Kuartal I-2017, BTN bukukan laba bersih Rp 594 miliar
Merdeka.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 21,03 persen secara tahunan (year-on-year) atau senilai Rp 594 miliar per akhir Maret 2017. kenaikan laba bersih tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit yang tinggi dan perbaikan kualitas kredit.
Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan perseroan mampu memperbaiki beban bunga di tengah pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang melaju di level 20,02 persen yoy. Selain itu, pendapatan operasional pun turut menopang capaian positif laba bersih perseroan.
"Di tengah kondisi ekonomi yang masih menunjukkan perlambatan pada awal tahun, kami tetap mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih dan DPK di atas 20 persen yoy atau sesuai dengan target yang telah kami tetapkan," ujar Maryono di Gedung BTN, Jakarta, Senin (17/4).
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Mengapa BNI tingkatkan kredit BUMN? Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan memasuki semester kedua 2023, perseroan mulai melihat banyak BUMN yang berbenah dan siap untuk melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat.
-
Bagaimana pertumbuhan kredit BRI di tahun 2024? Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% year on year.
-
Kapan BNI tingkatkan kredit? Kredit tersebut tumbuh sebesar Rp6.3 Triliun secara year to date dari Rp91.6 Triliun di Desember 2022.
-
Mengapa realisasi investasi tahun 2023 meningkat? 'Alhamdulillah, Januari sampai Desember 2023 sebesar Rp 1.418 triliun, tumbuh 17,5 persen secara tahunan dan 101,3 persen dari target investasi tahun 2023,' ujar Bahlil dalam konferensi pers kinerja investasi tahun 2023, di Gedung Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Kuartal pertama tahun ini, pendapatan bunga Bank BTN tercatat tumbuh 8,74 persen yoy dari Rp 4,19 triliun menjadi Rp 4,56 triliun. Hal tersebut didorong pertumbuhan kredit yang tinggi dan perbaikan kualitas kredit. Di sisi lain, biaya bunga hanya naik sebesar 4,94 persen yoy menjadi Rp 2,52 triliun pada kuartal I/2017.
"Dengan capaian tersebut, pendapatan bunga bersih BBTN tumbuh 13,84 persen yoy dari Rp 1,79 triliun menjadi Rp 2,04 triliun di akhir Maret 2017. Pendapatan operasional Bank BTN pun naik 36,79 persen yoy dengan penopang terbesar berasal dari pendapatan komisi, provisi, dan administrasi yang tumbuh sebesar 27,38 persen yoy," katanya.
Pendapatan bunga Bank BTN ditopang pertumbuhan total kredit dan pembiayaan Bank BTN yang naik sebesar 18,71 persen yoy menjadi Rp 169,69 triliun. Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Bank Indonesia (BI) mencatat per Februari 2017, kredit perbankan nasional hanya tumbuh sebesar 8,4 persen yoy.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan tersebut juga turut mendongkrak kenaikan total aset BTN sebesar 20,12 persen yoy menjadi Rp 214,31 triliun. Perbaikan kualitas kredit pun ditunjukkan dengan perbaikan rasio non-performing loan (NPL) gross BBTN per 31 Maret 2017 menjadi sebesar 3,34 persen atau menurun dari 3,59 persen di periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain, pertumbuhan DPK pun menanjak di level 20,02 persen yoy menjadi Rp 157,42 triliun. Sedangkan, bank sentral mencatat DPK secara industri hanya tumbuh 8,9 persen yoy per Februari 2017.
"Pertumbuhan giro menjadi pendorong terbesar peningkatan dana Bank BTN dengan kenaikan sebesar 29,36 persen yoy. Sementara itu, deposito dan tabungan masing-masing meningkat 21,59 pereen dan 5,85 persen yoy," ungkap Maryono.
Kenaikan giro dan tabungan BBTN juga membuat dana murah (current account and savings account) perseroan naik 18,22 persen yoy dari Rp 61,3 triliun pada Maret 2016 menjadi Rp 72,47 triliun di bulan yang sama tahun ini. Posisi tersebut membuat porsi CASA menempati 46,04 persen terhadap total DPK BBTN pada kuartal I/2017.
Rasio keuangan Bank BTN juga menunjukkan perbaikan. Capital Adequacy ratio (CAR) BBTN naik dari 16,5 persen menjadi 18,9 persen pada kuartal I/2017. Loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN pun membaik dari 108,98 persen menjadi 107,79 persen di kuartal I/2017. Adapun, net interest margin (NIM) BTN per kuartal I/2017 berada di level 4,32 persen.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Capaian tersebut tumbuh 15 persen (yoy) dibandingkan dengan perolehan laba bersih di tahun 2022 sebesar Rp3,04 triliun.
Baca SelengkapnyaBank BTN berhasil bukukan laba bersih senilai Rp1,5 triliun pada parah pertama tahun 2024.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN tersebut ditopang oleh kredit dan pembiayaan perumahan.
Baca SelengkapnyaBTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp356,1 triliun per akhir September 2024 atau tumbuh sebesar 11,9 persen.
Baca SelengkapnyaDengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan laba bersih sekitar Rp983,8 miliar atau naik sekitar 5,15 persen YoY.
Baca SelengkapnyaDari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) BTN tumbuh 16,6 persen menjadi Rp365,4 triliun pada semester I-2024.
Baca SelengkapnyaPenyaluran kredit BTN per Agustus naik 13,05 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaBTN mencatat, pencapaian kinerja keuangannya per Mei 2024 telah sejalan dengan yang ditetapkan perseroan atau on track.
Baca SelengkapnyaBTN Syariah juga telah menghimpun DPK senilai Rp36,25 triliun pada kuartal III-2023.
Baca SelengkapnyaKeuntungan tersebut melesat 110,5 persen (yoy) dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2022.
Baca SelengkapnyaBTN menargetkan dapat mencapai perolehan CASA Rp200 triliun atau menempati porsi 53 persen dari total simpanan di Bank BTN pada akhir 2023.
Baca SelengkapnyaRealisasi penyaluran kredit dan pembiayaan BTN sepanjang tahu 2023 mencapai Rp333,69 triliun.
Baca Selengkapnya