Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pungutan BBM tak pas untuk negara yang banyak koruptor

Pungutan BBM tak pas untuk negara yang banyak koruptor Antrean isi BBM. ©2014 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Pungutan Dana Ketahanan Energi mulai diberlakukan saat harga baru Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar ditetapkan pada 5 Januari 2016. Di mana, harga premium turun sebesar Rp 150 menjadi Rp 7.150 per liter dari saat ini Rp 7.300 per liter. Sementara, solar turun Rp 800 menjadi Rp 5.950 per liter dari Rp 6.700 per liter.

Harga baru itu sudah termasuk pungutan dana ketahanan energi sebesar Rp 200 per liter dan Solar Rp 300 per liter. Diperkirakan, pemerintah bisa meraup dana ketahanan energi sekitar Rp 15 triliun hingga Rp 16 triliun per tahun.

Pungutan dana tersebut tentu menimbulkan polemik di berbagai kalangan karena dianggap merugikan masyarakat. Nantinya, dikhawatirkan masyarakat akan menganggap negatif kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Orang lain juga bertanya?

"Kalau menurut saya sebaiknya tidak usah diadain itu pungutan BBM. Soalnya masyarakat bakal berpikir macam-macam tentang pemerintah dan menterinya meskipun tujuannya baik. Kebijakan seperti ini tidak cocok diterapkan di suasana negeri yang banyak koruptornya. Mending kemarin tidak usah iming-imingin masayarakat untuk penurunan BBM," ujar salah seorang mahasiswa Universitas Nasional, Willi Bradus kepada merdeka.com di Jakarta, Sabtu (2/1).

Walau sudah terlanjur basah ditetapkan, Willi menyebut sebaiknya pemerintah mengurangi nilai pungutan yang ditetapkan. Dia merasa keberatan dengan nilai yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 200.

"Ya mungkin lebih dikecilkan lagi jadi Rp 50 atau Rp 100. Masyarakat yang kurang mampu terbebani mungkin. Karena BBM pasti dibeli setiap saat dan tidak akan ada habisnya atau pungutannya berdasarkan klasifikasi kendaraannya, semakin tinggi CC semakin tinggi dana pembebanan. biar semua adil, kalau mahasiswa keberatan pasti," jelas dia.

Sementara itu salah seorang pegawai swasta, Ibnu Sani juga mengatakan hal senada. Dia menyebut pemerintah sebaiknya mengoptimalkan pungutan dari pajak daripada membebani rakyat.

"Saya tidak setuju. Daripada pungut dari rakyat kenapa tidak mengoptimalkan dari pajak?," kata Ibnu.

Selain itu, salah seorang karyawati, Erika Dewi, mengatakan seharusnya pemerintah membebankan dana ketahanan energi dari pos anggaran lain bukan dari masyarakat.

"Saya tidak setuju, karena pemerintah sebetulnya bisa mengambil dana ketahanan energi itu dari pos anggaran lain, bukan di lempar ke masyarakat," tukas Erika.

(mdk/sau)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anak Buah Luhut Sebut Gara-Gara Subsidi BBM, Anggaran Rp120 Triliun Tiap Tahun Menguap Jadi Asap
Anak Buah Luhut Sebut Gara-Gara Subsidi BBM, Anggaran Rp120 Triliun Tiap Tahun Menguap Jadi Asap

Pemerintah telah mengimpor BBM hingga Rp251 triliun sepanjang 2019-2023.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Blak-Blakan 5 Tahun Impor BBM Habiskan Uang Negara Rp251 Triliun
Pemerintah Blak-Blakan 5 Tahun Impor BBM Habiskan Uang Negara Rp251 Triliun

Program pendidikan, hingga kesehatan harus berbagi dengan impor BBM.

Baca Selengkapnya
BPK Temukan 11 Perusahaan BUMN Bermasalah, Erick Thohir: Kalau Ada Korupsi Kita Bawa ke Kejagung
BPK Temukan 11 Perusahaan BUMN Bermasalah, Erick Thohir: Kalau Ada Korupsi Kita Bawa ke Kejagung

Erick menyebut, temuan BPK atas permasalahan yang terjadi di perusahaan BUMN merupakan hal yang lumrah.

Baca Selengkapnya
Pertamina Apresiasi Pembayaran Dana Kompensasi BBM oleh Pemerintah
Pertamina Apresiasi Pembayaran Dana Kompensasi BBM oleh Pemerintah

Pembayaran Rp132,44 triliun tersebut merupakan pembayaran untuk Dana Kompensasi TW I-III 2023.

Baca Selengkapnya
PLN Utang 8,3 GW Pembangkit Listrik Hijau
PLN Utang 8,3 GW Pembangkit Listrik Hijau

Pemerintah target mencapai bauran EBT 23 persen di 2025.

Baca Selengkapnya
Realisasi Penggunaan Energi Bersih di Indonesia Baru 13,9 Persen, Masih Jauh dari Target
Realisasi Penggunaan Energi Bersih di Indonesia Baru 13,9 Persen, Masih Jauh dari Target

Rendahnya realisasi bauran EBT ini tak lepas dari belum tercapainya target investasi di sektor energi hijau.

Baca Selengkapnya
Program Makan Siang Gratis Prabowo Butuh Rp450 Triliun Setahun, Benarkah Bakal Gunakan Anggaran Subsidi BBM?
Program Makan Siang Gratis Prabowo Butuh Rp450 Triliun Setahun, Benarkah Bakal Gunakan Anggaran Subsidi BBM?

Pemerintah mengalokasikan secara total subsidi energi sebesar Rp444,2 triliun untuk tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Negara Berkembang Butuh Rp15.152 Triliun untuk Transisi Energi Bersih, Uangnya dari Mana?
Negara Berkembang Butuh Rp15.152 Triliun untuk Transisi Energi Bersih, Uangnya dari Mana?

Hal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya
Siasat Kilang Pertamina Jaga Pasokan BBM dan LPG di Masa Transisi Energi
Siasat Kilang Pertamina Jaga Pasokan BBM dan LPG di Masa Transisi Energi

Produk yang dihasilkan dari kilang sebagai bagian dari PSO juga dijaga tetap dapat terjangkau.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Sepeda Motor Habiskan 600.000 Barel BBM per Hari
Ternyata, Sepeda Motor Habiskan 600.000 Barel BBM per Hari

Rata-rata konsumsi sepeda motor tersebut mencapai 1 liter dalam satu hari.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini
Pemerintah Ingin Kembangkan Energi Panas Bumi, Tapi Terganjal Ini

Sumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.

Baca Selengkapnya
Sepanjang 2023, Sektor Panas Bumi Sumbang Rp3,1 Triliun ke Kas Negara
Sepanjang 2023, Sektor Panas Bumi Sumbang Rp3,1 Triliun ke Kas Negara

PNBP panas bumi pada 2024 ditargetkan sebesar Rp2,1 triliun.

Baca Selengkapnya