Renegosiasi harga jual listrik tuntas, PLTP Sumbar bisa operasi 2018

Merdeka.com - Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh, Sumatera Barat, diperkirakan bisa beroperasi 2018. Asalkan negosiasi penyesuaian tarif jual listrik antara PT Perusahaan Listrik Negara dengan Supreme Energy bisa segera selesai.

Demikian diungkapkan Field Senior Representatif Supreme Energy Muara laboh Yulnofrins Napilus, seperti diberitakan Antara, Minggu (29/11).

"Jika penyesuaian tarif bisa selesai dalam waktu cepat maka September 2016 proyek geothermal sudah bisa dilanjutkan dan 2018 sudah bisa suplai kepada PLN," katanya. "Jika geothermal ini bisa lanjut ini akan membuat investor tertarik lagi dan tidak takut memberikan dananya. Karena dari 30 Wilayah kerja hanya Supreme yang sudah melakukan eksplorasi."

Menteri ESDM Sudirman Said mendorong PLN untuk segera menyelesaikan negosiasi tarif dengan Supreme Energy. Dengan begitu, dia berharap PLTP Muara Laboh bisa menjadi proyek panas bumi percontohan.

"Penyesuaian harga ini mudah-mudahan bisa segera," katanya saat mengunjungi proyek tersebut. "Proyek geothermal Solok selatan bisa jadi percontohan bagi PLTP lainnya tetapi memang masih butuh adjustment tarif oleh pemerintah."

Proyek panas bumi Muara Laboh sudah dimulai sejak 2008. Saat ini sudah ditemukan cadangan terbukti sekitar 80 megawatt, lebih rendah dari perkiraan awal 220 MW.

Makanya, Supreme Energy mengajukan renegosiasi harga jual listrk pada perusahaan setrum negara. Di sisi lain, total investasi sudah dikeluarkan mencapai sekitar USD 130 juta.