Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemerintah temukan bakteri baru di sawi putih dan kedelai impor

Pemerintah temukan bakteri baru di sawi putih dan kedelai impor Bakteri. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Balai Besar Karantina Pertanian Kementerian Pertanian menemukan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) pada komoditas pertanian yang masuk melalui Bandara Soekarno Hatta. Kedua bakteri yang ditemukan bernama Pseudomonas Firidiflava yang terbawa dari bibit sawi putih asal Korea Selatan dan Tobacco Streak Virus (TSV) yang terbawa oleh media pembawa biji kedelai asal Kanada.

"Ada bakteri phytosanitary yang bisa dibayangkan bagaimana dampaknya, bakteri berbahaya yang belum ada di Indonesia dapat merugikan produksi pertanian petani kita," kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta, Eliza Suryati Roesli, seperti dikutip dari Antara, Selasa (6/3).

Eliza mengatakan bakteri tersebut termasuk dalam OPTK Golongan 1, yaitu bakteri tumbuhan berbahaya yang belum pernah ditemukan di Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan cara perlakuan.

Kedua bakteri tersebut belum pernah ditemukan di wilayah Indonesia dan jika tersebar pada tanaman inang dapat merusak produksi tanaman tersebut.

Media Pembawa 300 kilogram (Kg) bibit sawi putih tersebut di impor oleh PT East West Seed, salah satu importir yang telah memiliki Instalasi Karantina Tumbuhan. Sementara itu, 1 Kg biji kedelai, diimpor oleh PT Exindo Karsa Agung.

Eliza menyebutkan kedua jenis media pembawa ini telah disiapkan Sertifikat Phytosanitary dari negara asal oleh para importir. Namun sesuai SOP, karantina Soekarno Hatta tetap wajib melakukan tindakan pemeriksaan karantina terhadap media pembawa tersebut.

"Meskipun media pembawa tersebut telah disertifikasi oleh negara asal, tapi kami tidak boleh lengah, atau percaya begitu saja, tanpa melakukan uji laboratorium," kata dia.

Dia menambahkan bahwa 300 kg bibit sawi putih ini dapat ditanam untuk 600 hektare (ha) lahan dengan produktivitas 60 ton/ha.

Dengan begitu, Karantina Soekarno Hatta dapat menyelamatkan 36.000 ton sawi hasil petani Indonesia atau setara dengan Rp 252 miliar jika melihat patokan harga sawi dipasar Rp 7.000/kg (data perdagangan Komoditas Pertanian per 6 Maret 2018).

Ada pun pada kegiatan pemusnahan kali ini sebanyak 401,15 kg media pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan 7,2 kg media pembawa OPTK yang masuk secara ilegal dan tidak dilengkapi dokumen karantina dengan periode penahanan Januari sampai Februari 2018.

Pemusnahan dilakukan dengan menggunakan incenerator dan disaksikan oleh para pemilik barang.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
1,5 Ton Bibit Tanaman Hias Asal Belanda Terdeteksi Penyakit Dimusnahkan di Jabar
1,5 Ton Bibit Tanaman Hias Asal Belanda Terdeteksi Penyakit Dimusnahkan di Jabar

Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Jawa Barat memusnahkan 1,5 ton bibit Lilium.

Baca Selengkapnya
Waspada, Virus Flu Babi Afrika Sudah Masuk Indonesia
Waspada, Virus Flu Babi Afrika Sudah Masuk Indonesia

Masuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.

Baca Selengkapnya
Data BPS Ungkap Indonesia Impor Bawang Putih dari Jerman
Data BPS Ungkap Indonesia Impor Bawang Putih dari Jerman

Selain itu, pemerintah juga melakukan impor beras senilai USD 196,7 juta di Oktober 2023.

Baca Selengkapnya
Polisi Gagalkan Penyelundupan 21 Ton Bawang Bombai Asal Malaysia
Polisi Gagalkan Penyelundupan 21 Ton Bawang Bombai Asal Malaysia

Polisi berhasil mengamankan dua truk, dengan jumlah 14 ton bawang bombai.

Baca Selengkapnya
Data Barantin: 681 Ton Anggur Muscat dari China Masuk ke Indonesia Sepanjang 2024
Data Barantin: 681 Ton Anggur Muscat dari China Masuk ke Indonesia Sepanjang 2024

Total sertifikasi pemasukan impor anggur ke Indonesia dari Januari hingga September 2024  adalah sebanyak 78.538 ton.

Baca Selengkapnya
Analisis Pakar Penyebab Kasus Pneumonia Misterius Meningkat
Analisis Pakar Penyebab Kasus Pneumonia Misterius Meningkat

Kasus pneumonia misterius baru-baru ini menghebohkan China.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya
Kemenkes Sebut Virus Nipah Bisa Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Virus Nipah menyebabkan dua orang meninggal dunia di India.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah di India, Sudahkah Masuk Indonesia?
Heboh Virus Nipah di India, Sudahkah Masuk Indonesia?

Virus Nipah menggegerkan warga negara bagian Kerala, India, dan menelan dua korban jiwa.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar
Heboh Virus Nipah, Kemenkes Petakan Wilayah Banyak Kelelawar

Kemenkes mulai melakukan surveilans untuk mewaspadai masuknya virus Nipah.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah, Begini Proses Penularan dan Cara Mengobatinya
Heboh Virus Nipah, Begini Proses Penularan dan Cara Mengobatinya

Nipah sebetulnya bukan virus baru. Sejak tahun 1998, virus zoonosis itu sudah menggerogoti Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina.

Baca Selengkapnya
Polisi Bongkar Kasus Kosmetik Ilegal hingga Barang Palsu, Kerugian Capai Rp12 Miliar
Polisi Bongkar Kasus Kosmetik Ilegal hingga Barang Palsu, Kerugian Capai Rp12 Miliar

Penyidikan kasus dilakukan sejak Januari 2024 hingga Juli 2024. Dengan menetapkan delapan tersangka

Baca Selengkapnya
Kemenkes Lakukan Upaya Cegah Patogen Menjadi Pandemi Baru
Kemenkes Lakukan Upaya Cegah Patogen Menjadi Pandemi Baru

Sejumlah patogen dikhawatirkan bisa menjadi ancaman bagi munculnya pandemi baru sehingga jadi perhatian bagi Kemenkes.

Baca Selengkapnya