Kepala BKPM: Negosiasi dengan Tesla Masih Jalan, Belum Ada Keputusan
Merdeka.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan belum ada keputusan mengenai batalnya investasi Tesla di Indonesia. Proses negosiasi masih berjalan.
"Kalau Tesla itu masih dalam negosiasi, gagal itu kalau sudah ada keputusan. Ini kan masih negosiasi," kata Bahlil dalam webinar PT Krakatau Bandar Samudera pada Rabu (24/3).
Bahlil menekankan bahwa peluang untuk bekerja sama harus selalu terbuka. "Pengusaha itu kalau tidak ada peluang harus menciptakan peluang. Tidak boleh pesimis, selalu harus terbuka," ungkapnya.
-
Apa yang ditawarkan Tesla di Indonesia? Di Indonesia, ada beberapa model mobil Tesla yang tersedia, semuanya diimpor oleh Importir Umum (IU) bernama Prestige Motorcars.
-
Bagaimana Tesla mendorong popularitas mobil listrik? Nama 'Tesla' diambil dari ilmuwan terkemuka dalam bidang fisika dan teknik listrik, Nikola Tesla, yang inovasinya pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah membantu mendorong popularitas mobil listrik hingga saat ini.
-
Dimana Perusda MBS diharapkan untuk menerapkan bisnis kendaraan listrik? 'Saya mendorong ke depan, MBS mulai menggunakan kendaraan non fosil. Kendaraan itu bisa dipinjam atau disewakan,' ujarnya Akmal kepada wartawan.
-
Mengapa BYD menggeser Tesla sebagai pembuat kendaraan listrik terbesar? Kendaraan BYD kini dijual di lebih dari 60 negara dan perusahaan tersebut baru saja menggeser Tesla dari posisi teratas sebagai pembuat kendaraan listrik terbesar di dunia, menjual 42.000 mobil lebih banyak dibandingkan pesaingnya di AS tahun lalu.
-
Apa yang Tesla kembangkan? Akhirnya ia memutuskan untuk mengembangkan arus listrik bolak-balik atau Alternating Current (AC).
-
Bagaimana Tesla mendapatkan kekayaan? Meskipun kontribusinya yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, Tesla tidak memiliki kemampuan bisnis yang baik dan membuat keputusan finansial yang buruk.
Tesla dikabarkan akan memilih India untuk berinvestasi dalam pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik (EV battery). Pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus merealisasikan rencana menjadikan Indonesia sebagai pasar besar untuk baterai kendaraan listrik, dan Tesla disebut sebagai salah satu perusahaan yang tertarik berinvestasi.
Bahlil mengatakan, di masa depan adopsi mobil listrik berbasis baterai akan semakin besar. Pada 2028 - 2030, 60 hingga 70 persen mobil di Eropa sudah harus bergeser ke mobil listrik.
"80 persen dari total bahan baku baterai mobil itu ada di Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia ke depan akan menjadi negara penghasil baterai terbesar," tuturnya.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah Thailand saat ini sedang menunggu kabar dari Tesla, mengenai apakah akan membatalkan rencana untuk berinvestasi di Negeri Gajah Putih
Baca SelengkapnyaElon Musk sempat buka kemungkinan untuk menyalurkan sejumlah investasi ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaTesla juga menunda investasi di seluruh dunia akibat ketegangan Amerika-China.
Baca SelengkapnyaMenko Luhut menyampaikan, bahwa Tesla masih tetap menggunakan baterai berbasis nikel untuk produksi mobilnya di Shanghai.
Baca SelengkapnyaKebijakan pengenaan bea masuk atau pajak impor untuk completely built up (CBU) mobil listrik 0 persen diharapkan bisa dikeluarkan tahun ini.
Baca SelengkapnyaBASF dan Eramet masih buka peluang untuk terlibat dalam industri kendaraan listrik di Indonesia, dengan cara menjual cadangan produknya.
Baca SelengkapnyaLuhut akan mencoba mendorong konglomerat dunia itu melakukan investasi di bidang Nikel.
Baca SelengkapnyaJokowi optimistis pembangunan industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir akan membuat investor berbondong-bondong investasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTujuannya untuk menjemput investasi pembangunan pabrik mobil listrik di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHadirnya pabrik katoda LG di Batang menjadi integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaLFP dipilih karena biayanya lebih murah ketimbang nikel
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kedua perusahaan raksasa tersebut belum mencabut rencana investasinya di Indonesia.
Baca Selengkapnya