Mafia Pangan Hingga BPNT Bikin Beras Bulog Tak Terserap Optimal
Merdeka.com - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan, dilepasnya 50 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) akibat kondisi beras yang sudah rusak disebabkan banyaknya mafia beras.
Tak hanya itu, kurangnya sinergi antara kementerian dan lembaga (K/L) terkait kebutuhan beras kerap kali menjadikan beras menjadi komoditas bisnis untuk kepentingan oknum atau institusi tertentu.
"Pangan (beras) ini bukan barang mati, makanya ada nilai turunnya. CBP itu bukan punya bulog tapi pemerintah, jadi harus ada audit, ada izinnya karena menyangkut beban yang ditanggung oleh negara sebagai yang bertanggung jawab dalam pengadaan beras itu," tuturnya di Jakarta, Selasa (2/7).
-
Berapa jumlah beras yang dimiliki Bulog? “Masyarakat tidak perlu khawatir, stok beras yang dikuasai Bulog saat ini ada sebanyak 750 ribu ton , disamping itu juga hingga hari ini Bulog sudah menyerap lebih dari 700 ribu ton beras petani dalam negeri dan akan terus menyerap selama produksi masih ada dan sesuai ketentuan.
-
Kenapa Bulog impor beras? Selanjutnya menyikapi bahaya El Nino yang berdampak pada kelangkaan pasokan, Bulog juga ditugaskan menambah pasokan dari importasi.
-
Siapa yang menugaskan BULOG impor beras? 'Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton', ujar Tomi.
-
Mengapa Bulog menyalurkan bantuan beras? Dirinya juga menegaskan bahwa dengan disalurkannya kembali Bantuan Pangan beras pasca Pemilu ini merupakan bukti nyata program Bantuan Pangan beras ini tidak memiliki keterkaitan dengan agenda politik tertentu, sehingga dapat dipastikan tujuannya adalah membantu pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang membutuhkan.
-
Dimana Bulog bongkar beras impor? 'Pelabuhan Tanjung Priok, sebagai pelabuhan utama dan terbesar di Indonesia, juga menjadi salah satu pelabuhan masuknya beras impor.
-
Apa yang dilakukan BULOG untuk atasi gejolak harga beras? Kemudian Tomi juga mengemukakan pemerintah melalui Bapanas menugaskan Bulog untuk melaksanakan 2 instrumen utama untuk mengantisipasi gejolak harga beras di tanah air melalui program Bantuan Pangan dan Operasi Pasar atau Stabilisasi Pasokan dan harga Pangan (SPHP).
Selain itu, Budi juga menyebutkan adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) oleh Kementerian Sosial (Kemensos) menyebabkan penyerapan beras oleh Bulog tak optimal. Untuk itu, persoalan pangan didalam negeri menjadi pelik. Selain kemunculan BPNT, kartel beras pun menjamur sehingga penyerapan beras Bulog terancam berhenti.
"Seolah-olah Bulog ini berbisnis. Ini melemahnya kewenangan kendali pangan oleh negara karena hitunganya semua berpikir kepentingan pribadi dan kelompok. Semua itu sekarang berpikir bagaimana saya mendapatkan finansial. Lupa bahwa ini tugas pengabdian masyarakat. Kalau di supply pasar bebas maka berasnya bulog tidak keluar maka serapan kita ya akan berhenti. Persoalannya di pangan," tegas dia.
Menurutnya, sebagai program pemerintah, BPNT seharusnya dapat melibatkan Bulog. "Jadi kalau BPNT tak diberikan ke Bulog ya percuma ini kita menyerap," tegasnya.
"Jadi cobalah urusan pangan diserahkan ke Bulog karena cadangan pangan negara itu ada di bulog. Jadi kita harus impor daging, ayam, gula itu seharusnya yang menentukan bulog karena bulog tak ada kepentingan dagang, kepentingan cari duit. Tugasnya jadi bufer stoknya negara," tambah dia.
Dia menilai, pemahaman yang tidak merata terkait kebutuhan beras masih terjadi di antar kementerian dan lembaga (K/L). Karenanya, setiap pihak masih banyak memiliki kepentingan masing-masing.
Pihaknya mengaku siap jika memang Perum Bulog pada akhirnya bergerak ke arah komersial. Padahal, selama ini Bulog bertugas menjalankan stabilisasi pangan didalam negeri.
"Bulog juga punya keterbatasan. Kita kan nyerap beras dengan dana pinjaman, pakai bunga komersial itu. Jadi bukan pakai APBN," tuturnya.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak pedagang nakal yang menjual kembali beras milik pemerintah.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Geber BUMN menduga ada kesalahan alur administrasi dalam proses impor beras oleh Perum Bulog.
Baca SelengkapnyaKondisi ini diyakini karena kebijakan antar instansi perihal pengimporan beras tidak sinkron.
Baca SelengkapnyaOpsi itu digaungkan Bapanas merespons data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut 30% total pangan terbuang.
Baca SelengkapnyaDugaan Mark Up Impor Beras, Politisi PDIP Dukung Perangi Bandit Pangan
Baca SelengkapnyaBudi merasa target impor beras sampai akhir tahun sebanyak 1,5 juta ton sulit terwujud.
Baca SelengkapnyaBayu memastikan jumlah CBP sangat aman untuk kebutuhan penyaluran bantuan sosial (bansos). Bahkan, mampu menjaga stabilitas harga beras di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaUchok meyakini ketersedian stok beras di dalam negeri cukup tanpa harus melakukan impor.
Baca SelengkapnyaSebanyak 490.000 ton beras impor tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak
Baca SelengkapnyaMark up impor beras diduga menimbulkan kerugian senilai Rp8,5 triliun.
Baca Selengkapnya"Kami selama ini getol menolak impor beras yang bisa merugikan rakyat."
Baca SelengkapnyaAgus mempertanyakan kurangnya koordinasi dan komunikasi antara Bapanas-Bulog hingga menyebabkan demurrage sebesar Rp294,5 miliar.
Baca Selengkapnya