dengan menyeimbangkan antara kebutuhan konsumsi dengan produksinya," ujar pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.
"Produksi yang berlebihan justru akan memukul balik petani karena harga jatuh. Petani bisa tidak semangat untuk tanam lagi," terangnya.
Dengan prinsip produksi berbasis kebutuhan (production based on need), maka luas tanam perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan yang meliputi konsumsi langsung, hotel restoran katering, industri, benih, ekspor dan angka susutnya.
"Metode ini lebih realistis dibanding memaksakan tanam di sentra-sentra tertentu. Selain itu juga dapat memetakan dengan lebih gamblang daerah mana saja yang masih mengalami kekurangan (shortage) sehingga perlu ditambah areal tanamnya. Untuk daerah sentra yang surplus harus diperjelas peta distribusinya," terang Anton.
Anton menjelaskan bahwa metode baru ini perlu didukung oleh asumsi-asumsi yang akurat dengan rujukan yang jelas sumbernya. "Syukur apabila ada yg spesifik lokasi," tambahnya.
"Apabila masing-masing Propinsi atau Kabupaten punya angka kebutuhan perkapita, kebutuhan horeka, industri yang spesifik lokasi, tentu perhitungan luas tanam berdasarkan kebutuhan daerah akan lebih akurat atau mendekati kebutuhan riil di kabupaten atau propinsi," terang Anton.
Anton menambahkan bahwa pada tahun 2019 luas panen nasional untuk Cabai Besar ditargetkan 113.551 Ha, Cabai Rawit 103.169 Ha, Bawang Merah 157.330 Ha, Kentang 73.651 Ha dan Wortel 27.047 Ha.Target nasional itu kemudian dirinci ke tingkat Propinsi sampai dengan Kabupaten. Target tersebut akan 'dibebankan' ke masing-masing wilayah dengan disesuaikan dengan kebutuhan lokal, pola tanam, jalur distribusi yang telah ada, SDM petani, dan potensi wilayah yang ada.
"Terkait alokasi bantuan APBN, Ditjen Hortikultura akan memprioritaskan dukungan ke daerah-daerah yang masih minus produksinya. Contohnya untuk Cabai besar di fokus ke wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali Nusa dan Maluku Papua untuk cabai besar. Cabai rawit di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku Papua. Sementara bawang merah meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Maluku Papua. Wilayah lain yg sudah surplus tinggal kita dukung kelancaran distribusinya," terang Anton merinci.
"Kita harapkan tahun-tahun ke depan tidak ada lagi gonjang-ganjing harga seperti yang sudah kita nikmati dua tahun ini," tutupnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaAjakan ini merespon kenaikan harga cabai rawit hingga Rp100.000/kg.
Baca SelengkapnyaKepala BPN menyebut produksi cabai rawit merah menurun.
Baca SelengkapnyaUpaya ini dibutuhkan Pemda untuk mengendalikan laju inflasi di daerah.
Baca SelengkapnyaLima hari sebelum lebaran harga bawang merah berkisar Rp35.000-Rp45.000/kilogram. Namun, saat ini harganya mencapai Rp65.000-Rp70.000/kilogram.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaGerakan tanam ini diharapkan bisa mengendalikan inflasi dan menjaga ketahanan pangan.
Baca SelengkapnyaKemudian untuk bawang putih dari harga normal Rp30.000 kini naik menjadi Rp50.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaHarga bawang merah dan bawang putih naik akibat el nino.
Baca SelengkapnyaPenjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin melakukan peninjauan harga kebutuhan pokok di Pasar Tradisional Batangase.
Baca SelengkapnyaHarga cabai naik karena produksi menurun akibat el nino.
Baca Selengkapnya